Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat
Happy reading
***
“Fuck!” Makian Daffin keluar saat tangannya mencoba membuka pintu ruang kerja miliknya. Terkunci.
“Wanita gila itu benar-benar membuat habis kesabaranku.”
Siapa lagi yang akan menguncinya kalau bukan Aluna. Dua puluh menit sudah berlalu sejak Aluna meninggalkan ruang kerjanya dan wanita itu benar-benar melakukan apa yang diucapkan. Tidak mau tinggal diam, Daffin langsung melangkah menaiki satu persatu anak tangga yang ada di ujung ruang kerjanya.
“Shit!” kembali Daffin memaki saat tangannya meraih kenop pintu yang langsung terhubung dari ruang kerja ke kamar miliknya juga ikut terkunci. Memejamkan kedua mata erat, ingin rasanya Daffin membuang Aluna ke laut paling dalam detik ini juga.
Kamu salah memilih musuh Daffin, tidak semudah itu bermain dengan Aluna. Wanita yang kamu nikahi itu liciknya melebihi otak manusia paling pintar di dunia. Alu
Jangan lupa tinggalkan jejak ya Happy reading *** “Mau gak?” Aluna menatap Daffin yang masih saja diam. Suami tampannya itu sedari tadi menatap terus tanpa berniat membuka suara. Hening. Aluna dijadikan kacang kulit oleh Daffin, bertanya tapi tidak mendapatkan jawaban. Sabar Aluna sabar, perjuangan mengejar cinta memang tidak semudah mencari ikan di pasar. “Kamu nih kebiasaan deh, kalau aku ajak ngomong pasti gak pernah nyaut langsung,” cibir Aluna memutar mata malas. “Sudah puas?” Bukannya menjawab Daffin malah bertanya pada Aluna. Menatap dengan mimik wajah datar, rahang mengeras, dan jangan lupa aura dingin mencekam. “Apa?” “Lupakan, sekarang kamu pergi dari hadapan saya,” perintah Daffin, tanpa mau berlama-lama dengan Aluna tubuhnya langsung dia bawa berdiri dan berjalan menuju meja kerja. Lupakan tentang kericuhan semalam, Daffin sudah tidak peduli lagi. Di kepalanya saat ini hanya terpikirkan bagaima
Koment ya guys, pleaseHappy reading***Tok. Tok. Tok.Jari lentik Aluna terus bertaut dengan pegangan pada tangga rumah. Menatap ke atas dimana letak kamar suaminya berada, menunggu wajah Daffin terlihat dan turun menghampirinya.“Memang tidak pernah mengecewakan sih,” bisik Aluna saat orang yang ditunggu keluar dari kamar. Lagi-lagi Aluna harus terpukau dengan ketampanan Daffin, gimanaya cara sebutnya. Daffin itu ketampannya paripurna, tidak ada lawan kalau menurut Aluna.“Widih… rapi banget suami aku, udah siap kerja ya?”Tap.Langkah Daffin terhenti tepat di depan Aluna, menatap malas wanita yang sedari tadi terus menatapnya sejak keluar dari dalam kamar. Sudah seperti buronan saja Daffin rasanya, setiap langkah kedua mata Aluna terus mengawasi.“Sekarang apa lagi yang kamu minta?” tanya Daffin to the point.“Gak minta apa-apa, kan mau mengantar suami pergi bek
Happy reading***Gelap, itu adalah hal pertama yang Aluna tangkap setelah masuk ke dalam kamar Daffin. Aluna tidak langsung masuk ke kamar Daffin setelah kepergian pria itu, dia di paksa sarapan dulu oleh kepala asisten jadi ya jam sepuluh baru Aluna bisa melakukan keinginannya.Tap. Tap.Berjalan pelan, meraba tembok mencari saklar lampu. Takut menabrak sesuatu di depannya, Aluna benar-benar pelan dalam melangkah, mengendap-endap sambil meraba apa yang ada di depannya.“Wait.” Langkah Aluan terhenti, wanita ini meluruskan tubuh.“Aku ngapain jalan kayak maling gini? Kamar suami sendiri,” ucap Aluna pada diri sendiri. Ya siapa juga yang suruh kamu jalan seperti maling Aluna? Orang kamu sendiri yang melakukan.“Bodoh kamu Aluna, kan ada ponsel di saku celana, kenapa gak dipakai,” memaki diri sendiri, Aluna mengeluarkan ponsel miliknya, menyalahkan icon senter, barulah dia memiliki penerangan. Kembal
Happy reading***“Kamu apa maksudnya gak kasi aku keluar rumah? Kamu mau kurung aku?”Oke bab ini akan kita mulai dengan pertanyaan penuh dengan nada kesal dari bibir cantik Aluna pada wajah pria yang terlihat di layar ponselnya.‘Tidak,’ jawab Daffin santai dari telpon. Iya, tidak lama setelah Jack memberi tahu Aluna jika Daffin melarang dirinya keluar, langsung saja wanita ini mengusir Jack keluar dari kamar Daffin. Berujung sekarang Aluna tiduran resah di atas ranjang sang suami dengan ponsel di depan wajah. Aluna menelpon Daffin via video call, ingin memarahi.“Terus apa maksud kamu larang aku?” kembali Aluna bertanya, menatap kesal pada wajah di layar ponselnya.‘Menurut Aluna, hanya untuk dua hari,’ ucap Daffin, pria ini masih tidak menatap. Entah fokus dengan apa, yang jelas Daffin terlihat menatap ke arah depan.“Kamu boleh keluar rumah masa aku gak boleh? Gak adil Daffin,
Happy reading***“Dimana dia?”“Di kamar mister,” jawab kepala asisten rumah tangga.“Baik, siapkan makan malam,” perintah Daffin. Iya Daffin, pria yang dua hari lalu meminta Aluna telanjang jika ingin keluar rumah.Tidak ada kisah spesial selama Daffin pergi kerja ke Toronto. Aluna betah mengurung diri di kamar Daffin, tidak beranjak sama sekali. Bahkan makan saja Aluna dibawakan karena tidak mau bergerak dari ranjang.“Bawa koper saya ke ruang kerja,” perintah Daffin pada Jack.“Baik mister.” Jack langsung melakukan apa yang Daffin perintahkan.Tersisa Daffin yang berdiri mengatur napas pada ujung tangga bawah. Dua hari sudah dia di Toronto tanpa menerima informasi apa pun tentang Aluna. Wanita itu sama sekali tidak menelpon dirinya, bahkan Jack tempat Daffin mendapat informasi tidak bisa memberikan apa-apa karena Aluna melarang Jack masuk. Hanya mengizinkan kepala
Happy reading***Wushh…Suara angin dari hairdryer menjadi pengisi ruang kamar Daffin. Pemilik dari barang wanita itu adalah Aluna yang saat ini memposisikan diri duduk di atas karpet berbulu tebal, menyandarkan punggung pada kedua paha Daffin. Sekarang ini posisinya itu Daffin duduk pada sofa di depan ranjang miliknya dengan Aluna duduk bersila di antara kedua pahanya. Lebih hebatnya lagi Daffin saat ini tengah mengeringkan rambut Aluna menggunakan hairdryer. Ya apalagi jika bukan paksaan dari Aluna yang merengek meminta pada Daffin untuk mengeringkan rambutnya.“Kamu gak ada bawa oleh-oleh buat aku?” tanya Aluna membuka percakan. Hihi… asal kalian tahu saja, mereka tadi di kamar mandi benar-benar bercinta dahsyat. Bahkan Daffin saja sampai mengaku lelah karena ulah Aluna yang tidak habis-habisnya menggoda.“Tidak.”Bibir Aluna maju ke depan, sedikit mendongakkan kepala, mengintip suaminya yang memberi
Happy reading***“Kenapa?” tanya Aluna penuh rasa bingung.“Kenapa kamu gak suka senyum?” lagi Aluna bertanya. Baru pertama kali Aluna mendengar ada orang yang tidak suka senyum. Kan biasanya kalau ditanya apa yang tidak kamu sukai, pasti jawabannya tidak suka buah, tidak suka sayur, dan hal lain yang menurut Aluna masih normal.“Ya tidak suka, tidak perlu alasan kan?” Daffin mengangkat bahu santai, dia tidak suka senyum ya itu juga hak dia bukan, tidak ada yang bisa melarang.“Harus, semua yang tidak kamu sukai harus punya alasan Daffin.” Aluna menatap serius Daffin.“But I have no reason for that.” Daffin tidak tahu apa alasan dia tidak suka tersenyum pada orang lain, ya hanya tidak ingin saja, sesimpel itu jawabannya.Diam, Aluna menatap lekat semua wajah Daffin, mulai dari mata, hidung, bibir, kedua pipinya, sampai ke telinga. Sekarang Aluna bertambah keinginan atas Daff
Happy reading***“Hoaamm…”Oke kita perlu mencoret Aluna dari sikap anggun dan kalem, nyatanya wanita satu ini malah dengan santai menguap lebar. Tidak sadar jika mulutnya masih bau, ditambah tangan terangkat meregangkan tubuh. Ya tidak apa-apa Aluna mau melakukan itu, toh juga orang kalau bangun akan melakukan hal yang sama seperti Aluna. But, disini ada pengecualian.“Kenapa ganteng bangen sih kamu pas lagi bobok,” bisik Aluna setelah usai dari rutinitas baru bangunnya. Menatap Daffin yang masih lelap tidur di sampingnya.Iya Daffin pemirsah, suami wanita itu, jadi sekarang tahu kan permasalahan kenapa Aluna harus menjaga sikap sedikit agar seperti wanita anggun kebanyakan. Yasudahlah, terserah Aluna saja bagaimana mau membuat Daffin terkesan padanya.Cup.“Bangun yuk handsome,” bisik Aluna tepat di samping telinga Daffin setelah mencuri satu kecupan pada bibir sexy suaminya.