Beberapa saat kemudian muncul lah sosok yang paling di tunggu oleh banyak anak magang itu.
"Halo,"Sapa nya ketika memasuki ruangan itu.
"Halo,"sahut anak-anak magang dengan antusias kecuali Aldira, ia malah memutar bola matanya dengan malas ketika tau siapa orang tersebut.
"Salam kenal saya Alex, semoga hari ini kalian dapat suatu pembelajaran,"ucapnya singkat.
Tanpa banyak basa basi ia langsung berjalan dan diikuti oleh 10 anak magang yang teridiri dari 4 cowok dan 6 cewek termasuk Aldira dan Shuiyan.
Shuiyan menarik lengan Aldira dengan semangat, dan kini mereka berdua berdiri tepat di belakang Alex.
Sekarang mereka berada di ruang ICU dimana banyak orang sakit sedang berbaring dengan peralatan rumah sakit di sebelah mereka.
"Maaf menganggu waktunya, kami akan melakukan pemeriksaan,"ucap Alex meminta izin pada pasien itu.
"Kenapa hari ini ada banyak orang dok?" tanya lelaki muda itu terlihat seperti umur 21 tahun.
Ia mengalami cedera pada lengan kirinya, yang sudah dililit perban dengan sedikit noda merah dan nampak terlihat seperti bercak darah.
"Mereka lagi masa pembelajaran,"jawab Alex singkat.
"Ouh,"balas nya lelaki itu mengerti.
"Itu perbannya gak di ganti?"tanya Aldira pada lelaki itu.
Sontak semua mata beralih ke perban yang ada pada lengan pasien itu, awalnya hanya Aldira yang melihat sekitar dengan teliti karena anak magang yang lain hanya fokus pada wajah tampan Alex.
"Iya ini juga udah mau di ganti,"sahut pasien itu.
Aldira lalu maju mengabaikan orang lain yang berada di sekitarnya dan mengambil sebuah perban, juga obat-obatan yang berada di samping tempat tidur itu.
Alex hanya menatap Aldira yang mendekati lelaki itu. Dengan perlahan dan hati-hati Aldira melepaskan perban itu, ia mulai membersihkan sedikit darah yang masih keluar lewat samping yang membuat lukanya terus menerus basah.
"Namanya siapa?"tanya Aldira
"Abian,"jawabnya sambil sedikit meringis kesakitan.
"Udah berapa lama disini?"tanya Aldira mengalihkan perhatian lelaki itu agar tidak fokus pada lukanya.
"Kurang lebih sekitar 1 bulan,"balasnya sambil mengingat-ingat.
"Lumayan lama, bisa cedera kek gini kenapa?"tanya Aldira sambil memperhatikan gerakannya dalam memberikan obat pada lengan Abian.
"Kecelakaan kecil waktu kerja,"balasnya sambil tersenyum seperti dipaksakan.
"Ouh gitu, nahh ... udah selesai,"ucap Aldira lalu bangkit berdiri dan menaruh kembali obat-obatan pada tempatnya.
"Gak kerasa,"ucap Abian sedikit kaget tiba-tiba melihat tangannya sudah di perban dengan rapi.
"Gak ngerasa sakit juga, biasanya selalu ngerasa sakit kalo ganti perban" lanjutkan sambil tersenyum pada Aldira.
Aldira hanya mengangguk sebagai balasan dan kembali ke tempatnya mendekati Shuiyan.
"Terima kasih,"ungkap Abian
"Sama-sama,"balas Aldira sambil tersenyum manis.
"Terima kasih Aldira, sebelumnya saya ingin menyuruh salah satu dari kalian untuk menggantikan perban nya dan ternyata kamu malah maju sendiri,"tutur Alex menatapnya sekilas dan tentunya dengan sikap yang dingin.
Aldira kembali mengangguk sebagai jawaban. Lalu anak-anak magang lainnya mulai berbisik-bisik kembali menggosipkan tentang Aldira.
Alex lalu berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh 8 anak magang lainnya. Aldira masih diam, ia menatap kepergian lelaki itu sambil berusaha menahan emosinya sendiri karena tingkah Alex yang terlihat sok cool dihadapan orang lain.
"Udah santai aja, Dir,"ucap Shuiyan yang mengerti tatapan Aldira dan berusaha menenangkan. Aldira menghela napas panjang, lalu mulai berjalan.
"Tunggu," seru Abian yang membuat Aldira dan Shuiyan menghentikan langkah nya.
Aldira menolehkan kepalanya, "Kenapa?"
"Nama lo siapa?"tanya Abian.
"Aldira"
"Ouh,"balasnya.
"Duluan,"ucap Aldira santai sambil melambaikan tangannya dan tersenyum, tentunya juga di balas dengan senyuman Abian.
Aldira lalu menarik lengan Shuiyan dan berlari karena mereka telah tertinggal cukup jauh.
Tidak perlu waktu lama akhirnya Aldira dan Shuiyan melihat kembali kelompok mereka yang hanya berdiri diam.
Mereka mulai mendekati barisan itu dengan Alex yang berdiri dengan wajah tidak suka menatap sinis kedatangan Aldira dan Shuiyan.
"Maaf dok kami ketinggalan,"ucap Shuiyan meminta maaf atas keterlambatan mereka, kecuali Aldira. Ia hanya menatap heran atas tingkah Shuiyan yang terlihat ketakutan.
Alex tidak berbicara ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia menatap semua anak magang itu satu persatu dengan sinis.
"Lain kali jangan ada yang terlambat, atau terpisah dari kelompok dan jangan ada yang bertindak sesuka hati, ingat kalian disini masih baru, sedikit aja kesalahan kalian itu bisa berakibat fatal bagi pasien." terang Alex mengingatkan dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Lalu ia melanjutkan langkahnya dan tentunya di ikuti oleh semua anak magang itu yang kini terlihat ketakutan.
Aldira merasa heran dengan tingkah teman-temannya yang semula baik-baik saja, tiba-tiba kini telah berubah menjadi terlihat seperti orang ketakutan.
"Lo kenapa kek orang ketakutan gitu?"tanya Aldira pada Shuiyan.
"Lo gak takut apa sama dokter Alex?"balas Shuiyan balik bertanya.
"Emang dia kenapa?"tanya Aldira tidak mengerti.
"Lo masa gak ngerti? dia lagi marah Dira, masa lo gak paham,"ucap Shuiyan sambil menepuk dahinya sendiri.
"Terus?"ucapnya masih tidak mengerti.
"Mukanya serem tau,"ucap Shuiyan sambil memeluk lengan Aldira.
"Cih,"ledek Aldira.
Ternyata mereka cuma takut sama ekspresi muka doang, kirain kenapa. Batinnya.
"Lo gak takut?"tanya Shuiyan
"Gak,"balasnya singkat sambil tersenyum.
Kepo gimana kelanjutan nya?
Jangan lupa vote sama comment nya yah!
TBC
Tungguin terus yah kelanjutan cerita ini yah🤗
Banyak jadwal yang tabrakan, jadi rada susah ngatur waktunya,
Sempat bingung mana yang harus di selesain, maaf kalo gak seru ini seadanya yang ada di otak aku.
Sampai ketemu lagi, Pai²🖐🏻
Salam hangat dari author😘
Selama pembelajaran berlangsung, tidak ada yang berani berbicara seperti awalnya. Bahkan tidak ada yang berani menatap wajah Alex.Kecuali Aldira, ia terus memperhatikan gerakannya dan setiap ekspresi Alex yang menurutnya biasa saja tetapi menurut orang lain menakutkan.Setelah beberapa menit memeriksa dan mencatat apa yang mereka dapatkan, pembelajaran yang sangat membosankan bagi Aldira itu akhirnya berakhir.Aldira lalu maju memberikan catatanya dan catatan Shuiyan kepada Alex untuk di periksa, ia memberikan buku tersebut dengan santai."Nih,"ucapnya Aldira.Alex menatap buku itu dan melihat wajah Aldira dengan tatapan tidak suka."Apa?"tanya Aldira heran.Gadis itu lalu menyerahkan buku tersebut pada tangan Alex lalu berbalik. Namun Alex mencengkam pergelangan tangan Aldira dan membuat gadis itu kembali menatapnya.Kini Aldira menemukan mata Alex yang begitu tajam sedang menatapnya, rahang bawahnya terlihat bergetar d
Flashback onSeorang lelaki dengan sebuah jas yang menggantung di lengan kirinya sedang berjalan di pinggiran jalan, ekspresi lelaki itu tampak sangat kesal.Begitu kesalnya ia menampar sebuah tiang listrik yang berada di depannya. Ia lalu menarik tangannya karna merasa sakit dan menunjukan tangan nya sudah berwarna merah karena benturan keras itu.Lelaki itu mengoyang-goyangkan tangannya yang terasa sangat nyeri itu. Tiba-tiba sebuah uluran tangan yang hangat menyentuh tangan lelaki itu.Akibat sentuhan hangat yang kecil itu, membuah ia terkejut dan dengan cepat menarik tangannya."Lo gak apa-apa?"tanya perempuan itu.Sedangkan lelaki itu menatapnya dengan wajah seakan-akan tidak suka atas kehadirannya, ia lalu pergi menjauh dari perempuan itu. Namun perempuan itu berjalan dan mendekatinya."Nama gue Alleta, gue cuma mau nolong lo aja,"ucap gadis itu."Gue gak perlu bantuan,"jawab lelaki itu dingin lalu pergi.Alleta berlari menghadang jalannya, "Gue liat tadi tangan lo kesakitan, ka
Alex berjalan menuju ruangannya sambil menggosok-gosok kepalanya dengan frustasi. Ia tidak tahu kenapa hari ini ia bertingkah aneh sekali. Jantung nya yang selalu bergetar hebat ketika melihat Aldira.Ia duduk sambil meutup mata dan menaruh tangan kirinya di atas keningnya, berharap mendapatkan sebuah ketenangan.Tiba-tiba, ketika matanya tertutup muncul bayangan wajah Alleta. Ia membuka matanya dengan cepat berharap menemukan sosok yang ia rindukan.Alex menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan bersamaan dengan telapak tangan yang mengusap wajah nya.Di sisi lain, Shuiyan masih dengan penuh rasa curiga menanyakan semua pertanyaan yang ia pikirkan."Dira, lo ngapain sih? Jawab dong yang gue tanya tadi,"ucap Shuiyan sambil menggerak-gerakan tangan Aldira karena temannya hanya terdiam tanpa memberikan jawaban.Aldira yang merasa risih sekaligus merasa tidak enak karena menyembunyikan sesuatu dari Shuiyan, akhirnya ia memutuskan untuk menjawab."Iya gue jawab, tapi ini rahasi
Ketika sampai di pintu toilet Shuiyan menghentikan langkahnya."Kenapa?"tanya Aldira."Kita pergi aja,"ucap Shuiyan sambil menarik tangan Aldira menjauh dari tempat itu.Ketika sudah berada jauh dari tempat itu akhirnya Aldira bertanya pada Shuiyan karena ia bingung mengapa tiba-tiba gadis tersebut berubah pikiran."Lo kenapa tiba-tiba berubah pikiran?"kata Aldira tanpa basa-basi."Gue heran aja gitu, kita gak tau apa yang sebenarnya terjadi gue jadi agak ragu gitu buat tolongin dia,"jelas Shuiyan."Maksud lo mungkin si cewek tadi ada sesuatu hal dengan sosok tadi yang kita gak tau?"tanya Aldira."Iya bener, gue ragu aja gitu takutnya entar malah kita lagi yang ada dalam bahaya,""Nah iya, gue juga mau bilang kek gitu. Gue heran aja ruangan itu kayak udah gak pernah dipakai dan yang jadi pertanyaan gue, dia bisa dapat kunci ruangan itu dari mana?"tutur Aldira."Rumit yah ... ehh jangan-jangan ini kek yang di film atau cerita biasanya, si cewek dan cowok itu punya misi rahasia terus ce
"Kayaknya kita harus pergi dari sini sekarang,"ujar Aldira.Mereka berdua berjalan dengan langkah yang cepat, kembali memasuki area rumah sakit dan diikuti oleh Alleta yang berada di tengah mereka berdua.Aldira masih menggenggam ponselnya dengan erat, sementara Shuiyan berjalan sambil sesekali menolehkan kepalanya ke arah belakang takut ada sosok yang tidak mereka inginkan mengikuti."Shuiyan, lo tau siapa orang yang nyimpan semua data anak magang gak?"tanya Aldira."Setau gue guru pembimbing kita aja, emang kenapa?"Aldira tampak berpikir, ia sibuk dengan apa yang sedang dia pikirkan saat ini dan mengabaikan pertanyaan Shuiyan."Disini pasti ada ruang untuk mantau cctv, kan?"tanyanya."Kayaknya ada deh, kalo gak salah di lantai bawah ada kayak post khusus untuk mantau gitu,"ucap Shuiyan sambil mengingat-ingat."Kita ke sana sekarang!"kata Aldira.Ia berjalan dengan langkah cepat menuju ke lantai bawah. Ketika mereka sampai pos itu kosong tidak ada tanda-tanda orang yang berada di te
Aldira dan Shuiyan tersenyum mendengar ucapan Alex. Jika ia merasakan ada sesuatu yang aneh maka sudah pasti ia akan membantu mereka menemukan siapa orang tersebut."Jadi rencananya kalian mau mulai dari mana?" ujar Alex."Biasanya siapa yang suka megang kunci asli sama cadangan buat setiap ruangan?" tanya Aldira."Biasanya yang punya kunci semua ruangan itu penjaga rumah sakit, kadang kunci cadangan ruangan juga bakal dikasih ke dokter yang kerja lembur otomatis cuma mereka yang punya kunci asli sama kunci cadangan," tutur Alex. Aldira tampak sedang berpikir, begitu juga dengan Alex."Yaudah gini aja nanti malam kita lembur," kata Alex."Ha? Yang bener ma ... masa lembur?" tanya Shuiyan terbata-bata."Kalo kalian mau cari tau apa yang sebenarnya terjadi, kita harus lembur untuk melihat apa yang bakal dia lakuin selanjutnya di ruangan itu," jawab Alex."Gak semudah itu," ucap Aldira.Alex dan Shuiyan menatap heran menanti penjelasan ke arah Aldira. "Kita bisa liat sendiri, kayak yan
Alex masuk ke dalam pos itu dan berbincang-bincang dengan satpam penjaga.Sedangkan Aldira hanya menunggu di luar ia merasa sangat bosan dan memainkan ponselnya tiba-tiba Alleta muncul di depannya. "Aldira ngapain lo masih ada disini?" tanya Alleta.Aldira lalu menaruh ponselnya di telinganya seolah-olah seperti orang yang sedang telponan, ia melakukan itu agar tidak terlihat aneh di mata orang normal."Iya gue mau nyari tau tentang ruangan laboratorium tadi," jawab Aldira."Sendirian?""Gak sama Alex," "Gue ikut yah," pinta Alleta."Iya," ucap Aldira. "Dira!" panggil Alex.Aldira lalu berbalik dan berpura-pura mematikan ponselnya. Alex menunjukkan kunci yang sudah berada di tangannya. Aldira mengangguk lalu mereka kembali masuk ke dalam rumah sakit.Kini mereka telah sampai di depan ruangan itu. Alex menatap pintu itu sebentar lalu memasukan kunci dan pintu itu terbuka.Ruangan itu sangat gelap, tidak ada yang terlihat selain warna hitam pekat. Alex meraba dinding ruangan itu menc
Alleta lalu berjalan keluar dan berkeliling rumah sakit untuk melihat situasi mereka saat ini aman atau tidak."Kenapa ada foto di ruangan ini?" tanya Alex.Aldira menggeleng, ia berbalik dan entah mengapa matanya melihat lemari tempat menaruh botol kimia kaca yang sudah terbuka itu."Dira, ada orang agak mencurigakan pakai baju warna hitam dari atas sampai bawah di area parkiran kayaknya mau naik ke sini," ucap Alleta."Astaga!" seru Aldira."Kenapa?" tanya Alex menyadari ekspresi Aldira.Ia mendekati Aldira berusaha melindungi gadis itu dan melihat sekeliling dengan waspada. "Dia udah tau kita bakal ke sini." ucap Aldira. "Ha?" "Lari!" perintah Aldira dan mereka akhirnya segera berlari meninggalkan ruangan itu. Baru saja mereka sampai di depan pintu keluar rumah sakit itu, tiba-tiba ada seseorang yang langsung menghalangi Aldira. "Awas!" teriak Alex.Alex menahan kayu yang hampir mengenai bagian belakang kepala Aldira dengan tangannya. lelaki jangkung itu lalu menendang bagian