Alex kini menatap wajah Aldira yang tengah menghela napas dengan kasar. Sebenarnya, entah mengapa ia juga merasa bersalah pada sosok perempuan di sebelahnya ini. Alex juga tidak suka bila merepotkan orang lain.
"Makasih,"gumam Alex.
"Ha?"tanya Aldira karna ia tidak mendengarnya dengan jelas.
"Yaudah pulang,"ujar Alex bangkit berdiri.
Aldira tersenyum senang akhirnya ia akan segera bertemu dengan kasur nya.
Gadis itu begitu bersemangat, saat bangkit berdiri ia tidak melihat lelaki itu sudah berada di depannya sehingga menabrak lengan kanan Alex yang keras.
"Aduh,"ucapnya spontan dan mengelus-elus jidatnya.
Alex menoleh ke arah Aldira yang kini tengah menatapnya dengan kesal.
"Apa?"tanya Alex.
Aldira hanya menghembuskan napasnya, karena memang ia yang salah tidak melihat Alex berada depannya.
"Kenapa diam? Mau pulang atau diam disini?"cetus Alex.
"Iya pulang,"jawab Aldira lemah ia lalu berjalan mengikuti Alex.
"Loh, lo ngapain ikutin gue?"kata Alex terkejut melihat gadis itu yang mengikuti nya.
"Eh ... Oh iya lupa,"ucapnya lalu berlari ke arah mobilnya yang berada di seberang.
Alleta menatap heran tingkah Aldira, ia ragu apakah gadis yang terlihat cukup ceroboh itu bisa membantunya.
Alex kini mengendarai mobilnya dan segera meninggalkan tempat itu, Aldira lalu masuk ke mobil miliknya karena memang ia menunggu lelaki itu memastikan dia pergi.
Aldira menyalakan lagu di ponselnya dan menggunakan headset dengan santai kemudian meninggal lokasi itu.
Tidak perlu waktu yang lama akhirnya ia sampai di rumah, dengan cepat ia belari ke kamarnya karna dirinya sangat mengantuk.
"Woi dira!"seru Anggika yang melihatnya sedang tergesa-gesa menaiki anak tangga.
Sayangnya gadis itu tidak mendengarkan panggilan tersebut karena ia masih menggunakan headset.
"Huftt sabar ...."lirih Anggika sambil mengelus dadanya.
🥀🥀🥀
Dring ... dring ... dring .... Suara keras itu membangunkan Aldira secara tiba-tiba.
"Aduh!"maki Aldira dan ia mengambil alarm itu dan membanting nya dengan keras ke sembarangan arah karena kesal.
"Lo ngapain?"tanya Anggika memasuki kamar Aldira karna mendengar suara berisik tadi.
"Gak tau,"balas Aldira cuek.
"Dira, kalo lo ada masalah itu cerita aja,"ucap Anggika memungut alarm yang telah rusak itu.
Aldira hanya menatap Anggika dengan tatapan kosong. Dirinya masih belum puas istirahat, ia tidak bisa mencerna kalimat perempuan di depannya itu.
"Lo kenapa harus ada di sini sih?"tanya Aldira asal.
"Ha?"jawab Anggika.
"Gak tau lupain aja," sergah Aldira lalu bangkit berdiri menuju ke kamar mandi.
Duar ....
Aldira menutup pintu kamar mandi dengan sangat keras.
"Karena kutukan itu belum selesai, tapi ..."gumam Anggika.
Ia memilih untuk tidak melanjutkan kalimatnya dan keluar dari kamar itu. Tidak lama kemudian, setelah bersiap Aldira turun dari kamarnya.
"Dira ayo sini makan,"ajak Anggika.
Aldira menoleh, dalam hatinya ia merasa bersalah karena menanyakan hal itu tadi pagi. Ia lalu duduk dan mengambil makanan nya.
Sarapan pagi itu hanya di penuhi dengan kesunyian, tidak ada yang membuka suara. Sehingga Aldira pun telah menyelesaikan sarapannya dan ia mengambil tasnya lalu beranjak pergi.
"Gak lama lagi gue bakal pergi,"seru Anggika ketika Aldira ingin meninggalkan meja makan.
Gadis itu menghentikan langkahnya, namun dirinya tidak menoleh ke arah Anggika.
"Gue tau lo bakal pergi, tapi nanti pasti juga bakal muncul lagi,"kata Aldira lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Nanti gak lama lagi gue bakalan pergi buat selamanya,"ungkap Anggika sambil berteriak.
Seketika itu juga langkah Aldira kembali terhenti, namun akhirnya ia memutuskan untuk terus berjalan.
Ia mengambil kunci mobilnya dan tidak lupa menggunakan headset sebelum mengendarai mobil.
Selama mengendarai mobil ia sempat berpikir apakah benar yang dikatakan Anggika tadi padanya. Ia merasa pasti akan ada sesuatu yang buruk di alaminya dalam beberapa waktu ini.
Setelah lama tenggelam dalam pikiran yang kacau, akhirnya ia sampai di tempat kerjanya. Baru saja ia memasuki pintu masuk, aura mengantuk itu sudah muncul kembali.
"Huaaam,"ucapnya sambil merenggangkan kedua tangannya keatas.
Dengan cepat dia menurunkan tangannya karena ada banyak orang yang sedang mentapnya.
Namun sayangnya, tangannya malah tidak sengaja memukul sebuah pundak seseorang.
"Aduh,"ucap Aldira dengan cepat.
Lelaki itu hanya menatap gadis itu dengan tatapan yang sinis lalu pergi meninggalkan gadis itu.
"Cih, orang gak sengaja,"gumannya lalu berjalan.
"Hai Aldira!"sapa seseorang perempuan yang memiliki postur tubuh agak rendah sedikit dari Aldira.
"Hai juga, siapa yah?"tanya Aldira.
"Shuiyan, salam kenal,"balasnya.
"Iya salam kenal, tau nama gue dari mana?" ucapnya sambil terus berjalan.
"Lo gak tau? Bukannya lo lagi terkenal karena lo berhasil nyelamatin ibu-ibu yang kecelakaan waktu itu?"
"Ha, masa sih?"kata Aldira merasa tidak percaya.
"Iya, lagi ramai di omongin. Katanya lo anak magang yang berani ngambil alih tubuh ibu-ibu lagi sekarat dari Alex, Alex itu terkenal sebagai dokter selalu berhasil nyelamatin orang yang udah hampir meninggal dan dia itu dianggap dokter yang memiliki kehidupan di tangannya,"tutur Shuiyan dengan antusias.
"Ouh gitu, terus kenapa lo datangin gue?"
"Gue sampai sekarang belum punya teman yang menurut gue menarik dan dari yang gue denger, lo gak pernah berbaur sama anak-anak magang lainnya,"jelasnya.
"Ouh gitu yah?"tanyanya yang lebih tepatnya ke dirinya sendiri.
"Gue boleh gak jadi teman lo?"tanya Shuiyan.
"Hah?"ungkap Aldira terkejut, karena selama ini tidak pernah ada orang yang mau menjadi temannya dan selalu menganggapnya aneh.
"Gimana?"tanya Shuiyan lagi.
"Boleh sih, tapi sebenarnya ...."ucap nya terhenti karena mungkin Shuiyan tidak akan percaya padanya.
"Sebenarnya apa? Lo bisa liat hantu? Gak apa-apa kok, gue dulu juga bisa liat tapi sekarang udah di tutup,"ungkap Shuiyan.
"Kok lo tau gue bisa liat mereka?"tanya Aldira terkejut.
"Gue gak sengaja pernah liat lo ngomong sendiri,"jawabnya santai.
"Kok lo bisa tutup mata batin lo, gimana caranya? Gue kok gak bisa ditutup yah?"
"Kalo kata orang, mata batin setiap orang itu beda-beda, bahkan kemampuan gue juga beda. Gue bisa dengan mudahnya membuka dan menutup mata batin gue sendiri, tapi walaupun lo tutup mata batin tetap aja lo bisa ngerasain aura mereka. Cuma lo gak liat wujud mereka aja,"terang Shuiyan.
"Wihh keren, kok bisa gitu ya? Gue udah cari banyak cara buat ngilangin penglihatan ini tetap gak bisa,"ungkapnya.
"Entahlah mungkin takdir,"balasnya singkat sambil tersenyum.
"Gue sebenarnya bukan dari lahir bisa liat mereka, cuma ya ada sebuah kecelakaan aja,"kata Aldira.
"Hmm gitu," gumam Shuiyan.
"Iya,"jawab Aldira.
Akhirnya ia bisa menemukan teman yang bisa menerimanya apa adanya, dan bahkan bisa mengetahui apa yang selama ini ia rasakan.
Mereka berdua berjalan ke tempat magang mereka, di sana ada banyak anak magang lain yang merasa terkejut melihat kedatangan mereka berdua.
Karena mereka berdua adalah orang yang tidak pernah mau bergaul dengan orang lain.
Kepo gimana kelanjutan nya?
Jangan lupa vote sama comment nya yah!
TBC
Tungguin terus yah kelanjutan cerita ini yah, maaf baru update soalnya aku lagi masa-masanya sibuk.
Banyak jadwal yang tabrakan, jadi rada susah ngatur waktunya,
Sempat bingung mana yang harus di selesain, maaf kalo gak seru ini seadanya yang ada di otak aku.
Sampai ketemu lagi, Pai²🖐🏻
Salam hangat dari author😘
Seorang perempuan terbangun dengan wajah pucat pasi yang terkejut dan ia melihat ke sekelilingnya.Ia berusaha bangkit untuk duduk, meskipun dengan kepala yang sedikit berdenyut lalu melihat ke arah tangan kirinya yang sudah memiliki hiasan yaitu di infus. Di hidungnya juga terdapat alat bantu pernapasan selang oksigen."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya pada dirinya sendiri.Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Yosia, akhirnya udah sadar juga." ucap seseorang yang baru tiba.Yosia sedang melihat ke arah seorang perempuan yang sedang menatapnya dengan senyuman itu dan tiba-tiba muncul perempuan lain dari belakang."Ada yang sakit gak?" tanya perempuan itu lagi. Yosia hanya menggeleng."Dok, saya kenapa bisa ada di sini?" tanya Yosia sopan."Kamu itu bisa di sini karna di duga mau mencoba untuk bunuh diri. Kamu membawa mobil untuk menabrak pembatas jalan dan tercebur ke dalam air yang kebetulan saat itu arusnya bisa di bilang cukup membahayakan bagi nyawa ka
Kecelakaan tersebut tidak bisa terhindarkan. Kerasnya benturan membuat mobil milik Alex terseret sangat jauh. Mobil yang di kendarai oleh Alex sudah ringsek tidak berbentuk.Aldira terkejut melihat hal itu, segera ia keluar dari dalam mobilnya dan berlari menghampiri Alex. Aldira bisa melihat Alex yang berusaha untuk keluar dari mobil yang terbalik itu. Adira menghampiri Alex dan membantunya berjalan ke tempat yang agak jauh dari mobilnya.Alex terduduk lemah dengan kondisi tubuh yang tengah penuh dengan darah. Aldira mengambil ponselnya dan segera menelepon ambulans."Alex." panggil Aldira di tengah isak tangisnya. Ia segera memeluk tubuh lelaki itu. Hal yang sangat di takuti olehnya benar-benar tidak bisa di hindari. Tiba-tiba Alleta datang di antara mereka. Ia hadir dengan meneteskan air mata sambil terus tersenyum. "Alex, gue datang jemput lo." lirihnya.Aldira menatap tajam ke arah Alleta. "Jangan bilang kalo lo yang udah mancing mobil itu ke arah Alex!" Tuduh Aldira.Alleta ha
Aldira hanya tercengang ketika mendengar pengakuan itu. Akan tetapi, ia kembali tersadar dan mengajukan sebuah pertanyaan. "Lo udah selesai? Sekarang giliran lo yang harus ngaku semua kejahatan lo ke kantor polisi!" Perintah Aldira.Arya menatap Aldira beberapa saat. Ia bangkit berdiri dan menghapus air matanya seketika itu juga ia tertawa. "Lo pikir gue bakal nurutin kemauan lo? Gak mungkin!" Jawabnya sambil tertawa.Aldira hanya menggelengkan kepalanya. "Lo ada masalah hidup apa sih?" Tanya Aldira kesal. "Arya, lo seharusnya mempertanggung jawabkan semua perbuatan lo yang salah!" Seru Alleta berusaha meyakinkan. Arya hanya menatap sendu ke arah Alleta. "Gue gak salah! Gue cuma balas dendam atas kematian lo Al!" Jeritnya."Tapi yang bunuh gue itu bukan Alex, itu karna perbuatan lo sendiri Arya!" Seru Alleta mulai geram. Di sisi lain telepon Aldira tiba-tiba berdering. Hingga fokus mereka teralihkan ke arahnya."Halo," Sapa Aldira. "Hmm, iya naik aja di lantai paling atas." Ucap
Peringatan!Part ini akan sangat panjang dari biasanya jadi selamat menikmati🤗Jangan lupa vote dan comment yah!Baru saja tiba di rumah, Aldira langsung melemparkan sebuah vas bunga yang berada di meja itu. "Lo kenapa?" Tanya Anggika. "Gue gak suka sama apa yang terjadi!" Serunya. Shuiyan berusaha menenangkan Aldira. Sedangkan Alleta dan Anggika hanya saling menatap. Disini tidak ada Fiona, karena ia telah diantar sampai kerumahnya terlebih dahulu."Lo tenangin pikiran dulu, nanti kita cari solusinya kalo udah tenang." Ucap Alleta. "Gimana gue bisa tenang, gue gak suka sama permainan aneh ini." Cetus Aldira. Aldira menghembuskan nafas kasar, ia lalu mengambil segelas air dan meminunnya. __________"Gue bisa buat lo ketemu sama Alleta." Kalimat itu terus menghantui Arya. Ia duduk di suatu ruangan gelap ditemani dengan penerangan yang sangat minim dan cukup sunyi. Arya mengusap wajahnya frustasi, mencoba untuk melupakan omong kosong itu. Bagaimana mungkin dia bisa bertemu deng
"Jadi lo ngebunuh banyak orang cuma demi balas dendam kisah lo doang?" Ucap Aldira meremehkan.Sosok misterius itu yang ternyata adalah Arya. Sahabat dekat dari Alleta. Dia hanya tertawa mendengar perkataan Aldira. "Gue gak nyangka, cuma karna mau balas dendam sama Alex lo bahkan rela membunuh banyak orang." Ungkap Fiona. "Iya, lo egois banget. Gue yakin Alleta gak mau sama lo itu pasti karna dia tau keegoisan lo!" Seru Shuiyan. Arya hanya tertawa mendengar setiap perkataan mereka. Ia berjalan mendekati Alex dan melepaskan ikatannya. Arya menyuruh beberapa sosok misterius lainnya untuk memegangi Alex. Ia hanya menatap lelaki itu yang di paksa bejalan meskipun sedang kesakitan. "Gimana? udah puas bunuh orang?" Cetus Aldira. "Lo gak usah ikut campur, gue dengar bahkan lo gak pernah jatuh cinta jadi mending diam aja gak usah ikut campur." Ucapnya tegas pada Aldira. "Hahaha, lucu banget. Lo bilang cinta? dari yang gue lihat dan dengar, lo bukan cinta tapi lo cuma terobsesi karna ga
"Gue bisa liat hantu," ungkap Aldira tanpa basa-basi. Alex mengalihkan pandangannya, sebenarnya ia sudah menduga hal ini saat Aldira mulai bersikap aneh dan berbicara sendiri. "Pemandu kita tadi, dia sebenarnya gak ada hubungannya dengan jebakan ini. Dia tadi sempat ngasih penglihatan kalo emang dia nerima telpon buat balik ke rumah sakit, tapi di tengah jalan dia di cegah sama beberapa orang yang dia gak kenal. Dia sempat ngelawan tapi ada sosok dari belakangan yang mengunci lehernya yang buat tulang lehernya patah dan dia di bunuh dengan cara yang gak wajar yaitu di bakar." jelas Aldira.Aldira tahu ucapannya itu tidak masuk akal bagi orang normal (tidak bisa melihat dunia lain), bagaimana caranya orang yang sudah meninggal bisa mendatanginya dan menceritakan semua yang terjadi padanya. Alex akhirnya menatap kembali kedua bola mata Aldira. Ia menggenggam erat tangan gadis itu berusaha memberikan kenyamanan padanya. "Ouh iya," balasnya santai. "Shuiyan lo juga bisa liat hantu?" t
"Yaudah, sekarang kita harus mikirin gimana caranya supaya bisa keluar dari ruangan ini," ucap Aldira mengalihkan topik pembicaraan. "Dira, lo ngerasa ada yang aneh sama tempat ini gak?" tanya Shuiyan. "Iya, ini kayak bukan jalan untuk keluar tapi menurut gue mungkin ada perangkap lain." tutur Aldira. Aldira lalu membuka kembali ponselnya, "Gak ada jaringan di ruangan ini."Aldira menatap ke arah Alex, ia melihat Alleta yang duduk di samping nya sedang menangis melihat kondisi lelaki itu."Ini sebenarnya tempat apa?" tanya Alex lebih kepada dirinya sendiri. Aldira yang mendengar hal itu menggelengkan kepalanya, tiba-tiba muncul sebuah suara yang memenuhi ruangan itu."Saya tidak menduga kalian semua bisa sampai di tempat ini, tapi selamat karna kalian telah mencapai puncak permainan. Kini kalian harus memikirkan bagaimana caranya agar kalian bisa terus bertahan." Semua yang ada di ruagan menoleh ke arah kiri dan kanan mencari dari mana asal suara tersebut, tidak lama kemudian se
"Fiona, lo tadi bilang kalo lo udah pernah di bawa ke sini terus gimana caranya lo keluar?" tanya Alex. "Gue biasanya keluar kalo udah pagi dan pintu ke buka sendiri," jawab Fiona."Ha? Lo yakin kita bakal terus di sini?" tanya seorang perempuan magang lainnya. Fiona hanya diam tak menjawab, Aldira melihat ke kiri dan kanan untuk mencari jalan untuk keluar. Tiba-tiba Alleta muncul tepat di hadapan Aldira dan membuatnya terkejut. "Gimana udah ketemu?" tanya Aldira pada Alleta, ia sudah tidak peduli apa yang orang pikiran begitu melihatnya. "Gue gak gak ketemu jalan keluarnya, semua beneran rapi gak ada jalan buat keluar satupun." Jawab Alleta. "Lo yakin udah nyari ke semua tempat?" tanya Aldira lagi."Dira lo kenapa?" tanya anak-anak magang yang menatap heran ke arahnya. "Gue lagi ngomong sama teman gue," sahut Aldira. Alleta menggelengkan kepalanya lalu berjalan mencari sesuatu agar mereka bisa keluar dari tempat ini."Lo gak usah becanda gak lucu," seru perempuan lainnya."Yan
Baru saja Aldira melangkahkan kaki memasuki rumah sakit itu. Ia langsung bertemu dengan Shuiyan yang sudah menunggu kedatangannya sedari tadi."Akhirnya lo datang juga," ucapnya."Ada apaan kok lo panik gitu?" tanya Aldria.Shuiyan menariknya dan membawanya ke tempat khusus mereka para anak magang beristirahat. Gadis itu lalu mengambil tasnya dan mencari sesuatu."Lo lihat ini!" kata Shuiyan sambil memberikan sepucuk surat.Aldira membuka surat itu dan melihat sebuah tulisan. "Tunggu saja, permainan akan di mulai kalian pasti akan sangat menyukainya." "Dari mana lo dapat surat ini?" tanya Aldira."Itu tadi pagi tiba-tiba sudah ada di depan pintu rumah gue," jawab Shuiyan."Shuiyan, Aldira, di panggil dokter Alex ke ruangannya!" seru seorang perempuan yang baru saja tiba."Iya, makasih." sahut Shuiyan dan segera menyembunyikan surat itu di saku jasnya.Shuiyan segera menarik tangan Aldira keluar, tapi Aldira malah berhenti dan menatap sosok perempuan yang sedang merapikan tas dan men