Share

Ada sesuatu … di dalam

Jamie baru saja kembali ke rumahnya. Ia terus menggerutu sepanjang pintu masuk sampai dapur tempat ibunya berada.

“Dasar menyebalkan!”

Anna, ibunya, yang berada di dapur dengan seorang pelayan, menaruh sebelah tangan di pinggulnya dan sebelah lagi terangkat menghadap ke atas—meminta penjelasan apa yang membuat putri satu-satunya jengkel.

Jamie pun tanpa ragu menceritakan bagaimana dirinya berakhir di kantor polisi hanya karena sebungkus Miss Vickie’s Potato Chip. Ia pun semakin kesal, teringat karena kejadian itu ia tak dapat menikmati camilan kesukaannya.

Jika kejadian itu terjadi pada anak lain, ibu anak tersebut pasti khawatir dan marah, bahkan menuntut Josh dengan pencemaran nama baik atau apa pun itu.

Namun, Anna hanya tersenyum kecil, dia tahu dengan baik siapa putrinya. Jamie tak mungkin melakukan hal itu dan mendengar Jamie berbicara terus-menerus karena merasa sangat marah—diperlakukan tak adil, dia mengambil kesimpulan, Jamie baik-baik saja.

“Jams, ingat hari ini kita ada undangan tetangga baru? Bersiap-siaplah. Dad masih di kantor, kau sebagai putrinya gantikan dia. Mom tak mungkin datang sendiri.”

Jamie memutar bola matanya—kesal dengan ibunya yang tak mendengarkan keluhannya.

Mom, apa kau mendengarkanku? Aku diperlakukan tak adil!”

“Apa polisi sudah menyelesaikannya?” tanya Anna pada Jamie dan Jamie mengangguk. “Apa orang itu sudah minta maaf?” tanyanya lagi.

Jamie mengangguk pelan, ia membuka mulut, hendak membantah. “T-Tapi—”

Sebelum Jamie mulai lagi, Anna mengangkat tangan dan menghentikan Jamie berbicara. “Case closed.”

Dia meminta Jamie segera bersiap-siap dan Jamie tak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemauan sang ibu.

****

Dua minggu lalu, sebuah keluarga, baru saja pindah ke lingkungan Forest Hill.

Forest Hill sebuah lingkungan yang terletak di kota Toronto. Lingkungan tempat tinggal Jamie dan keluarganya selama tiga tahun terakhir.

Keluarga tersebut mengadakan pesta pindah. Julia, adik dari William, sang pemilik rumah, yang datang mengundang keluarga Jamie dan beberapa keluarga lainnya. Istri William telah meninggal dunia, mereka dikaruniai dua anak laki-laki. Julia membantu kepindahan mereka karena dia tinggal di Kanada.

Biasanya pesta pindah rumah diadakan dengan mengundang keluarga atau teman-teman terdekat pemilik rumah, tetapi menurut Julia, keluarga terdekat William hanya dirinya.

Jamie dan Anna menuju kediaman William, tetangga baru. Mereka membawa hadiah sepiring hidangan penutup, Poutine, dan sebotol wine.

Poutine adalah satu hidangan terkenal di Kanada yang berasal dari Quebec. Itu hidangan kentang goreng dengan keju dan saus berwarna cokelat yang terbuat dari kaldu sapi.

Jamie menekan bel dan membeku. Ia memejamkan mata seraya mencengkeram tangan Anna yang sedang memegang keranjang hadiah. Jamie menarik napas terkejut, kemudian membuka matanya. Ia melihat sesuatu yang janggal.

Mom, tidak. Ada sesuatu … di dalam,” ucap Jamie panik.

Ia hendak pergi dari sana, tetapi, Julia sudah membuka pintu lebih dulu. Dia tersenyum hangat menyambut Jamie dan Anna. Jamie baru pertama kali menemuinya.

“Hadiah kecil untuk pesta rumah, Julia,” ujar Anna dan disambut gembira oleh Julia.

Jamie terpaksa mengikuti Anna ke dalam rumah menuju ruang tamu dengan arahan dari Julia, bertemu William dan tamu lain yang telah lebih dulu datang. William dengan ramah menyambut Jamie dan Anna.

“Berapa umurmu, Jamie?” tanya William penasaran.

“Delapan belas tahun, Sir. Maaf karena ayahku masih sibuk di kantor jadi aku menggantikannya.”

“Wow, Jamie, sungguh anak yang cantik dan berbakti, Anna.” Julia memuji.

“Putrimu sangat cantik dan hampir seusia putraku, Anna. Semoga mereka bisa berteman,” ungkap William.

Mendengar pujian datang dari tetangga barunya, membuat sudut bibir Anna sedikit terangkat.

Anna pun langsung berbaur dengan tamu lain dan melupakan putrinya yang dari tadi memberi kode rahasia. Setelah tiga puluh menit berlalu, Jamie mulai bosan.

William meminta kedua putranya untuk turun memperkenalkan diri. Mereka akan mulai acara makan siang.

Jamie hanya terus mengikuti Anna ke mana pun dia pergi. Walaupun ia banyak bicara, Jamie termasuk pemalu di depan orang asing, kecuali Josh, laki-laki yang menuduhnya saat di supermarket tadi dan yang baru saja muncul di depan pintu ruang tamu. Ia ternyata anak dari William, sang pemilik rumah. Josh dan Mike, adiknya, baru tiba di ruang itu.

“Apa yang kau lakukan di sini?” Jamie dan Josh bicara bersamaan.

Keduanya saling membelalakan mata dan memandang penuh kebencian satu sama lain.

Anna dan William masing-masing bertanya pada anak-anaknya, apa yang terjadi.

“Dia yang melaporkanku ke polisi, Mom!” jawab Jamie dan ia menunjuk pada Josh.

“Dia yang akan mencuri di The Market tadi!” bantah Josh seraya menatap Jamie dengan tajam.

Tamu yang sudah hadir dan berada di ruangan itu pun menoleh pada Jamie. Seakan-akan Jamie benar mencuri dari The Market, padahal memikirkannya saja tak pernah.

Jamie semakin membelalakan mata bulat miliknya. Wajahnya menjadi merah—terbakar amarah dan malu.

Jamie dan Josh mulai saling bersahut-sahutan, membuat Anna dan William malu di hadapan tamu yang lain.

“DIAAAMMM!!” Julia menaikkan nada suara dan telapak tangan di depan Jamie dan Josh, memotong perdebatan mereka.

Julia memiliki perawakan perempuan paruh baya yang ramah dengan kacamata bulat yang selalu menempel di hidungnya dan tali panjang kacamata menggantung di lehernya.

Dia telah mempersiapkan acara pesta pindah rumah dengan susah payah sejak beberapa hari, membantu kakak laki-lakinya yang tak dapat mengadakan pesta sendiri. Julia tak akan membiarkan siapa pun merusaknya, termasuk keponakannya.

Namun, reaksi berlebihan Julia membuat para tamu terperangah.

“Josh, ikut bibi ke ruang keluarga,” ucapnya, “Jamie, bisa ikut bersama kami?” tanyanya dengan ramah.

Dia meminta Anna dan William bersama tamu lain menikmati makan siang di belakang rumah, kemudian memandu Jamie menuju ruang keluarga yang berada di seberang ruang tamu.

Jamie, Josh dan Julia menuju ruang keluarga. Sebuah ruangan lain dengan piano besar berwarna hitam berada di sudut ruangan. Beberapa bingkai foto berjajar di belakang piano, dekat jendela dan sebuah bingkai foto di atas piano tersebut.

Ahh, ruangan ini. Tidak … aku tak boleh berada di sini. Pikir Jamie.

Julia baru akan meminta Jamie untuk duduk, tetapi Josh lebih dulu menyela Julia.

“Mengapa? Ada yang menarik dan hendak kau curi di sini?” tanya Josh dengan sinis pada Jamie.

Jamie berbalik menghadap Josh yang berada di belakangnya. Namun, ia lebih terkejut dengan sosok lain yang berada di dekat Josh. Makhluk gaib tinggi, besar dengan aura gelap mengelilinginya. Roh jahat.

Jamie membayangkan sebuah kentang, tetapi semakin lama ia memandang, semakin menyeramkan bahkan untuk ukuran sebuah kentang. Dia memiliki mata merah dengan lingkaran hitam dan mulut penuh taring.

“Aku tahu kamu melihatku.” Roh itu berbicara seraya menatap Jamie.

Glek!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status