Share

Ada sesuatu … di dalam

Aвтор: NAS
last update Последнее обновление: 2021-11-16 06:48:26

Jamie baru saja kembali ke rumahnya. Ia terus menggerutu sepanjang pintu masuk sampai dapur tempat ibunya berada.

“Dasar menyebalkan!”

Anna, ibunya, yang berada di dapur dengan seorang pelayan, menaruh sebelah tangan di pinggulnya dan sebelah lagi terangkat menghadap ke atas—meminta penjelasan apa yang membuat putri satu-satunya jengkel.

Jamie pun tanpa ragu menceritakan bagaimana dirinya berakhir di kantor polisi hanya karena sebungkus Miss Vickie’s Potato Chip. Ia pun semakin kesal, teringat karena kejadian itu ia tak dapat menikmati camilan kesukaannya.

Jika kejadian itu terjadi pada anak lain, ibu anak tersebut pasti khawatir dan marah, bahkan menuntut Josh dengan pencemaran nama baik atau apa pun itu.

Namun, Anna hanya tersenyum kecil, dia tahu dengan baik siapa putrinya. Jamie tak mungkin melakukan hal itu dan mendengar Jamie berbicara terus-menerus karena merasa sangat marah—diperlakukan tak adil, dia mengambil kesimpulan, Jamie baik-baik saja.

“Jams, ingat hari ini kita ada undangan tetangga baru? Bersiap-siaplah. Dad masih di kantor, kau sebagai putrinya gantikan dia. Mom tak mungkin datang sendiri.”

Jamie memutar bola matanya—kesal dengan ibunya yang tak mendengarkan keluhannya.

Mom, apa kau mendengarkanku? Aku diperlakukan tak adil!”

“Apa polisi sudah menyelesaikannya?” tanya Anna pada Jamie dan Jamie mengangguk. “Apa orang itu sudah minta maaf?” tanyanya lagi.

Jamie mengangguk pelan, ia membuka mulut, hendak membantah. “T-Tapi—”

Sebelum Jamie mulai lagi, Anna mengangkat tangan dan menghentikan Jamie berbicara. “Case closed.”

Dia meminta Jamie segera bersiap-siap dan Jamie tak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemauan sang ibu.

****

Dua minggu lalu, sebuah keluarga, baru saja pindah ke lingkungan Forest Hill.

Forest Hill sebuah lingkungan yang terletak di kota Toronto. Lingkungan tempat tinggal Jamie dan keluarganya selama tiga tahun terakhir.

Keluarga tersebut mengadakan pesta pindah. Julia, adik dari William, sang pemilik rumah, yang datang mengundang keluarga Jamie dan beberapa keluarga lainnya. Istri William telah meninggal dunia, mereka dikaruniai dua anak laki-laki. Julia membantu kepindahan mereka karena dia tinggal di Kanada.

Biasanya pesta pindah rumah diadakan dengan mengundang keluarga atau teman-teman terdekat pemilik rumah, tetapi menurut Julia, keluarga terdekat William hanya dirinya.

Jamie dan Anna menuju kediaman William, tetangga baru. Mereka membawa hadiah sepiring hidangan penutup, Poutine, dan sebotol wine.

Poutine adalah satu hidangan terkenal di Kanada yang berasal dari Quebec. Itu hidangan kentang goreng dengan keju dan saus berwarna cokelat yang terbuat dari kaldu sapi.

Jamie menekan bel dan membeku. Ia memejamkan mata seraya mencengkeram tangan Anna yang sedang memegang keranjang hadiah. Jamie menarik napas terkejut, kemudian membuka matanya. Ia melihat sesuatu yang janggal.

Mom, tidak. Ada sesuatu … di dalam,” ucap Jamie panik.

Ia hendak pergi dari sana, tetapi, Julia sudah membuka pintu lebih dulu. Dia tersenyum hangat menyambut Jamie dan Anna. Jamie baru pertama kali menemuinya.

“Hadiah kecil untuk pesta rumah, Julia,” ujar Anna dan disambut gembira oleh Julia.

Jamie terpaksa mengikuti Anna ke dalam rumah menuju ruang tamu dengan arahan dari Julia, bertemu William dan tamu lain yang telah lebih dulu datang. William dengan ramah menyambut Jamie dan Anna.

“Berapa umurmu, Jamie?” tanya William penasaran.

“Delapan belas tahun, Sir. Maaf karena ayahku masih sibuk di kantor jadi aku menggantikannya.”

“Wow, Jamie, sungguh anak yang cantik dan berbakti, Anna.” Julia memuji.

“Putrimu sangat cantik dan hampir seusia putraku, Anna. Semoga mereka bisa berteman,” ungkap William.

Mendengar pujian datang dari tetangga barunya, membuat sudut bibir Anna sedikit terangkat.

Anna pun langsung berbaur dengan tamu lain dan melupakan putrinya yang dari tadi memberi kode rahasia. Setelah tiga puluh menit berlalu, Jamie mulai bosan.

William meminta kedua putranya untuk turun memperkenalkan diri. Mereka akan mulai acara makan siang.

Jamie hanya terus mengikuti Anna ke mana pun dia pergi. Walaupun ia banyak bicara, Jamie termasuk pemalu di depan orang asing, kecuali Josh, laki-laki yang menuduhnya saat di supermarket tadi dan yang baru saja muncul di depan pintu ruang tamu. Ia ternyata anak dari William, sang pemilik rumah. Josh dan Mike, adiknya, baru tiba di ruang itu.

“Apa yang kau lakukan di sini?” Jamie dan Josh bicara bersamaan.

Keduanya saling membelalakan mata dan memandang penuh kebencian satu sama lain.

Anna dan William masing-masing bertanya pada anak-anaknya, apa yang terjadi.

“Dia yang melaporkanku ke polisi, Mom!” jawab Jamie dan ia menunjuk pada Josh.

“Dia yang akan mencuri di The Market tadi!” bantah Josh seraya menatap Jamie dengan tajam.

Tamu yang sudah hadir dan berada di ruangan itu pun menoleh pada Jamie. Seakan-akan Jamie benar mencuri dari The Market, padahal memikirkannya saja tak pernah.

Jamie semakin membelalakan mata bulat miliknya. Wajahnya menjadi merah—terbakar amarah dan malu.

Jamie dan Josh mulai saling bersahut-sahutan, membuat Anna dan William malu di hadapan tamu yang lain.

“DIAAAMMM!!” Julia menaikkan nada suara dan telapak tangan di depan Jamie dan Josh, memotong perdebatan mereka.

Julia memiliki perawakan perempuan paruh baya yang ramah dengan kacamata bulat yang selalu menempel di hidungnya dan tali panjang kacamata menggantung di lehernya.

Dia telah mempersiapkan acara pesta pindah rumah dengan susah payah sejak beberapa hari, membantu kakak laki-lakinya yang tak dapat mengadakan pesta sendiri. Julia tak akan membiarkan siapa pun merusaknya, termasuk keponakannya.

Namun, reaksi berlebihan Julia membuat para tamu terperangah.

“Josh, ikut bibi ke ruang keluarga,” ucapnya, “Jamie, bisa ikut bersama kami?” tanyanya dengan ramah.

Dia meminta Anna dan William bersama tamu lain menikmati makan siang di belakang rumah, kemudian memandu Jamie menuju ruang keluarga yang berada di seberang ruang tamu.

Jamie, Josh dan Julia menuju ruang keluarga. Sebuah ruangan lain dengan piano besar berwarna hitam berada di sudut ruangan. Beberapa bingkai foto berjajar di belakang piano, dekat jendela dan sebuah bingkai foto di atas piano tersebut.

Ahh, ruangan ini. Tidak … aku tak boleh berada di sini. Pikir Jamie.

Julia baru akan meminta Jamie untuk duduk, tetapi Josh lebih dulu menyela Julia.

“Mengapa? Ada yang menarik dan hendak kau curi di sini?” tanya Josh dengan sinis pada Jamie.

Jamie berbalik menghadap Josh yang berada di belakangnya. Namun, ia lebih terkejut dengan sosok lain yang berada di dekat Josh. Makhluk gaib tinggi, besar dengan aura gelap mengelilinginya. Roh jahat.

Jamie membayangkan sebuah kentang, tetapi semakin lama ia memandang, semakin menyeramkan bahkan untuk ukuran sebuah kentang. Dia memiliki mata merah dengan lingkaran hitam dan mulut penuh taring.

“Aku tahu kamu melihatku.” Roh itu berbicara seraya menatap Jamie.

Glek!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku, Musuhku dan Para Pemburu   Tentu saja! Kalian semua diundang.

    Di tengah kecurigaan Jamie, dirinya teringat Darick pernah mengatakan Zaros memanipulasi pikiran seseorang di kantor pusat tempat dirinya bekerja agar melakukan perubahan pada data Jamie. Dengan begitu, Noir dan kelompoknya tak dapat menemukan keluarga Jamie. Jamie akhirnya mulai mencurigai Zaros. Ia juga berkali-kali melihat sosok Damien, Talon, Zaros, Carden, Gabriel dan Adam di sekitarnya, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang ingin menemuinya. Jamie menoleh pada Damien dengan tajam. “Apa kau pikir aku tak melihatmu dari jendela kamarku?!” ketusnya. “A-Aku … itu … hm, maaf, Jamie,” jawab Damien menyesal. Jamie menunjuk Talon, Zaros Carden dan Gabriel dengan mata berkaca-kaca. “Aku tahu Talon membersihkan apartemenku setiap datang! Aku tahu Gabriel dan Adam pernah mengunjungiku, tetapi kepergok oleh Josh, ‘kan?! Aku juga tahu Carden mengisap makhluk gaib di sekitarku! Aku tahu pasti yang membawa kalian berpindah pasti Zaros!” Talon, Zaros, Carden dan Gabriel gelagapan. “M-Maa

  • Aku, Musuhku dan Para Pemburu   Ini untuk kebaikanmu, Jamie.

    Adam mempersilakan mereka maju dan menghiraukan ucapannya karena dia akan bersembunyi di tempat persembunyiannya.“Apa dia minta mati kali ini?!” Darick menyeringai sadis.Darick melindungi kediaman itu dengan kekuatannya dan hanya manusia yang dapat masuk ke dalam kediaman itu. Sayangnya, Darick dan kelompoknya tak bisa membedakan aroma manusia yang satu dan lainnya. Jika manusia sudah masuk ke dalam kediaman yang Darick lindungi, tentunya manusia yang memiliki kekuatan bisa menggunakan kekuatan dalam kediaman itu.Darick juga melindungi pikiran dirinya dan kelompoknya dari kelompok lain. Oleh karena itu, hanya Darick dan kelompoknya yang bisa masuk ke dalam pikiran satu sama lain, seperti Carden yang selalu membaca pikirannya.Dan sekarang, ada manusia yang berani masuk ke dalam kediamannya bahkan memecahkan kaca kediaman itu. Tentu saja, Darick dan kelompoknya sudah mengetahui siapa yang berani melakukan itu berdasarkan pengalaman.Mereka melesat mencari asal kaca pecah yang ternya

  • Aku, Musuhku dan Para Pemburu   Mengapa Darick sangat keras kepala?

    Darick berdecak kesal. “Sudah aku bilang jangan menemui Jamie lagi! Dia sudah cukup sedih sekarang!” perintahnya.“Kalau dia belum melupakan kita, dia pasti senang bertemu dengan kita, Darick!” Carden membujuk Darick.“Tetapi masalahnya tak semudah itu, Carden!” desis Darick sembari menggertakkan giginya.Zaros menunduk dan mengakui kesalahannya. “Aku tak memanipulasi pikirannya karena tak ingin Jamie melupakan kenangan bersama kita!” Zaros membela diri.“Ya, bagus itu!” jawab Adam yang tiba-tiba kembali lagi setelah selesai merajuk dan tak sengaja menguping mereka.“Masalahnya … aku memanipulasi pikiran orang lain dan membuat seolah kejadian yang Jamie alami adalah mimpi,” ungkap Zaros.Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja Zaros ungkapkan. “Apa maksudmu?” tanya Damien, Talon, Carden dan Adam bersamaan.Zaros memang mendapat perintah

  • Aku, Musuhku dan Para Pemburu   Kami hanya merindukan Jamie, Darick!

    “Mengapa setega itu pada Jamie, Darick?” tanya Zaros sedih.“Salah siapa?” hardik Darick.Darick melihat Zaros hanya mengerucutkan bibirnya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu pengikutnya yang lain.“Halo, Darick,” sapa pengikutnya dari balik ponsel.“Earl, aku titipkan dia padamu,” tutur Darick.“Kau akan kembali sekarang? Kita tak jadi bertemu?” Earl sebenarnya tahu Darick datang bukan untuk menemui dirinya.“Maaf, aku harus segera kembali. Pastikan kau dan Kalen tak ketahuan olehnya, oke?” Darick memperingatkan Earl agar tak mengulang kesalahan seperti Damien dan Carden. “Dia sangat pintar mengenali vampire.”“Kau tak ingin berpamitan dulu dengannya? Aku sering melihat dia bersedih,” ungkap Earl membujuk Darick.Darick tersenyum tipis. “Tidak. Ini untuk kebaikannya juga. Penyihir itu pasti akan menja

  • Aku, Musuhku dan Para Pemburu   M-Maaf … salah orang.

    Jamie menghela napas pasrah. Ia ingin menceritakan pada Josh yang sebenarnya terjadi. Namun, Jamie ragu sekaligus takut kalau sampai apa yang mereka katakan benar.Ia memilih menelan semua sendiri dan berusaha menganggap kejadian itu hanya mimpi, walaupun masih tak percaya itu hanya mimpi. Namun, sekeras apa pun dirinya mengelak, tak ada orang lain yang tahu kejadian itu selain dirinya, sekalipun Josh yang bersama dengannya saat kejadian.Satu yang pasti, itu bukan penglihatan karena Jamie sudah bisa membedakan mimpi biasa dan mimpi pertanda melalui penglihatan. Lagi pula, dalam penglihatan biasanya hanya kilasan kejadian yang akan terjadi dan tak sedetail yang dirinya alami.Jamie mulai menjalani aktivitasnya setelah cuti dan membiarkan kejadian itu menjadi misteri.“Jamie! Akhirnya kau kembali dari cuti!” sambut Mr Lewis.“Dasar tua bangka! Semua yang aku alami karenamu!” geram Jamie dalam hati.“Selamat pagi,

  • Aku, Musuhku dan Para Pemburu   Jadi itu semua hanya mimpi?

    Jamie merasa sesak dan bersandar pada kursi meja makan. Lama-kelamaan tubuhnya terkulai lemas dan dirinya hampir terjatuh dari kursi. Leslie buru-buru menahan tubuh Jamie. “Ada apa, Jams? Jams! Jamie!” Jamie mendengar suara Leslie semakin lama semakin menghilang dan matanya mulai berkaca-kaca. “Apa yang terjadi? Apa itu benar-benar hanya mimpi?” batinnya. Leslie menampar pelan wajah Jamie. “Jams! Jamie!! Ya Tuhan, ada apa denganmu?!” Jamie terkesiap karena tamparan pelan dan suara memekakkan telinga yang berasal dari Leslie. Ia menoleh dan melihat raut wajah Leslie yang panik serta khawatir dengan dirinya. Jamie melihat Leslie sepanik itu saat dirinya hampir terjatuh dari kursi atau saat dirinya berteriak dari dalam kamarnya. Jadi, rasanya tak mungkin kalau memang dirinya baru kembali dari Roxbury setelah tak mengabari berhari-hari dan Leslie memasang raut wajah biasa saja. “Jadi, aku hanya bermimpi?” gumam Jamie lirih. “Sepertinya tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status