Short
Aku Pemenang Dalam Hidupku

Aku Pemenang Dalam Hidupku

By:  Coco AnCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Chapters
5views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ini sudah ke-seratus kalinya aku diabaikan oleh keluarga ini. Saat ulang tahun, mereka hanya menyiapkan kue untuk adikku. Saat sakit, aku terbaring sendirian di ranjang, sementar mereka semua mengelilingi adikku. Aku selalu bilang pada diriku sendiri untuk bersabar dan jadi anak yang pengertian, tapi semua itu tak pernah tergantikan sekalipun dengan kasih sayang mereka. Hingga hari pernikahanku tiba. Aku kira setidaknya di hari itu, aku bisa merasakan sedikit kasih sayang yang benar-benar menjadi milikku. Namun, aku salah. Ayah, Ibu, Kakak, bahkan Jason, tunanganku yang merupakan seorang bos mafia, semuanya malah pergi ke acara wisuda adikku. Mereka meninggalkanku sendirian di tempat pernikahan, membiarkanku menanggung tatapan iba dan ejekan para tamu. Sedangkan Jason hanya melontarkan kalimat dingin, "Hanya pernikahan saja, bisa digantikan lain hari." Ini bukan pertama kalinya. Waktu acara pertunangan pun sama, begitu adikku mengeluh sakit perut, dia tanpa ragu langsung menemaninya ke rumah sakit. Sementara aku harus tersenyum pada tamu-tamu sendirian Saat ini, aku benar-benar sadar. Bagi mereka, aku hanyalah sosok yang tidak penting. Jadi, aku memilih untuk pergi. Aku membawa koper dan satu rahasia, yaitu anak dalam kandunganku. Kali ini, aku tidak akan menunggu kasih sayang mereka lagi. Aku akan memulai hidup baru, demi diriku dan demi anakku.

View More

Chapter 1

Bab 1

Pada malam pembatalan pernikahan, Siska mengunggah foto wisuda bersama keluarga di media sosial.

Dia berdiri di tengah, dikelilingi oleh Ayah, Ibu dan Kakak, sementara tunanganku berdiri di belakangnya sambil memegang seikat bunga, seperti seorang pelindung.

Sebagai pusat perhatian, senyuman Siska terlihat begitu bersinar.

Caption di fotonya sederhana, tapi menyakitkan. [Kasih sayang itu tak perlu ditunggu].

Cahaya dari layar ponsel memantul di wajahku.

Dadaku terasa hampa. Bukan marah, melainkan lelah.

Aku hanya mengetik enam kata: [Selamat atas kelulusanmu, aku ikut bahagia].

Kemudian, aku baru saja hendak mematikan ponsel, tiba-tiba pintu terbuka keras.

Kakakku, Stefano menerobos masuk dan dengan nada yang setajam pisau, “Apa maksud komentarmu di postingannya? Mau mempermalukan adikmu sendiri di depan umum?”

Tanpa menunggu penjelasanku, dia melanjutkan tuduhannya, “Kamu sudah cukup memalukan di pernikahanmu hari ini, sekarang malah mau menarik Siska ikut dipermalukan juga?”

Aku meletakkan ponsel di lemari samping ranjang, lalu menjawab datar, “Aku nggak menyindir. Itu ucapan selamatku yang tulus.”

Ketenanganku membuatnya sempat terdiam.

Tatapannya jatuh ke koper di lantai, lalu dia pun dengan dingin berkata, “Mulai lagi? Sudah kemas koper dan mau pura-pura kabur dari rumah untuk mendapat perhatian? Biar semua orang memohonmu untuk tetap tinggal?”

“Selvy, sejak kecil kamu memang suka sekali buat drama seperti ini. Bisa nggak sih, kamu belajar sedikit lebih dewasa? Belajarlah seperti adikmu!”

Stefano pun melanjutkan perintahnya, seolah sedang membagi pekerjaan rumah, “Siska mau makan krim sup seafood. Kamu saja yang masak, sekalian minta maaf padanya.”

Nada bicaranya terdengar seenaknya, seolah aku berutang pada mereka.

Aku tidak berdebat seperti biasanya dan hanya menjawab, “Iya.”

Kemudian, berbalik menuju dapur.

Stefano terkejut dengan perubahanku, lalu tiba-tiba meninggikan suara, “Tunggu. Jangan-jangan kamu mau macam-macam dengan makanannya?”

“Kok kamu nggak menolak kali ini?”

Aku menoleh, mataku berkaca-kaca dan menjawab, “Kak, apa aku orang seperti itu di matamu?”

Mungkin karena ekspresiku terlihat sangat terluka, dia mengerutkan kening dan mengalihkan pandangan, lalu nadanya sedikit melunak, “Kurasa kamu juga nggak berani.”

Kemudian, dengan nada tenang seolah semua yang terjadi hari ini adalah hal sepele, dia berkata, “Acara wisuda Siska hanya sekali seumur hidup. Pernikahanmu yang batal hari ini masih bisa diganti lain hari.”

Diganti lain hari!

Mereka menganggap pernikahanku seperti pesta biasa, bisa dijadwalkan ulang kapan saja.

Di gereja hari ini, di barisan tamu penting di bawah panggung, duduk semua kalangan terpandang seluruh kota, kamera media menyorot kursi pengantin pria yang kosong. Aku berdiri sendirian di bawah lampu sorot selama sepuluh menit, hingga akhirnya pemandu acara menuntunku turun dari panggung.

Jason, seorang bos mafia yang selama ini dikenal memegang janji, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya juga tiga kata itu, “Ganti lain hari!”

Aku menunduk, melangkah pelan ke dapur dan mulai menyiapkan bahan.

Satu per satu kerang simping dikupas, air garam terasa menyengat di kulit. Jariku memerah dan membengkak, aku alergi seafood.

Namun, rasa perih di tangan tak membuatku menangis. Karena yang paling menyakitkan bukan luka di kulit, melainkan rasa terbiasa ini, terbiasa diabaikan.

Sebelumnya, saat acara tunangan, Siska bilang perutnya sakit.

Jason, tunanganku langsung pergi ke rumah sakit tanpa pikir panjang, meninggalkan seluruh tamu di ruangan.

Aku berdiri sendirian di atas pangggung, meminta maaf dan menuntaskan acara seorang diri.

Itu adalah kesembilan puluh sembilan kali diriku diabaikan.

Dan hari ini adalah keseratus kali.

Dari ruang tamu, terdengar suara lembut Siska, “Kakak, bungkusan cemilan ini susah dibuka.”

Stefano langsung berdiri, langkahnya tergesa-gesa dan berkata, “Jangan dibuka sendiri, gimana kalau sampai terluka? Tanganmu itu untuk bermain piano.”

Nada suaranya penuh dengan kasih sayang.

Aku kembali ke kamar dan menutup pintu.

Melepas kancing gaun pengantin di punggungku, kain putih itu jatuh ke lantai seperti ombak laut.

Aku duduk di meja kerja dan membuka laptop. Kursor berkedip-kedip, berhenti di email yang sudah setengah diketik: [Program Dokter Lintas Batas].

Aku menambahkan kalimat terakhir: [Bisa berangkat kapan saja dalam dua minggu ke depan.] Kemudian, klik kirim.

Ini bukan pertama kalinya mereka mengecewakanku.

Ini adalah kali keseratus mereka mengecewakanku.

Aku meraih ponsel, membuka riwayat obrolan kami. Pesan terakhir adalah [Hanya pernikahan saja, bisa digantikan lain hari.]

Aku menelungkupkan ponsel di atas meja.

Jika mereka hanya menyukai Siska, biarkan saja Siska menjadi segalanya bagi mereka.

Dan aku akan meninggalkan kota ini, meninggalkan rumah ini dan juga meninggalkan pria yang menganggap pernikahan denganku hanyalah hari yang bisa ‘dijadwalkan ulang’.

Tanpa berpamitan, tanpa menoleh.

Stefano menerima piring dari tanganku tanpa menatapku. Kemudian, dia berkata pelan pada Siska, “Hati-hati, masih panas.”

Stefano tersenyum tipis, pandangannya meluncur melewatiku, seolah aku hanyalah seorang pelayan.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status