Short
Adikku Merebut Posisiku di Altar Pernikahan

Adikku Merebut Posisiku di Altar Pernikahan

By:  Anna SmithCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
7Chapters
6views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pada hari yang seharusnya menjadi hari pernikahanku, pengantinnya malah bukan aku. Upacara yang sudah kutunggu selama lima tahun berubah menjadi lelucon ketika Valentina, adik perempuanku, melangkah menyusuri lorong marmer dengan gaun pengantin putih. Lengannya melingkar di lengan Luca, pria yang seharusnya berdiri menungguku di altar. "Maafkan aku, Bianca," kata Valentina pelan. "Tapi hari ini kamu bukan lagi pengantinnya." Kemudian, dia menyentuh perutnya, matanya berkilat penuh kemenangan. "Aku hamil anak Luca." Kata-katanya meledak di dalam kepalaku dan seluruh duniaku seolah-olah mendadak sunyi. Seakan-akan takut aku tak akan memercayainya, dia mengangkat sesuatu yang mengilap ke arah cahaya. Gambar USG hitam putih. Tertulis jelas, usia kehamilan 12 minggu. Mataku terasa panas dan perih. Dengan mata berkaca-kaca, aku menoleh ke arah Luca, mati-matian mencari apa pun. Penyangkalan, penjelasan, ataupun penyesalan. Namun, dia hanya menghela napas, lelah dan pasrah. "Bianca, aku minta maaf," katanya tak berdaya. "Valentina nggak punya banyak waktu lagi. Pernikahan ini ... adalah permintaan terakhirnya." "Aku akan menebusnya," tambahnya. "Kita bisa mengadakan pernikahan lain nanti." Ayahku, Moretti, berdiri di belakangnya dengan ekspresi dingin yang sama seperti yang selalu dia tunjukkan sepanjang hidupku. Aku tak pernah melihatnya tersenyum kepadaku, bahkan sekali pun. "Bianca," katanya tajam. "Adikmu sekarat. Biarkan dia yang menikah hari ini." Kakak laki-lakiku mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata pun, seolah-olah itu sudah cukup sebagai jawaban yang tegas. Sepanjang hidupku, mereka selalu memilih dia. Air matanya, keinginannya, kebutuhannya, semuanya lebih penting daripada aku. Hari ini pun tidak berbeda. Sesuatu di dalam diriku ada yang retak. Baiklah. Jika tak ada seorang pun di keluarga ini yang peduli padaku, aku akan pergi.

View More

Chapter 1

Bab 1

Para tamu undangan saling berbisik sambil menatap ke arahku, kata-kata mereka tajam dan menyayat. Rasa panas merayap naik ke tengkukku, seolah-olah tatapan mereka mengulitiku hidup-hidup.

"Bianca ... aku tahu aku sudah menyakitimu."

Valentina melangkah mendekat. Perempuan yang selalu membawa dirinya seperti seorang tuan putri itu kini menunjukkan ekspresi bersalah yang jarang kulihat.

"Tapi dokter bilang aku nggak punya waktu lebih dari satu tahun lagi." Suaranya bergetar. "Aku cuma ingin memakai gaun pengantin sebelum aku mati. Ini satu-satunya permintaanku. Kumohon ... biarkan aku memilikinya."

Saat mengatakan itu, matanya menunjukkan sifat keras kepala dirinya yang sama sejak kecil. Dia tampak persis seperti penguasa kejam sejak dulu, selalu mengambil apa pun yang dia mau, selalu merebutnya dariku.

Aku menoleh ke arah Luca, suaraku bergetar. "Luca, apa ini juga yang kamu inginkan?"

Pandangan matanya beralih-alih di antara kami, pergulatan jelas terlihat di sana. "Bianca, tolong mengertilah. Adikmu sakit. Dan dia hamil ...."

Dia meraih tanganku. Refleks, aku melangkah mundur.

"Ayah, Marco, kalian juga?"

Ayahku mengembuskan napas berat dan meletakkan tangannya di bahuku. "Bianca, biarkan adikmu menikah. Waktunya sudah nggak banyak."

Kakakku terlihat tak nyaman, tetapi tetap mengangguk. "Cuma satu pernikahan. Kamu bisa punya yang lain nanti."

Rasa dingin merambat ke seluruh tubuhku.

Orang-orang ini, keluargaku, terlihat begitu akrab, tetapi terasa seperti orang asing.

Kemudian, sebelum siapa pun sempat bereaksi, Valentina tiba-tiba merebut pistol dari pinggang Luca dan menempelkannya ke pelipisnya, air mata mengalir deras di wajahnya.

"Lebih baik aku mati sekarang saja!" jeritnya. "Aku nggak akan membebani kalian semua ... dan Bianca nggak akan membenciku lagi!"

Semua orang di ruangan itu terkesiap.

Tepat saat dia hendak menarik pelatuk, pastor menerjang dari belakang dan merenggut pistol itu dari tangannya.

Dikelilingi lengan-lengan yang menenangkan, Valentina terisak begitu keras sampai dia hampir tak bisa bernapas. "Aku tahu Bianca nggak pernah menyukaiku. Biarkan aku pergi saja. Biarkan dia mendapatkan apa yang dia mau ...."

"Bianca, ini sudah keterlaluan!" bentak kakakku, amarah membara saat dia maju hendak memukulku.

Luca segera berdiri di antara kami. "Jangan sentuh dia!"

Kemudian, dia menoleh kepadaku ....

Mata lembut yang selalu dia miliki kini dipenuhi dengan tatapan dingin dan kekecewaan. "Bianca, minta maaflah pada Valentina. Katakan padanya kamu nggak keberatan."

Nadanya lembut, tetapi sama sekali tak memberi ruang untuk menolak.

Tenggorokanku tercekat. Jelas Luca tidak akan membiarkan ini berlalu.

"Aku minta maaf ...," bisikku, kata-kataku nyaris hancur sementara air mata mengalir deras di wajahku.

Aku merasa tak sanggup bernapas jika tetap berada di tempat itu, jadi aku berlari keluar dari gereja, langsung menuju rumah yang seharusnya kutinggali bersama Luca malam ini.

Dunia tak pernah terasa sehampa ini. Aku sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Dengan perasaan mati rasa, aku hanya mengemasi koperku.

Rumah ini .... Akulah yang memilihnya bersama Luca. Aku menghabiskan berminggu-minggu bekerja dengan desainer. Seharusnya ini menjadi "rumah" kami.

Sekarang, tempat ini tak lebih dari lelucon yang kejam.

"Bianca, kamu ngapain?" Luca bergegas masuk, terdiam saat melihat koperku sudah terkemas. "Kamu mau ke mana?"

Dia mencengkeram pergelangan tanganku. "Bianca, jangan lakukan ini. Ini ... bukan yang aku inginkan."

"Valentina sedang sakit dan emosional. Jangan salahkan dia."

Aku mengangkat kepala dan menatapnya. Pria yang kucintai selama bertahun-tahun kini tak lebih dari orang asing yang mengenakan wajahnya.

"Luca, apa kamu sama sekali nggak mengerti betapa kejamnya kamu padaku hari ini?"

"Kamu berdiri di sisinya. Kamu menikah dengannya. Lalu aku ini apa?"

"Bianca, kamu berlebihan." Dia terdiam sesaat, lalu menarikku ke dalam pelukannya. "Aku cuma ingin memenuhi permintaan terakhirnya. Itu nggak berarti apa-apa."

"Cuma satu tahun. Setelah itu, kita akan mengadakan pernikahan kita."

Aku memilih diam. Tak ada lagi yang bisa kukatakan.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status