"Apa boleh saya bawa Abel pulang hari ini?"permintaan yang cukup mengejutkan Anik membuat wanita itu menatap Zahwa serius. "Apa keluarga nona sudah memperbolehkan mengadopsi Abel?" dengan penuh kehati-hatian Anik melayangkan pertanyaan yang cukup pribadi pada Zahwa. Pasalnya hari dimana Zahwa menitipkan Abel wanita itu berkata akan meminta izin lebih dulu pada sang suami yang sampai sekarang Anik belum tau apa Bram memperbolehkan nya atau tidak namun jika melihat keseriusan dari sorot mata Zahwa wanita itu ingin sekali mengadopsi Abel menjadi anak nya.Ingin rasanya hari ini juga Zahwa menandatangani dan melalui beberapa proses untuk menjadi mama angkat Abel namun apa dayanya yang harus meyakinkan Bram lebih dulu untuk mengajar Abel menjadi anak mereka, karena bagaimanapun izin Bram sangat penting untuk nya. "Belum, hanya saja saya ingin membawa Abel pulang untuk beberapa hari kedepan agar saya tidak lagi merasa kesepian karena di tinggal mas Bram ke luar kota" jelas Zahwa. Padahal di
"Halo Za..."Oek...Oek...Oek..."Kok ada suara bayi? itu bayi siapa?" tanya Malik dari sebarang sana, niat hati ingin mengajak Zahwa makan malam di luar Malik malah di buat bingung akan tangis bayi yang tidak kunjung reda."Ponakan aku mas" Jawab Zahwa membuat Malik mengerutkan kening di sebarang sana. "Ada apa mas Malik telfon?" mengalihkan pembicaraan Zahwa tidak ingin keberadaan Abel terlalu banyak di ketahui oleh orang, dan yang harus mengetahui hal ini pertama kali adalah Bram suaminya karena tidak ada yang lebih penting dari posisi Bram sebagai suaminya sekarang."Aku ingin mengajak mu makan malam, apa kamu bisa?"Menatap jam di kamar yang menunjukkan setengah enam malam Zahwa sampai lupa memasak untuk dirinya sendiri karena harus mengurus Abel yang masih menangis sampai sekarang. "Maaf mas aku gak bisa""Kenapa?"Zahwa menggigit bibir bawahnya ia tidak terbiasa menolak tawaran seseorang seperti ini namun bagaimana lagi keadaan yang membuat Zahwa harus melakukan itu, apa lagi d
Meletakan termometer pada badan Abel Zahwa mendapati suhu badan bayi itu sudah normal seperti biasa, dan kebetulan hari ini juga Zahwa akan membeli perlengkapan Abel yang belum ia miliki seperti bak mandi, sabun khusus bayi dan lain-lain. "Hari ini kita mau jalan-jalan sayang" ucap Zahwa di sambut senyum lebar Abel membuat nya semakin gemas dengan makhluk mungil tersebut mendaratkan ciuman pada kedua pipinya Zahwa mendapati ponsel nya berdering.Mendapati Lila yang menghubungi dengan cepat Zahwa mengangkat telfon tersebut."Kamu gak ke sekolah lagi Za? kok kamu akhir-akhir ini sering libur mendadak sih? kamu sakit ya?"Baru saja sambungan telfon terhubung Zahwa langsung mendapatkan begitu banyak pertanyaan dari Lila mengenai ke tidak hadirannya. "Aku gak sakit, hanya ada urusan mendadak saja""Urusan apa Za? orang suami mu saja ada di luar kota" Lila tau Bram berada di luar kota karena Zahwa yang memberitahunya beberapa hari lalu dan menjelaskan kalo kini dirinya sudah tidak tinggal d
"Abel mau yang mana sayang? mau yang bebek atau gajah? atau mau aunty aja?" menghabiskan jam pulang dengan bermain bersama Abel membuat Lila sangat bahagia, bayi mungil yang sangat aktif itu sangat menggemaskan di mata Lila. Jika saja Abel boneka sudah di pastikan akan Lila masukan plastik untuk ia bawa pulang saat itu juga.Keluar kamar mandi Zahwa mendapati anak nya tengah tersenyum melihat Lila yang terus mengajak nya bicara. Zahwa yang sempat berfikir jika Lila tidak akan suka dengan Abel menghela nafas lega melihat pemandangan yang membuat hatinya bahagia. "Anak mama lagi bicara apa sama tante Lila?""Za anak kamu gemes in banget pengen aku bungkus bawa pulang""Kalo gemes kenapa kamu tidak nikah aja? nanti juga dapat bonus anak" Lila memutar bola mata malas. "Belum mau nikah aku"Zahwa hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban Lila. Selagi Abel bermain dengan Lila Zahwa merapikan meja kerjanya menyusun buku anak-anak menjadi satu tumpukan, merapikan mainan Abel yang berantak
Gea yang tidak jadi berbelanja memutuskan untuk pulang ke rumah Linda menceritakan semua yang ia lihat pada mama nya dan meminta saran pada wanita itu mengenai langkah apa yang harus ia ambil, cukup lama keduanya bertukar fikiran akhirnya mereka sampai di keputusan akhir dimana mereka akan memata-matai Zahwa seharian ini mencari celah sedikit saja perbuatan Zahwa yang bisa mereka gunakan untuk melakukan rencana selanjutnya.Info terakhir yang Gea dapatkan mengenai Zahwa adalah wanita itu tinggal di apartemen Bram, namun karena apartemen suaminya itu hanya ada dua disini Gea memutuskan untuk mencarinya tau sendiri bio data Zahwa di salah satu apartemen tersebut, sampai akhirnya ia mendapatkan info kalo Zahwa menginap selama satu bulan belakangan ini di apartemen pusat kota.Bersama dengan Linda keduanya memata-matai apartemen tersebut dari dalam mobil. Satu jam, dua jam, tiga jam, sampai mata hari menunjukan sore hari mereka tidak mendapatkan tanda-tanda mengenai Zahwa keluar apartemen
Selesai menyantap hidangan makan malam Zahwa melanjutkan beres-beres rumah yang harus ia lakukan pada malam hari, karena kalo pagi sampai sore hari ia akan di sibukkan dengan kegiatan mengajar dan mengurus Abel belum lagi jika bayi itu tiba-tiba rewel mau tidak mau Zahwa harus mengendong bayi itu seharian sampai Abel kembali tenang.Hampir setiap sudut apartemen Zahwa bersihkan, perhatian nya teralih saat bel apartemen berbunyi di jam yang menunjukan pukul delapan malam membuat Zahwa sedikit takut jika yang menekan bel tersebut adalah orang yang memiliki maksud jahat apa lagi kini ia dirumah seorang diri bersama dengan seorang bayi.Masih memiliki fikiran positif membuat Zahwa akhirnya nekat berjalan ke arah pintu dengan hati yang berdebar. Meremas handle pintu kuat detak jantung Zahwa semakin di uji pasal nya orang di luar sana juga memutar handle pintu namun tidak bisa di buka nya."Tuhan lindungi aku dan Abel" guman Zahwa memejamkan mata sesaat, perlahan tangan nya memutar handle d
Oek...oek...oek...Bram yang mendengar tangis melengking itupun menatap Zahwa dengan tatapan khawatir bahkan tangan yang tadi menepuk paha Abel berhenti berubah menjadi kaku. "Za" panggil Bram lirih."Jangan tegang mas, tetap santai dan jangan panik" Bram yang tidak bisa tenang pun terus menggambarkan kecemasan nya melalui ekpresi wajah. "Dia terus menangis, apa yang harus aku lakukan?""Kuncinya tenang mas, tarik nafas panjang" Zahwa memberikan aba-aba dan hal itu tentunya langsung di lakukan Bram. "Buang, tenang jangan ikut panik jika dia menangis, tetap tepuk paha nya pelan seperti tadi" aba-aba Zahwa untuk kedua kalinya yang langsung di lakukan Bram."Jika bisa gendongan nya sambil di gerakan sedikit, ke kanan...ke kiri...kanan lagi... kiri lagi...Iyah seperti itu" ucap Zahwa terus memberikan aba-aba. Zahwa yang tau jika Abel buang air besar pun tidak langsung mengantikan popok nya namun memanfaatkan situasi itu agar Bram merasakan bagaimana asik nya menjadi orang tua seperti diri
Di rasa tangis Zahwa mulai reda Bram memberi ruang antara keduanya, menangkup wajah putih Zahwa di hapus nya jejak air mata wanita itu dengan lembut menggunakan ibu jari. "Kalo kamu mau adopsi Abel, mas izinkan"Zahwa menjeda tangisnya menatap serius kedua bola mata Bram. "Ma-mas serius?" dengan suara serak nya Zahwa bertanya dengan perasaan bahagia. "Mas bolehin Za adopsi Abel?"Bram mengangguk cepat. "Asal kamu tidak menangis lagi mas mengizinkan kamu adopsi Abel"Dengan mandiri Zahwa menghapus air mata yang sempat jatuh kembali dan langsung mengangguk setuju. "Makasih ya mas" ucap Zahwa penuh kebahagiaan. "Za janji Zahwa akan merawat Abel dengan baik, Za janji bayi itu tidak akan membuat mas pusing"Baram meraih pundak Zahwa terlihat pria itu menggeleng kecil. "Kita urus dia sama-sama ya"Seketika tubuh Zahwa diam di tempat tidak ada perkataan yang bisa ia lontarkan selain kontak mata yang masih saling tatap tersebut. Bram yang sempat bersih keras tidak memberikan nya izin merawat