Melihat tingkah Angga dan Rumi sedikit aneh, Biantoro mendekati mereka. Biantoro curiga Angga dan Rumi merencanakan sesuatu padanya. Biantoro dengan angkuhnya berdiri di antara Rumi dan Angga."Sudah waktunya pulang." Ucap Biantoro, sambil menarik tangan Rumi agar berdiri."Jangan kasar!" Tegur Angga melihat Rumi hampir terjatuh karena di tarik paksa oleh Biantoro. "Jangan ikut campur. Sudah beruntung kamu aku izinkan pergi dengannya," Ancam Biantoro. Melepaskan tangan Angga dari bahu Rumi dengan kasar "Memangnya kenapa aku pergi dengannya?" Tanya Angga agak terpancing sikap Biantoro yang terlihat sombong itu. Mendengar pertanyaan Angga Biantoro tertawa lalu menatap Angga dengan tatapan tajam dan mematikan."Mana ada suami mengijinkan istrinya pergi dengan pria lain." Jawab Biantoro."Apa suami? Maksud kamu, kamu suaminya Rumi?" Tanya Angga, tidak percaya. "Begitulah," jawab Biantoro."Bisa-bisanya seorang kakak, mengaku suami adiknya agar adiknya aman!" sarkas Angga."kamu tidak p
Rumi mendekati nenek dan Biantoro yang sedang sarapan dengan perasaan cemas, karena tahu jika Biantoro saat ini sedang marah padanya, walaupun dia tidak tahu apa kesalahan nya. Rumi terus melihat ke arah Biantoro yang juga sedang melihat ke arah nya, hanya ekspresi wajah mereka yang berbeda Rumi melihat Biantoro dengan ekspresi wajah ketakutan sedangkan Biantoro melihat Rumi dengan ekspresi marah."Duduklah!" Ucap nenek."Nenek tadi sudah menegur Biantoro, agar tidak terlalu membuatmu kelelahan di malam hari," ucap nenek."Deg," jantung Rumi rasanya berhenti mendengar itu.Mendengar itu, Rumi melihat ke arah Biantoro lagi yang ternyata masih melotot marah kepadanya, Rumi tersenyum menyadari kesalahannya.Kemarin dia cerita jika mereka tidak kemana-mana hanya terus berada di kamar. Mendengar itu nenek bukannya selesai bertanya malah tersenyum dan bertanya yang aneh-aneh yang membuatnya malu dan bingung harus menjawab apa, karena mereka tidak melakukan semua yang nenek tanyakan.Akhirn
"Kakak, kenapa bertanya seperti itu. Aku ini adikmu, ya pasti aku mencari mu," jawab Siska. Rumi menatap Siska dari ujung kaki hingga kepala, dandanan Siska terlihat berbeda berbeda, dia terlihat seksi."Maaf Kakak, aku habis bersama teman-teman ku, jadi berpenampilan seperti ini," ucap Siska sadar jika Rumi memperhatikan nya."Teman-teman seperti apa yang di miliki Siska hingga dia berpakaian minim dan sedikit terbuka seperti sekarang, aku memang bodoh tidak bisa melihat Siska dari dekat dulu," batin Rumi."Kakak, tidak meminta ku masuk?" Tanya Siska mengejutkan Rumi yang sedikit melamun."Masuk lah!" Ucap Rumi, walau berat dan ragu, tapi tetap saja dia tidak bisa mengusir Siska tanpa alasan."Rumah ini besar sekali, aku iri padamu ka, bisa tinggal di rumah sebesar ini, aku kesepian di rumah sendirian." Lanjut Siska dengan manja."Kan ada Alex!" Sindir Rumi.Siska menghentikan langkahnya, lalu menatap Rumi."Maafkan aku ka, saat itu aku merasa sangat kasihan pada Ka Alex, mungkin sa
Biantoro menatap heran arah Rumi yang terlihat bingung sejak tadi, Rumi sudah seperti setrika bolak balik terus berulang-ulang kali.Awal-awal Biantoro tidak perduli, namun lama kelamaan dia merasa sangat terganggu dengan tingkah Rumi, saat ini."Ada apa?" Sentak Biantoro.Rumi yang sedang melamun serta merta terkejut, dia menoleh ke arah Biantoro, lalu menggeleng lemah."Kalau tidak ada masalah, kenapa sejak tadi bolak balik terus?" Sentak Biantoro lagi.Mendengar itu, Rumi segera duduk di sofa, tempat biasa dia tidur. Rumi melihat ke arah Biantoro dengan kesal.Biantoro meneruskan pekerjaannya, melihat Rumi tenang, namun tidak lama Biantoro melirik ke arah Rumi lagi, karena dia merasa terganggu kembali dengan suara ketukan jari Rumi pada sofa."tuk, tuk, tuk!"Biantoro dengan kesal melepaskan jari tangannya dari atas laptop, lalu segera beranjak dari tempatnya, dengan kesal. Dia mendekati Rumi, hingga Rumi terkejut, menatap tajam ke arah nya."Ada apa denganmu?" Tanya Biantoro denga
Perasaan aneh yang membuat keduanya merasa getaran yang menghangatkan hati mereka."Kakak! Kenapa lama sekali turunnya, jadi ku antar saja Ka Biantoro ya," ucap Siska membuyarkan moment yang terjadi di antara Rumi dan Biantoro.Rumi terkejut mendengar suara Siska, Rumi langsung melihat ke arah Siska yang berdiri di sebelah Biantoro sambil tersenyum padanya, Rumi kemudian melihat ke arah tangan Siska yang mengait erat ditangan Biantoro dengan erat.Hal ini mengingatkan dirinya pada Alex yang juga sering di gandeng seperti ini oleh Siska. Saat itu dia tidak pernah berpikir macam-macam, malah dia merasa sangat senang Siska bisa sangat akrab dengan Alex namun ternyata di balik sikap mereka itu, ada sesuatu.Rumi memberi jalan pada Biantoro untuk masuk ke dalam kamar. Sedangkan Biantoro tadi, terkejut saat melihat Rumi, penampilan Rumi saat ini sangat berbeda dari biasa nya. Biantoro menatap wajah Rumi yang biasanya polos, kini sedikit berbedak dan ada riasan tipis di sana, bahkan bibirny
Rumi dengan perasaan cemas menunggu kedatangan Biantoro yang sampai sekarang belum juga datang, Rumi sekali lagi melirik jam di dinding."Dia pasti ikut dengan Siska, Siska pasti berhasil membujuknya," pikir Rumi, saat melihat sudah empat jam berlalu dari saat Biantoro mengantar Siska.Rumi duduk lemas di sofa, dia memilih untuk tidur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, agar tidak memikirkan hal ini lagi."Nyenyak sekali kamu tidur!" Ucap Biantoro menatap Rumi dengan tatapan tajam. Rumi terkejut, saat bangun Biantoro ternyata sedang menatap ke arahnya."Jam berapa dia pulang?" Tanya Rumi dalam hatinya.Rumi tidak menjawab, ucapan Biantoro barusan dia bangun dan langsung masuk ke dalam kamar mandi , begitu keluar Rumi terkejut ternyata Biantoro sedang menatap ke arahnya."Lama sekali! Percuma lama-lama di dalam kamar mandi, tidak akan merubah penampilan kamu!" Ucap Biantoro."Deg!" Rumi terdiam, mendengar ucapan Biantoro. Setelah sekian lama akhirnya Rumi mendengar kata-kata
Rumi terbangun dengan tubuh yang segar karena tubuhnya tidak terasa sakit saat seperti kemarin saat dia tidur di atas sofa.Rumi terbangun langsung keluar untuk membuatkan sarapan pagi, karena itu tugasnya, telah jelas tertulis di atas perjanjian yang Rumi dan Biantoro buat semalam.Walau terasa tidak adil, karena tidak ada tugas untuk Biantoro, tapi Rumi tidak keberatan karena apa yang di kerjakan olehnya memang tugas seorang wanita, sedangkan pria hanya bekerja mencari uang.Rumi dengan keterbatasan stok bahan makanan membuat sarapan untuk pagi ini.Begitu selesai, Rumi melihat Biantoro sedang berjalan turun menuju ke arah nya. Tanpa senyum atau basa-basi Biantoro duduk di kursi makan, kemudian memulai sarapan nya.Saat selesai pun, Biantoro tidak berkata apapun pada Rumi, Biantoro seakan-akan menganggap Rumi tidak ada.Namun Rumi tidak bermasalah dengan hal itu, karena mereka semalam pun sudah membuat perjanjian bahwa mereka berhak dan bebas hidup sesuai keinginan masing-masing.Ru
Sejak pergulatan hari itu, Siska dan Alex semakin lengket, keduanya seperti tidak malu lagi mengumbar kemesraan mereka di depan umum.Dan itu terdengar sampai ke telinga Rumi. Rumi sebenarnya tidak perduli dengan hal itu. Namun saat ini di depan matanya dia melihat dengan mata kepala sendiri, kemesraan Alex dan Siska. Mereka sedang berciuman di dalam kantornya, Rumi menahan hati nya agar tidak meluapkan rasa marahnya.Rumi terdiam di tempat nya, menenangkan perasaan melihat adegan yang saat ini sedang terjadi, bagaimana pun melihat itu tentu saja dia merasa sakit hati, karena Alex adalah suaminya sedangkan Siska adalah adik yang dia sayangi namun kenapa mereka mengkhianati nya."Maaf!" Ucap Rumi.Siska dan Alex sedikit terkejut, lalu mereka melihat ke arah Rumi, Siska tersenyum dalam hati saat melihat ada ekspresi sedih di wajah Rumi saat ini. Pasti Rumi tadi melihat bagaimana Alex mencumbunya, batin Siska bersorak dalam hatinya."Rumi tanpa memperdulikan Siska dan Alex, meminta Gun