"Ya Allah, kepalaku pusing sekali, kuatkan aku ya Allah!"Satu persatu Nadhira selesaikan tugas rumahnya sampai selesai di mana Fahri dan bu Sita sudah selesai sarapan, harapan dia yang mengira kalau Fahri sudah lupa atas masalah semalam ternyata tidak! Laki-laki itu lebih banyak diam sampai selesai sarapan. Ada pun dia bicara yaitu membalas omongan bu Sita, bukan bicara dengan Nadhira."Kamu mau pergi sekarang Mas, ya sudah! Ayok aku antar.""Nggak usah! Aku bisa pergi sendiri!""Makanya, kalau suami pulang itu di layani dengan baik! Kalau sudah kayak gini siapa yang repot! Kamu juga kan? Jadi istri kok nggak becus!"Ingin rasanya Nadhira berteriak sekencang mungkin, kenapa mertuanya bukan membantu dia untuk rukun kembali melainkan menjadi provokator dalam rumah tangganya."Ya sudah, kamu hati-hati di jalan."Hampa sekali hari itu, tanpa ada cium tangan Nadhira terhadap Fahri, Fahri pun tak memberi ciuman di kening Nadhira. Lagi itu seperi jalan sendiri-sendiri tanpa arah dan tujuan
"Fahri, temani aku makan siang yuk! Aku lapar!"Dengan nada bicaranya yang mengalun manja, Salsa bergelayut di pundak Fahri yang sedang mengerjakan tugas di meja kerjanya, beberapa hari ini mereka memang sering menghabiskan waktu bersama entah hanya sekedar makan, atau pun pergi ke tempat tamasya."Ayok! Kebetulan aku juga udah lapar. Aku malas sarapan tadi pagi, Nadhira hanya memasak nasi goreng dan aku sangat bosan! Lebih baik aku pergi makan siang dengan cewek secantik kamu!" ucapnya sambil menyentil hidung mancung Salsa yang wajahnya tepat di samping pipi Fahri, sudah bisa di pastikan jika Fahri menoleh sedikit saja maka wajah mereka saling bersentuhan.Laki-laki plin plan itu segera mengemasi pekerjaannya dan mereka keluar seperti pasangan kekasih yang sedang di mabuk cinta, Fahri menggandeng tangan Salsa bak putri kerajaan inggris keluar dari kantor.Di tengah perjalanan Seno yang melihat tingkah mereka di buat geleng kepala, tapi dia tidak tau kalau Fahri sesungguhnya sudah mem
"Memangnya, anda siapanya Nadhira yah? Em, maksud aku, apakah kamu saudaranya, atau majikannya dulu, atau ... ?"Mendengar kalau sahabatnya itu tidak ada di rumah, Hanum tak mau buang waktu untuk meladeni mertua culas seperti bu Sita.Tanpa mengetahui di mana Nadhira sekarang, Hanum secepatnya pergi sebelum di berondong banyak pertanyaan selanjutnya oleh bu Sita."Dasar perempuan aneh! Sama kayak Nadhira, mereka sama-sama aneh!"Dengan kesal bu Sita kembali masuk ke dalam dan menelepon Fahri yang sedang makan siang dengan Salsa.Di restoran tiba-tiba ponsel Fahri berdering, dia segera mengambil benda pipih itu dari saku celana yang lumayan ketat hingga sulit mengambil dalam posisi duduk. Fahri harus memiringkan tubuhnya agar ponsel itu bisa dia mabil."Siapa Fahri? Siapa yang menelepon mu?""Mamah!"Tangannya mengangkat seolah mengatakan tunggu pada Salsa, dia beranjak sebentar dari duduknya untuk mengangkat telepon dari bu Sita."Iya Mah, ada apa Mah?""Fahri kamu lagi di mana sekara
"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?""Nggak! Saya cuma mau tanya proposal keuangan bulan ini, apa sudah tertata Fahri?"Lega rasanya hati Fahri, ternyata bukan soal hubungannya dengan Salsa melainkan soal laporan keuangan bulanan. Kini Fahri dapat bernafas dengan tenang."Su-sudah Pak, ini Pak, sudah saya bereskan semua.""Bagus Fahri, aku suka cara kerjamu! Sat set semuanya beres. Oiya satu lagi. Kapan-kapan saya mau mengajakmu jalan-jalan, saya sekeluarga dan kamu tentunya, bagaimana Fahri, apa kamu mau?"Ajakan Pak Baskara seolah menjadi kesempatan yang baik agar dia semakin dekat dengan Salsa, putrinya. Kenapa seakan Pak Baskara tau apa yang dia inginkan saat ini, tanpa banyak basa basi jelas saja Fahri menerima ajakan bos nya itu."Ma-mau Pak! Ya ampun, ini suatu kesempatan yang sangat special untuk saya Pak. Terima kasih!""Dan ingat Fahri, kamu boleh ajak siapa saja kamu mau! Ibumu kah? Atau ... ?""Ah nggak Pak, lebih baik aku pergi sendiri saja. Dengan begitu kita bisa membah
"Nadhira, sedang apa kamu di situ?"Nadhira segera meletakkan ponsel milik Fahri yang dari tadi tak kunjung bisa di buka. Sedang Fahri sendiri merasa khawatir kalau saja istrinya itu sudah tau bagaimana sebenarnya dia di luaran sana."Eh, Mas! Nggak kok, aku cuma sedang beresin ini aja. Mejanya penuh dengan debu! Kamu sudah selesai mandi Mas?"Di saat itu juga, ponsel Nadhira yang tergeletak di atas tempat tidur tiba-tiba menyala tanpa nada dering, memang sengaja Nadhira matikan agar tak mengganggu komunikasinya dengan Fahri.Dia segera mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang memanggilnya di layar datar yang menyala."Hanum! Mau apa Hanum meneleponku malam-malam seperti ini?"Dengan rasa penasaran, Nadhira pun mengangkat telepon itu hingga tersambung."Iya Hanum, ada apa? Tumben kamu meneleponku malam-malam seperti ini?""Nad kamu sekarang di mana? Kamu bisa nggak susul aku di Cafe Flores? Ada yang mau aku bicarakan denganmu."Nadhira yakin kalau ini pasti berita yang sangat penti
Sekitar 10 menit Nadhira sampai ke tempat yang telah di tentukan untuk bertemu dengan Hanum di sana. Dan benar saja, Hanum terlihat sedang menunggunya sambil mengaduk minuman yang ada di hadapannya."Itu Hanum."Nadhira secepatnya turun dari taksi online yang dia pesan, dan segera menemui sahabatnya itu."Hanum, ya Allah maaf yah, kamu udah lama menunggu?"Ke dua wanita berhijab itu cium pipi kanan dan cium pipi kiri."Nggak kok Nad! Aku juga baru saja sampai di sini. Oiya, bagaimana kabar kamu? Baik kan?""Baik, aku baik! Kamu sendiri bagaimana?""Aku baik Nad, em, kalau suami kamu? Apa dia baik-baik saja?"Sama sekali tak merasa curiga kalau yang akan mereka bahas malam ini adalah suaminya."Mas Fahri juga baik. Dia sekaran Manager di kantornya Pak Baskara loh."Degh!Hanum bisa menyimpulkan dan meyakinkan bahwa yang dia lihat memang benar-benar Fahri. Naiknya jabatan kadang bisa membuatnya lupa dan lam-lama ... "Oh, duduk Nad! Aku sudah pesankan makanan dan minuman untuk kamu.""S
Semalaman di dalam satu atap tapi tak banyak suara dari mereka, Nadhira lebih banyak diam sungkan untuk mengajak Fahri bicara, apa lagi Fahri yang selalu sibuk sendiri membuat dia hanya sesekali memanggil jika dia membutuhkan sesuatu."Kamu kenapa? Ko belakangan ini banyak diam?" Fahri yang merasakan gelagat aneh pada istrinya pun berusaha untuk bertanya, sangat beda dengan hari-hari biasanya yang selalu ceria, bahkan di depan meja makan pun Nadhira lebih banyak diam."Aku nggak apa-apa! Kamu sendiri gimana? Apa kamu masih sibuk dengan pekerjaanmu?""Iya, aku masih sangat sibuk. Di kantor banyak sekali pekerjaan mungkin aku harus lembur beberapa hari ke depan Sayang.""Oh ya udah!"Jawaban singkat dari Nadhira membuat Fahri bertanya-tanya, apa istrinya ini sudah tau yang sesungguhnya? Tetapi untuk membahas lebih dulu Rasanya Fahri nggak berani.Bu Sita yang menyaksikan anak dan menantunya tak seperti biasanya pun hanya melirik sesaat pada Nadhira dan sesaat pada Fahri."Kalian ini k
"Nad, sedang apa kamu di sini?""Anita, aku em, a-aku sedang anu."Terlihat jelas kalau Nadhira bingung untuk menjawab, Anita tau kalau temannya ini sedang banyak masalah, dari mulai dia pingsan dan kini dia berada di jalan sendirian."Ya udah masuk masuk! Kamu ikut aku pulang dulu."Dari pada luntang lantung tak jelas Nadhira pun menurut untuk masuk ke dalam mobilnya Anita, Mercedes silver yang di kendarai oleh Anita melaju cepat pergi dari tempat itu."Kamu sebenarnya kenapa sih? Nad! Kamu bisa kok cerita padaku! Aku janji nggak akan umbar ceritamu pada siapa pun." ucap wanita berbadan tambun itu.Tapi Nadhira belum yakin, apakah Anita orang yang tepat untuk mendengar keluh kesahnya? Dia masih enggan untuk bercerita."Aku nggak apa-apa kok Nit, aku cuma tadi bingung aja mau kemana.""Ya sudah, kalau kamu belum siap untuk cerita nggak apa-apa. Tapi ingat! Aku selalu siap mendengarkan jika kamu siap untuk bercerita."Sesekali Nadhira melirik ke atas menahan air matanya agar tak jatuh,