Share

Bab.5. Kepala Rumah Sakit

"Alhamdulillah, akhirnya aku sampai juga di sini, Bismillah hari ini aku mulai bekerja."

Dengan penuh keyakinan Nadhira mulai memasuki Medical Center. Beberapa perawat mengucapkan salam kepadanya, begitu juga dengan beberapa Dokter yang lain juga turut mendekati. Kedatangannya di sini serasa membuat semuanya bersemangat, tak sedikit pula yang merasa ingin jadi temannya.

"Selamat siang, kamu Dokter Nadhira kan? Perkenalkan aku Siska."

"Dan aku Anita," ujar mereka berdua sambil mengulurkan tangan, mengajak Nadhira bersalaman.

"Eh, iya aku Nadhira! Senang berkenalan dengan kalian, Siska, Anita."

Kedua perawat itu memang sangat ramah, bukan hanya pada Nadhira saja, tetapi pada siapa saja yang baru datang meraka selalu mengajaknya berkenalan.

baru beberapa menit mengenal mereka, Nadhira sudah merasa sudah cocok, bahkan merasa sangat dekat seperti bertahun-tahun mengenal.

Sikap mereka yang suka bercanda dan terlihat santai membuat ketiga perempuan itu terlihat begitu akrab.

"Eh Nad, kamu pasti akan kagum dengan ketampanan Bapak kepala Rumah sakit di sini, aku yakin! Siska aja sampai klepek-klepek."

Di statusnya yang masih single membuat kedua Perawat itu suka mengagumi sosok si pemilik Rumah sakit sekaligus kepala Dokter di sini, kehadirannya mereka tunggu dari tadi hanya untuk melihat sosok yang begitu coll.

"Haizh! Pak Nathan memang ganteng, wanita mana yang tak mau dengannya hah? Iya kan? Aku juga mau!"

Panjang umur. Pria yang baru saja mereka bicarakan kini terlihat mulai turun dari mobil Ferrari yang berhenti di parkiran. Pria yang memakai jas putih itu berjalan dengan gagahnya masuk ke dalam Rumah sakit tanpa menyapa satu pun pegawai yang bekerja. Jonathan Adipraja si pemilik Medical Center, pria berusia sekitar 30 tahun berbadan tegap, atletis tinggi namun dingin bak kulkas yang berjalan. Memiliki hobi olah raga membuat semua pasang mata yang memandangnya bak terhipnotis oleh ketampanannya.

Dia berjalan melintasi semua orang yang sedang memandanginya sampai susah untuk berkedip.

Pandangan matanya tetap fokus ke depan walau dia tau banyak orang yang sedang mengaguminya.

Wangi aroma Citrus Mint yang menguar saat dia berjalan membuat semua wanita menghirup dengan lembut namun enggan untuk membuang, begitu juga dengan Siska dan Anita yang melakukan hal yang sama.

"Sstt! Nadhira kamu lihat, dia itu yang namanya Dokter Nathan, gimana? Ganteng kan? Calon suamiku!" ujar Siska dengan bangganya mengatakan kalau Dokter Nathan itu calon suaminya.

Tidak di pungkiri oleh wanita yang normal sosoknya memang sangat tampan dengan jampang tipis menempel di sekitar pipi sampai dagu, hanya saja segera Nadhira tepis karena dia memang sudah tidak sendiri.

"Enak saja, dia itu calon suamiku, kamu ini ngaku-ngaku saja Siska!"

Anita tak mau kalah sampai mereka berdebat merebutkan satu orang. Dokter Nathan!.

"Pokoknya dia milikku!"

"Milikku titik!"

Ocehan mereka serasa membuat pusing kepala Nadhira, bagaimana di hari pertama kerja dia harus di hadapkan dengan dua Perawat centil seperti mereka.

Walau dia tau kalau mereka hanya bercanda. Mana mungkin orang setampan Dokter Nathan memilih wanita bertubuh besar seperti Anita dan wanita culun seperti Siska, tentu dia sudah mempunyai pilihan lain di luaran sana.

"Eh sudah sudah! Kenapa kalian malah berdebat! Sebaiknya kalian mulai fokus pekerjaan ok?"

Siska dan Anita saling memanyunkan bibirnya satu sama lain, namun itu justru membuat Nadhira tertawa.

*****

Sementara di dalam ruang pribadinya, Dokter Nathan memicingkan mata saat melihat sebuah stop maps bening berwarna biru, tampak lembaran kertas putih di dalam stop maps itu.

Pelan-pelan dia membuka dan mengambil lembaran kertas itu, terlihat foto wanita berhijab dalam ukuran pas 30x40 siapa lagi kalau bukan foto Nadhira Dokter baru di sini.

Nathan membaca biodata Nadhira yang ternyata lulusan terbaik sebuah kampus ternama di kota ini. Sifatnya yang dingin membuat dia tak punya ketertarikan melihat foto itu, dia pun segera menutupnya kembali saat lembaran kertas itu sudah di taruh di dalamnya.

Kring!

Kring!

"Siska kesini sebentar."

Betapa senangnya Perawat yang memakai kaca mata tebal itu saat Dokter Nathan memangilnya lewat telepon. Dengan penuh semangat Siska mendatangi Dokter Nathan di dalam ruangannya, begitu juga dengan Anita yang juga menerima telepon dari pemilik Rumah sakit itu. Keduanya berebut masuk, berdesak di tengah pintu berusaha siapa paling cepat masuk ke dalam sampai menimbulkan sedikit kebisingan.

"Aku duluan!"

"Eh, aku duluan! Kamu apa-apaan sih, yang lebih tua ngalah dong!" pekik Anita bercanda.

"Eh, mana ada! Aku sampai di sini lebih dulu!"

Mereka tak menyadari kalau saat ini Dokter Nathan sedang memandanginya dengan aneh.

"Ehem!"

"Eh, Dokter Nathan, maaf Dok, kami ... , Em, ada apa Dokter memanggil kami ke sini?"

Dengan gaya centilnya Anita menggoyang-goyangkan tubuh tambunnya sambil memelintir kan rambutnya.

"Aku tugaskan kepada kalian untuk menjadi Asisten Perawat bagi Dokter baru di sini! Siapa namanya?"

"Dokter Nadhira, Dok!" jawab Anita dan Siska serentak.

"Oh iya Dokter Nadhira Nathalia Raharja, Anita sekarang kamu panggil dia ke sini"

"Baik Dok!'

Bahkan perintahnya pun serasa bagai anugrah yang turun untuknya, dengan begitu bersemangat Anita keluar untuk memanggil Nadhira yang sedang fokus dengan beberapa lembar kertas di dalam ruang kerjanya. Anita senang karena kini yang dia ikuti adalah Dokter yang baik hati seperti Nadhira.

Tok! Tok!

"Permisi, Dokter Nadhira."

Nadhira sangat kenal suara siapa yang memanggilnya.

"Anita, masuk!"

"Permisi Dok, Dokter Nadhira di panggil oleh Dokter Nathan di ruang kerjanya."

"Sekarang?" tanya Nadhira sedikit tak yakin, mau apa kepala Rumah sakit itu memanggilnya.

"Iya sekarang! Kapan lagi."

"Oh, ya sudah ayok kita temui dia sekarang."

Mereka keluar dan bergegas menemui Nathan di ruangannya, sedikit rasa takut mengingat dia yang baru saja bekerja tentu banyak hal yang masih belum di mengerti, tapi Nadhira pasrahkan semuanya pada Allah. Apapun yang terjadi tentu atas kehendak darinya.

Tok!

Tok!

"Masuk!"

"Permisi Pak Dokter, apa Pak Dokter memanggil saya?"

Lirikan mata Nadhira mengarah pada Siska yang sudah berdiri sambil menggenggam tangannya sendiri, dia semakin bertanya-tanya ada apa, kenapa mereka bertiga dipanggil untuk kumpul dalam satu ruangan.

"Iya, aku memanggilmu. Dengarkan! Aku tugaskan Siska dan Anita untuk menjadi Asisten Perawat untukmu, dan sekarang kamu pindah ruang kerja, biar Anita dan Siska yang akan menunjukan tempat itu untukmu."

Anita dan Siska bertepuk tangan kecil sambil bersorak lirih senang dengan keputusan Dokter Nathan, sedang Nadhira sendiri berusaha menahan tawa melihat kelucuan kedua temannya itu.

Ternyata tempat yang baru Nadhira tempati bukanlah tempat kerjanya, melainkan tempat kosong yang baru saja di tinggal oleh Staf yang mengundurkan diri.

"Em, baik Dokter, terima kasih."

"Anita, Siska, kalian antar Dokter Nadhira ke ruang kerjanya sekarang."

"Baik Dokter," jawab mereka serentak.

Mereka bertiga keluar dari ruang kerja Dokter Nathan, Siska dan Anita mengantarkan Nadhira ke ruangan kerja yang baru dimana, beberapa Ibu hamil sudah menunggunya untuk di periksa.

"Nah, ini ruangan kamu Nad, selamat bertugas," ujar Siska melihat ibu-ibu yang sedang duduk berjejer.

"Bismillah, kita mulai sekarang yah?"

Satu persatu Nadhira memanggil daftar nama pasien yang datang hari ini. Di dampingi oleh Siska dan Anita Nadhira dengan luwesnya memeriksa pasien itu satu persatu tanpa sadar seseorang sedang mengamati mereka melakukan tugasnya...

BERSAMBUNG.

    

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status