Share

3. Tiba Waktunya

Author: Niniluv
last update Last Updated: 2023-05-03 15:00:00

Namun pada akhirnya tak ada satupun cara yang bisa Ayyara lakukan. Dia tidak bisa melarikan diri dari perjodohan itu. Dan tepat hari ini, dia dan Kieran akhirnya menikah.

Ayyara benar-benar merasa tersiksa. Dia tidak ingin berdiri di sana berdampingan dengan Kieran. Dia hanya ingin menikah dengan laki-laki yang dicintainya.

Selama acara pernikahan, Ayyara tidak tenang. Dia kesal, dan juga takut. Pandangannya sesekali berkeliling menyorot setiap sudut aula acara itu. Dia mencari Bagas, kekasihnya yang pasti juga diundang dalam acara itu. Namun sayangnya, Ayyara sama sekali tak menemukannya. Ayyara tahu, pasti hati Bagas saat ini benar-benar terluka, sama seperti hatinya saat ini.

Pernikahan dirinya dan Kieran itu diadakan di sebuah hotel, dengan cukup tertutup. Raymond hanya mengundang keluarga Bimantara, keluarga dari Ayyara, dan pejabat-pejabat rekan kerjanya. Sengaja diperketat, karena Raymond tidak ingin hal buruk terjadi di pernikahan putra semata wayangnya.

Keluarga Bimantara memang cukup terkenal. Jadi wajar, jika pasti ada yang suka dan tidak suka dengan keluarga mereka. Dan Raymond tidak mau itu sampai merusak hari bahagia putranya.

Setelah seharian acara berlangsung, Ayyara dan Kieran akhirnya dipersilakan beristirahat. Mereka sudah disiapkan kamar sepesial sebagai pengantin baru, oleh pengurus hotel yang sudah disewa Raymond.

Ayyara lebih dulu memasuki kamar, berbeda dengan Kieran yang menghentikan langkanya lebih dulu sebelum masuk ke kamar itu. Pegawai yang tadinya mengantar mereka ke kamar itu memberikan isyarat pada Kieran, yang langsung dipahami oleh Kieran. Kieran kemudian tersenyum tanda terimakasih. Pegawai hotel itu kemudian pergi, dan Kieran melangkah memasuki kamar menyusul sang istri.

Sesampainya di dalam, Ayyara langsung menghela nafas pelan, saat melihat kamar yang akan dia tiduri itu dipenuhi hiasan lilin dan bunga mawar.

"Ah, apa ini? Mereka pikir ini akan terlihat romantis?"

"Kamu tidak suka?"

Ayyara menoleh, menatap laki-laki yang masih berdiri di sampingnya dengan sorot curiga. "Apa anda yang meminta pengurus hotel ini membuat ini?"

Kieran tak menjawab. Memang benar, semua ini adalah idenya. Dia ingin malam pertamanya dengan Ayyara akan terlaksana dengan sangat romantis.

Ayyara berdecak kesal. Dia tak menyukai semua ini.

"Pak. Apa kita harus tidur satu kamar?"

"Bisakah kau jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi?" protes Kieran tak terima. "Kita sudah menikah, jadi jangan anggap aku sebagai atasanmu lagi. Jika mama dan papa tahu, mereka akan semakin curiga padamu."

Ayyara menghela nafas berat. Dia sudah terbiasa memanggil Kieran dengan sebutan seperti itu, mungkin akan susah untuk menggantinya. Tapi benar juga apa yang dikatakan Kieran, bisa saja Raymond dan Daria akan mencurigainya, jika dia tetap memanggil Kieran seperti itu.

"Baiklah, m-mas."

"Mas?"

Ayyara kembali menatap Kieran, menatapnya dengan sorot kesal. Apa barusan laki-laki itu protes lagi dengan caranya memanggil?

"Aku tidak boleh memanggilmu pak, karena kamu suamiku. Kamu juga tidak memperbolehkanku memanggil mas? Lalu, aku harus memanggilmu apa? Kieran?"

Kieran menahan senyum, karena berhasil membuat Ayyara marah hanya karena masalah panggilan kepada dirinya. Kieran harap setelah itu, Ayyara akan lebih terbuka lagi dan tidak merasa canggung dengannya.

"Aku suka dengan panggilanmu barusan."

Ayyara mendengus, tak peduli. Dia kemudian mulai berjalan menghampiri tempat tidur, membuang kelopak bunga mawar yang disusun di atas kasur membentuk pola love itu. Dia menggerutu kesal, seharusnya dia langsung bisa beristirahat. Tapi sekarang justru harus membersihkan tempat tidurnya lebih dulu.

"Jika aku satu kamar dengan Bagas, mungkin kelopak mawar ini tidak akan aku buang dari kasur."

"Apa katamu?" tanya Kieran yang tak mendengar jelas apa yang perempuan itu katakan barusan. Ayyara sengaja berucap pelan.

"Tidak bukan apa-apa."

Kieran menghela nafas. Lalu menghampiri perempuan itu. Sebenarnya Kieran sudah mempersiapkan semua itu dengan susah payah, tapi ternyata Ayyara tak menyukainya.

"Gantilah bajumu dulu, biar aku yang membersihkan ini. Pasti gaun itu sangat berat, kan?"

Ayyara kembali menegakkan tubuhnya. Menatap laki-laki di sampingnya yang mulai menyingkirkan kelopak mawar satu-persatu di atas kasur itu.

"Baiklah kalau begitu."

Perempuan itu mengambil baju ganti di dalam tasnya yang sudah di masukkan lebih dulu ke kamar itu. Lalu membawanya ke ruang ganti.

Kieran menghentikan kegiatannya. Lalu menatap ke arah ruangan yang baru saja dimasuki Ayyara. Pintu ruangan itu sudah di tutup kembali.

Entah kenapa, mendadak ada rasa ragu di hati Kieran. Saat ini dirinya memang sudah sah menjadi suami Ayyara. Seharusnya malam ini, dia boleh menyentuh perempuan yang dia cintai itu, bukan?

"Walau Ayyara tidak menggagalkan acara pernikahan tadi, seperti apa yang dia katakan waktu itu. Aku rasa, dia tetap masih belum menerimaku. Dan, mungkin malam ini dia tidak mengizinkanku menyentuhnya."

Kieran menghela nafas kecewa. Dia lalu menegakkan tubuhnya, dan melepas jasnya. Menyisakan kemeja putih yang masih dia pakai. Kieran lalu mengibaskan jasnya ke atas kasur, membuat kelopak mawar tersebut seketika terbang dan berguguran ke lantai.

Setelah merasa bersih, Kieran langsung duduk di sisi kasur. Bertepatan dengan Ayyara yang keluar dari ruangan ganti, sudah mengenakan piyama.

Perempuan itu berjalan mendekat. Memperhatikan kasur yang benar sudah bersih dari kelopak mawar tadi.

"Sudah selesai?"

Ayyara mengangguk mengiyakan pertanyaan Kieran.

Kieran diam sesaat. Meluruskan pandangannya ke depan sambil berpikir. Apa yang harus dia katakan sekarang pada perempuan itu? Dia berdehem lalu kembali menatap Ayyara yang masih berdiri di sisi ranjang.

"Ayyara -"

"Jangan berpikir kita akan melakukan macam-macam malam ini," potong Ayyara dengan cepat.

Entah apa yang ingin di katakan Kieran barusan, Ayyara memang tidak bisa menebak. Namun dia berjaga-jaga, takut jika laki-laki itu akan berpikir malam ini mereka harus melakukan hal yang seharusnya dilakukan pengantin baru pada umumnya.

"Aku sudah katakan padamu sebelumnya. Aku tidak mencintaimu. Dan, aku tidak mungkin membiarkan tubuhku disentuh oleh laki-laki yang sama sekali tidak aku cintai. Jika bukan karena terpaksa, aku juga tidak mau satu kamar denganmu."

"Kita sudah menjadi suami istri. Mau tidak mau, kamu harus bersedia memuaskan suamimu. Tubuhmu itu, sudah menjadi hakku. Jadi, tidak ada kata larangan saat aku ingin menyentuhmu."

Mata Ayyara membulat, spontan dia langsung menyilangkan kedua tangannya ke depan dada, berusaha melindungi tubuhnya. Ayyara marah dengan ucapan Kieran barusan.

"Bukan salahku jika aku tidak mengizinkanmu menyentuhku, tapi itu salahmu sendiri yang tidak mau menyetujui permintaanku dan membantuku untuk membatalkan pernikahan ini. Kamu tidak boleh memaksaku untuk melayanimu!"

Kieran menghela nafas kesal. Sampai kapan Ayyara akan terus melarangnya untuk menyentuhnya?

"Tidurlah!"

Ayyara menggeleng, tidak mau.

"Aku tidak akan tidur satu kasur denganmu. Aku tidak mau jika kamu sampai melakukan macam-macam padaku saat aku tertidur nanti."

Kieran mengernyit tak percaya.

"Jadi, apa gunanya kita menikah?"

"Aku tidak tahu apa manfaat pernikahan ini untukmu. Tapi untukku, mungkin pernikahan ini bisa menyelamatkan keluargaku dari hutang. Tapi kamu tidak perlu khawatir, setelah tabunganku cukup untuk melunasi semuanya. Kamu boleh menceraikanku."

Kieran menatap Ayyara dengan sorot tak terima. Dia sudah berhasil menikahi perempuan itu, dan Kieran berjanji tak akan melepaskannya begitu saja. Ayyara selamanya harus tetap jadi miliknya.

Pandangan Ayyara tiba-tiba terarah pada sebuah sofa yang kebetulan terletak tak jauh dari mereka. Ayyara kemudian menunjuknya.

"Aku bisa tidur di sana. Jadi kita tidak perlu tidur bersama."

Saat Ayyara nyaris melangkah, Kieran langsung menahan tangannya. Membuat Ayyara Kembali menatap laki-laki itu.

"Malam ini, akan kubiarkan kamu tidak tidur bersamaku. Tapi nanti, kita harus tidur bersama." Kieran berdiri, membuat Ayyara menatapnya tak paham. "Tidurlah di kasur, biar aku saja yang tidur di sana."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Tak Membencimu   194. Akhir Yang Menyakitkan

    Pemakaman selesai, seorang perempuan berpakaian serba hitam masih setia duduk di samping makam tersebut. Tangannya tak berhenti mengusap pelan nisan yang bertulis nama Kieran Bimantara.Kini Ayyara tak bisa melihat suaminya lagi, kini Ayyara tak bisa memeluk tubuh Kieran lagi. Terakhir dia melihat Kieran hanya di rumah sakit, setelah dibawa pulang dia tak diijinkan lagi melihat jasad suaminya. Proses pemakaman pun juga terlaksana cukup tertutup, tak ada yang bisa melihat wajah Kieran terakhir kalinya kecuali Raymond dan beberapa orang suruhan Raymond. Entah kenapa, Ayyara juga tak paham. "Ayyara. Ayo kita pulang," bisik Daria yang sejak tadi masih berada di samping sang menantu tersebut. Namun Ayyara menggeleng pelan, menandakan bahwa dirinya tak mau pergi dari sana."Ayyara ingin tetap di sini ma." Mata sembabnya kini menatap gundukan tanah yang masih basah di hadapannya, dia lalu tersenyum sedih. "Dulu, mas Kieran pernah berjanji pada Ayyara.

  • Aku Tak Membencimu   193. Penyesalan

    Di depan sebuah ruang IGD, seorang perempuan terisak. Dia berjongkok sambil memeluk seorang anak laki-laki. Rasa bersalah dan takut bercampur menjadi satu. Bara yang sejak tadi berada di pelukan sang mama hanya bisa diam, tak peduli bau amis darah begitu menusuk ke penciumannya dan akan ikut mengotori seragam sekolahnya. Dia tak bisa menenangkan tangisan sang mama.Jujur, Bara sendiri juga masih shock melihat papanya tertabrak di hadapannya. Tapi dia tak bisa menangis, dia hanya bisa menahan rasa khawatir di pelukan mamanya. "Papa enggak apa-apa kan ma?"Akhirnya Bara bersuara, namun Ayyara tak sanggup untuk menjawabnya."Ayyara!"Bara menoleh, dari arah kejauhan sepasang suami istri menghampiri keberadaan Ayyara dan Bara. Mereka adalah Raymond dan Daria. Tampak jelas kekhawatiran di raut keduanya. Daria langsung berjongkok di hadapan sang menantu, memegang bahu Ayyara. Menyadarkan Ayyara bahwa mereka sudah datang.

  • Aku Tak Membencimu   192. Takdir Yang Begitu Kejam

    Setelah Bagas dan Viona melangkah pergi, mata Ayyara mulai menggenang. Hatinya benar-benar sakit dan hancur, Bagas tidak seperti dulu lagi. Ayyara telah kehilangan laki-laki yang dia cintai.Dia terpaksa menikah dengan laki-laki yang tak dia cintai, melahirkan anak dari laki-laki yang dia benci, ibunya kini meninggal, dan sekarang Ayyara benar-benar dilupakan oleh seseorang yang sangat dia sayangi. Sepahit itukah kehidupannya? Kenapa takdir begitu sangat kejam?"Jika tidak ada kebahagiaan dalam hidupku, kenapa aku harus dilahirkan?" Satu tetes air mata akhirnya terjatuh. Ayyara mulai berjalan gontai memasuki mobilnya kembali, dengan air mata yang semakin mengalir deras. Mobil berwarna merah itu mulai melaju kencang, menyusuri jalanan yang ramai. Ayyara seakan tak peduli dengan keselamatannya maupun sekitarnya. Tatapannya kosong, pikirannya kembali mengingat rantai kehidupannya sejak pertama dia menikah dengan Kieran. Dia sudah tak mempunyai kebahagiaan, bahkan tak tau lagi tujuan unt

  • Aku Tak Membencimu   191. Menerima Kenyataan

    Kieran yang masih menemani anaknya bermain di ruang tengah, sejak tadi tak bisa tenang setelah tahu istrinya ternyata meninggalkan rumah secara diam-diam. Apalagi berita tentang dirinya dan Ayyara terus saja semakin menyebar. Kieran takut akan terjadi sesuatu pada sang istri di luar sana.Namun tak beberapa lama, terdengar suara pintu utama terbuka. Kieran segera beringsut berdiri tanpa mempedulikan anaknya, dan langsung menghampiri ke arah pintu utama. Melihat Ayyara berjalan gontai sambil menghapus bekas air mata di pipinya yang masih basah, membuat Kieran seketika khawatir. "Apa yang terjadi padamu Ayyara?"Langkah Ayyara terhenti, tepat di samping Kieran. Pertanyaan laki-laki itu justru membuat air matanya mengalir deras, Ayyara mulai terisak.Kieran semakin bingung, istrinya sedikit pun tak mau menjelaskan. Dia ingin memeluk tubuh Ayyara untuk memberi ketenangan, namun tertunda saat Bara datang dan langung menggenggam salah satu ta

  • Aku Tak Membencimu   190. Pilihan Terbaik

    Saat ini Bagas tertunduk, merasa frustasi dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Dia berada di sebuah kafe, bersama Kieran dan juga Nasya. Bagas sudah menceritakan semuanya apa yang terjadi pada Kieran maupun Nasya. Karena Bagas tak punya siapa-siapa lagi untuk meminta bantuan selain pada mereka. "Sebenarnya saya tidak masalah jika harus menikahi Viona, walau karena kesalahpahaman ini. Tapi masalahnya, ayah Viona meminta saya untuk melunasi hutangnya pada pak Raymond sebelum pernikahan berlangsung. Jika saya tidak mau melunasi dan tidak mau melunasi hutangnya, ayah Viona akan melaporkan saya ke polisi karena telah melecehkan Viona. Saya yakin polisi juga tidak akan menyalahkan saya karena tidak ada bukti yang kuat jika saya telah melecehkan Viona, tapi Viona bilang jika saya tidak mengikuti keinginan ayahnya kemungkinan Viona yang akan dalam masalah."Nasya mengangguk paham. "Walau hanya melihatnya sekali saja, tapi saya tahu bagaimana sifat ayah Viona. Saya s

  • Aku Tak Membencimu   189. Sebuah Jebakan

    Seminggu setelah pemakaman Mira. Ayyara tak pernah lagi bertemu ataupun berniat untuk menemui sang kakak, Ayuma. Agra, yang saat ini sudah masuk di bangku SMP, Kieran yang membiayai sekolahnya di luar kota. Sesuai permintaan Ayyara, yang tak mau jika sang adik sampai diurus oleh sang kakak. Sampai saat ini kematian Mira membuat Ayyara berpikiran buruk pada sang kakak. Dari sifatnya Ayyara sudah tau, mana mungkin Ayuma mau mengurus adiknya. Bahkan Ayyara masih berpikiran, mungkin saja penyakit ibunya semakin parah hingga menyebabkan kematian pasti karena Ayuma yang tak merawat ibunya dengan baik.Sebenarnya Ayyara ingin menginterogasi Ayuma atas kematian ibunya, namun dicegah oleh Kieran. Dengan alasan, tak mau Ayyara semakin mendapat masalah di saat masalahnya bersama Kieran kini belum juga usai."Apa yang dikatakan mas Kieran memang benar. Kak Ayuma bisa saja balik menuduhku, menyalahkanku karena sudah sangat tak menjenguk ibu. Tapi aku kan mel

  • Aku Tak Membencimu   188. Apa Ini Salah Ayyara?

    Pagi itu, Kieran akhirnya membawa istri dan anaknya ke rumah Mira. Namun sampai sana rumah ibu mertuanya itu terlihat sangat sepi, padahal yang Ayyara katakan Ayuma juga berada di sana."Sepertinya tidak ada orang?" ucap Ayyara menebak. Tapi dia juga tak yakin, mengingat ibunya itu tidak suka meninggalkan rumah terlalu lama. "Tapi kita tunggu di teras saja, mungkin ibu sedang keluar ke suatu tempat dan akan segera pulang."Kieran mengangguk mengikuti saran sang istri. Mereka kemudian keluar dari mobil, Kieran menuntun Bara dan mengikuti Ayyara yang mulai berjalan menuju teras rumah Mira.Karena penasaran apakah di rumah benar tidak ada orang, Ayyara akhirnya memutuskan untuk membuka pintu utama tersebut. Dan anehnya pintu ternyata tidak dikunci, membuat Ayyara mengernyit bingung. "Jika di dalam rumah tidak ada orang, kenapa pintunya tidak dikunci?" Firasat Ayyara berubah buruk. Dia memutuskan untuk masuk ke rumah itu begitu saja, Kieran yang masi

  • Aku Tak Membencimu   187. Luka Yang Terus Disembunyikan

    Pukul lima pagi, Kieran terbangun dari tidurnya. Dia mengedipkan matanya sesaat lalu mengedarkan pandangannya. Dia sadar saat ini telah tertidur di sofa karena Ayyara mengusirnya dari kamar tadi malam. Padahal di rumahnya juga masih banyak kamar yang tidak terpakai, namun Kieran memilih untuk tidur di sana saja.Dia mulai beringsut duduk, membuat selimut tebal berwarna cokelat yang tadinya menutupi tubuhnya kini merosot turun. Kieran mengernyit bingung. "Seingatku, tadi malam aku tidak membawa selimut. Apa Ayyara yang memakaikannya padaku?""Bibi yang memakaikan selimut itu untuk tuan," sahut seorang wanita dari kejauhan yang sudah sadar jika sang tuan telah bangun. Kieran kini menatap ke arahnya, tampak kecewa dengan ucapan wanita itu barusan, namun Kieran menutupinya dengan senyuman tipis. Bi Sarah mulai menghampiri. "Terimakasih bi.""Tuan kenapa tidur di sini? Apa nyonya yang menyuruh tuan untuk tidur di sini?" Bi Sarah memasang raut khawatir

  • Aku Tak Membencimu   186. Hanya Orang Baru

    "Sebenarnya aku tidak apa-apa, maaf telah merepotkan kalian. Seharusnya kalian tidak perlu mendengarkan perkataan ayahku." Viona menunduk bersalah. Melihat hal itu Bagas tak tega. "Tidak Viona, ini sama sekali tidak merepotkan kami." Bagas kemudian menoleh ke arah Nasya yang juga masih bersama mereka. "Benarkan Nasya?"Nasya mengangguk menyetujui pertanyaan Bagas "Benar Viona, tidak perlu terlalu dipikirkan seperti itu."Viona tersenyum, setidaknya dia harus bersyukur karena bertemu dengan orang sebaik Bagas dan Nasya. Andai orang lain yang akan menabraknya tadi, pasti tentu akan marah saat Darka memintanya pertanggung jawaban padahal Viona nyaris tertabrak karena ulah ayahnya sendiri."Oh ya Bagas, Viona. Kalian tunggu di sini sebentar ya, biar aku yang menebus obatnya di apotek."Bagas dan Viona mengangguk mengizinkan, Nasya kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka yang masih duduk di kursi tunggu yang ada di rumah sakit itu.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status