Share

3. Tiba Waktunya

Namun pada akhirnya tak ada satupun cara yang bisa Ayyara lakukan. Dia tidak bisa melarikan diri dari perjodohan itu. Dan tepat hari ini, dia dan Kieran akhirnya menikah.

Ayyara benar-benar merasa tersiksa. Dia tidak ingin berdiri di sana berdampingan dengan Kieran. Dia hanya ingin menikah dengan laki-laki yang dicintainya.

Selama acara pernikahan, Ayyara tidak tenang. Dia kesal, dan juga takut. Pandangannya sesekali berkeliling menyorot setiap sudut aula acara itu. Dia mencari Bagas, kekasihnya yang pasti juga diundang dalam acara itu. Namun sayangnya, Ayyara sama sekali tak menemukannya. Ayyara tahu, pasti hati Bagas saat ini benar-benar terluka, sama seperti hatinya saat ini.

Pernikahan dirinya dan Kieran itu diadakan di sebuah hotel, dengan cukup tertutup. Raymond hanya mengundang keluarga Bimantara, keluarga dari Ayyara, dan pejabat-pejabat rekan kerjanya. Sengaja diperketat, karena Raymond tidak ingin hal buruk terjadi di pernikahan putra semata wayangnya.

Keluarga Bimantara memang cukup terkenal. Jadi wajar, jika pasti ada yang suka dan tidak suka dengan keluarga mereka. Dan Raymond tidak mau itu sampai merusak hari bahagia putranya.

Setelah seharian acara berlangsung, Ayyara dan Kieran akhirnya dipersilakan beristirahat. Mereka sudah disiapkan kamar sepesial sebagai pengantin baru, oleh pengurus hotel yang sudah disewa Raymond.

Ayyara lebih dulu memasuki kamar, berbeda dengan Kieran yang menghentikan langkanya lebih dulu sebelum masuk ke kamar itu. Pegawai yang tadinya mengantar mereka ke kamar itu memberikan isyarat pada Kieran, yang langsung dipahami oleh Kieran. Kieran kemudian tersenyum tanda terimakasih. Pegawai hotel itu kemudian pergi, dan Kieran melangkah memasuki kamar menyusul sang istri.

Sesampainya di dalam, Ayyara langsung menghela nafas pelan, saat melihat kamar yang akan dia tiduri itu dipenuhi hiasan lilin dan bunga mawar.

"Ah, apa ini? Mereka pikir ini akan terlihat romantis?"

"Kamu tidak suka?"

Ayyara menoleh, menatap laki-laki yang masih berdiri di sampingnya dengan sorot curiga. "Apa anda yang meminta pengurus hotel ini membuat ini?"

Kieran tak menjawab. Memang benar, semua ini adalah idenya. Dia ingin malam pertamanya dengan Ayyara akan terlaksana dengan sangat romantis.

Ayyara berdecak kesal. Dia tak menyukai semua ini.

"Pak. Apa kita harus tidur satu kamar?"

"Bisakah kau jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi?" protes Kieran tak terima. "Kita sudah menikah, jadi jangan anggap aku sebagai atasanmu lagi. Jika mama dan papa tahu, mereka akan semakin curiga padamu."

Ayyara menghela nafas berat. Dia sudah terbiasa memanggil Kieran dengan sebutan seperti itu, mungkin akan susah untuk menggantinya. Tapi benar juga apa yang dikatakan Kieran, bisa saja Raymond dan Daria akan mencurigainya, jika dia tetap memanggil Kieran seperti itu.

"Baiklah, m-mas."

"Mas?"

Ayyara kembali menatap Kieran, menatapnya dengan sorot kesal. Apa barusan laki-laki itu protes lagi dengan caranya memanggil?

"Aku tidak boleh memanggilmu pak, karena kamu suamiku. Kamu juga tidak memperbolehkanku memanggil mas? Lalu, aku harus memanggilmu apa? Kieran?"

Kieran menahan senyum, karena berhasil membuat Ayyara marah hanya karena masalah panggilan kepada dirinya. Kieran harap setelah itu, Ayyara akan lebih terbuka lagi dan tidak merasa canggung dengannya.

"Aku suka dengan panggilanmu barusan."

Ayyara mendengus, tak peduli. Dia kemudian mulai berjalan menghampiri tempat tidur, membuang kelopak bunga mawar yang disusun di atas kasur membentuk pola love itu. Dia menggerutu kesal, seharusnya dia langsung bisa beristirahat. Tapi sekarang justru harus membersihkan tempat tidurnya lebih dulu.

"Jika aku satu kamar dengan Bagas, mungkin kelopak mawar ini tidak akan aku buang dari kasur."

"Apa katamu?" tanya Kieran yang tak mendengar jelas apa yang perempuan itu katakan barusan. Ayyara sengaja berucap pelan.

"Tidak bukan apa-apa."

Kieran menghela nafas. Lalu menghampiri perempuan itu. Sebenarnya Kieran sudah mempersiapkan semua itu dengan susah payah, tapi ternyata Ayyara tak menyukainya.

"Gantilah bajumu dulu, biar aku yang membersihkan ini. Pasti gaun itu sangat berat, kan?"

Ayyara kembali menegakkan tubuhnya. Menatap laki-laki di sampingnya yang mulai menyingkirkan kelopak mawar satu-persatu di atas kasur itu.

"Baiklah kalau begitu."

Perempuan itu mengambil baju ganti di dalam tasnya yang sudah di masukkan lebih dulu ke kamar itu. Lalu membawanya ke ruang ganti.

Kieran menghentikan kegiatannya. Lalu menatap ke arah ruangan yang baru saja dimasuki Ayyara. Pintu ruangan itu sudah di tutup kembali.

Entah kenapa, mendadak ada rasa ragu di hati Kieran. Saat ini dirinya memang sudah sah menjadi suami Ayyara. Seharusnya malam ini, dia boleh menyentuh perempuan yang dia cintai itu, bukan?

"Walau Ayyara tidak menggagalkan acara pernikahan tadi, seperti apa yang dia katakan waktu itu. Aku rasa, dia tetap masih belum menerimaku. Dan, mungkin malam ini dia tidak mengizinkanku menyentuhnya."

Kieran menghela nafas kecewa. Dia lalu menegakkan tubuhnya, dan melepas jasnya. Menyisakan kemeja putih yang masih dia pakai. Kieran lalu mengibaskan jasnya ke atas kasur, membuat kelopak mawar tersebut seketika terbang dan berguguran ke lantai.

Setelah merasa bersih, Kieran langsung duduk di sisi kasur. Bertepatan dengan Ayyara yang keluar dari ruangan ganti, sudah mengenakan piyama.

Perempuan itu berjalan mendekat. Memperhatikan kasur yang benar sudah bersih dari kelopak mawar tadi.

"Sudah selesai?"

Ayyara mengangguk mengiyakan pertanyaan Kieran.

Kieran diam sesaat. Meluruskan pandangannya ke depan sambil berpikir. Apa yang harus dia katakan sekarang pada perempuan itu? Dia berdehem lalu kembali menatap Ayyara yang masih berdiri di sisi ranjang.

"Ayyara -"

"Jangan berpikir kita akan melakukan macam-macam malam ini," potong Ayyara dengan cepat.

Entah apa yang ingin di katakan Kieran barusan, Ayyara memang tidak bisa menebak. Namun dia berjaga-jaga, takut jika laki-laki itu akan berpikir malam ini mereka harus melakukan hal yang seharusnya dilakukan pengantin baru pada umumnya.

"Aku sudah katakan padamu sebelumnya. Aku tidak mencintaimu. Dan, aku tidak mungkin membiarkan tubuhku disentuh oleh laki-laki yang sama sekali tidak aku cintai. Jika bukan karena terpaksa, aku juga tidak mau satu kamar denganmu."

"Kita sudah menjadi suami istri. Mau tidak mau, kamu harus bersedia memuaskan suamimu. Tubuhmu itu, sudah menjadi hakku. Jadi, tidak ada kata larangan saat aku ingin menyentuhmu."

Mata Ayyara membulat, spontan dia langsung menyilangkan kedua tangannya ke depan dada, berusaha melindungi tubuhnya. Ayyara marah dengan ucapan Kieran barusan.

"Bukan salahku jika aku tidak mengizinkanmu menyentuhku, tapi itu salahmu sendiri yang tidak mau menyetujui permintaanku dan membantuku untuk membatalkan pernikahan ini. Kamu tidak boleh memaksaku untuk melayanimu!"

Kieran menghela nafas kesal. Sampai kapan Ayyara akan terus melarangnya untuk menyentuhnya?

"Tidurlah!"

Ayyara menggeleng, tidak mau.

"Aku tidak akan tidur satu kasur denganmu. Aku tidak mau jika kamu sampai melakukan macam-macam padaku saat aku tertidur nanti."

Kieran mengernyit tak percaya.

"Jadi, apa gunanya kita menikah?"

"Aku tidak tahu apa manfaat pernikahan ini untukmu. Tapi untukku, mungkin pernikahan ini bisa menyelamatkan keluargaku dari hutang. Tapi kamu tidak perlu khawatir, setelah tabunganku cukup untuk melunasi semuanya. Kamu boleh menceraikanku."

Kieran menatap Ayyara dengan sorot tak terima. Dia sudah berhasil menikahi perempuan itu, dan Kieran berjanji tak akan melepaskannya begitu saja. Ayyara selamanya harus tetap jadi miliknya.

Pandangan Ayyara tiba-tiba terarah pada sebuah sofa yang kebetulan terletak tak jauh dari mereka. Ayyara kemudian menunjuknya.

"Aku bisa tidur di sana. Jadi kita tidak perlu tidur bersama."

Saat Ayyara nyaris melangkah, Kieran langsung menahan tangannya. Membuat Ayyara Kembali menatap laki-laki itu.

"Malam ini, akan kubiarkan kamu tidak tidur bersamaku. Tapi nanti, kita harus tidur bersama." Kieran berdiri, membuat Ayyara menatapnya tak paham. "Tidurlah di kasur, biar aku saja yang tidur di sana."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status