"Zee …" panggil Nina, mertuanya tidak sabaran di depan pintu kontrakan Zee.
"Ya, Bu." Zee membuka pintu rumah."Apakah Melvin ada?" tanya Nina ketus."Tidak ada, Bu." Zee menggeleng. Ia tahu bahwa Melvin pasti ada di rumah madunya karena hari ini adalah jatah hari untuk Misya."Apakah kamu bisa memberikan Ibu uang sekarang? Ibu harus membeli sabun muka dan kosmetik. Semuanya sudah habis," pinta Nina tanpa tahu malu dan agak sedikit memandang rendah Zee. Menurut Nina, Zee adalah benalu di keluarganya. Ia sangat bangga dengan Melvin yang sudah berkecukupan sementara Zee hanya di rumah dan melakukan kegiatan tak berguna."Belum ada uang, Bu. Kak Melvin belum gajian. Lusa Kak Melvin baru gajian," terang Zee."Baiklah. Lusa Ibu akan meminta uang. Siapkan lima ratus ribu. Kosmetik Ibu mahal," ucap Nina ketus sebelum meninggalkan Zee sendiri berdiri di depan pintu."Bu …" panggil Zee untuk menghentikan langkah Nina."Ada apa?" Nina berbalik dan menatap Zee."A-apKesel gak sih sama si Misya? Apa kesel sama Melvin? Kalau kalian ketemu pasangan seperti ini, mau diapain? Jawab di kolom komentar yaa teman-teman, muach ... muach
Melvin sedang menikmati hembusan angin yang berada di teras rumah kontrakan Misya. Ia begitu damai karena sekarang apa yang ia impikan telah menjadi kenyataan. Melvin sudah menjadi seorang calon ayah. Anak yang ia nantikan selama ini sudah bertumbuh subur di kandungan Misya. “Mas ...” panggil Misya manja kepada Melvin yang sedang bersantai merokok di teras rumah kontrakannya.“Ada apa, Sayang? Istri mas paling cantik di dunia …,” rayu Melvin saat melihat Misya yang begitu cantik dan muda sedang merajuk manja terhadapnya. Ia sangat gemas dengan tingkah laku manja Misya, tidak seperti Zee yang kaku dan datar.“Mas, aku sekarang kan sudah hamil,” ucap Misya memulai pembicaraan.“Terus ...” Melvin tersenyum, ia masih menunggu ucapan Misya selanjutnya.“Mas kan sudah janji padaku waktu kita menikah tiga bulan lalu,”“Janji?” Melvin sendiri hampir melupakan kata-katanya saat menikah dengan Misya.“Aku bisa memegang semua keuangan Mas saat aku sudah hamil?” Misya
“Zee … Zee ...” panggil Melvin di depan pintu. Ia bahkan lupa membawa kunci rumah karena tergesa-gesa untuk pulang ke rumah. “Zee … Zee ...” Melvin memanggil Zee kembali tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam rumah. Ia meraih ponselnya dan memilih nama Zee untuk di teleponnya. “Maaf, nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi,” jawab operator telepon kepada Melvin. "Hais … kamu dimana sih, Zee?" ucap Melvin kesal. Melvin akhirnya pergi ke rumah orang tuanya yang berbeda tiga rumah darinya. Ia akan menunggu Zee pulang dan mengambil ATM-nya dari tangan Zee. "Bu," panggil Melvin di depan pintu kontrakan orang tuanya. "Ya, tunggu sebentar." Nina keluar dari kamarnya dan mendengar suara Melvin di depan pintu rumah. Ceklek Pintu rumah dibuka. "Wah ternyata kamu sudah pulang," ujar Nina yang sangat senang melihat kedatangan Melvin. "Iya, Bu. I
Cinta hanya seutas tali yang mudah putusZee menemui kedua orang tuanya. Ia harus berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan terpenting di dalam hidupnya. Ia tidak mau mengambil keputusan di saat kepalanya masih sangat panas dan hatinya sedih.Ting tong!Zee memencet bel pintu rumah orang tuanya."Zee …” Virni terkejut karena melihat Zee berada di depan pintu rumahnya. “Aduh mama kangen sekali bertemu denganmu." Virni memeluk Zee erat. Ia sangat merindukan putri semata wayangnya yang jarang pulang ke rumah.“Mama, aku kangen mama … Huaaa …” Tangis Zee pecah saat ia merasakan dekapan erat dari mamanya.“Jangan menangis, Sayang. Ayo masuk ke dalam. Ada kakak dan Papa di dalam.” Virni mengajak Zee untuk masuk ke dalam rumah.“Hei, anak papa kenapa matanya sembab?” tanya Alex, papa Zee. Ia sangat heran mengapa mata anaknya sangat sembab dan penampilan Zee sangat berantakan, tidak seperti biasanya.“Aku … aku butuh konsultasi kepada kalian semua
“Jika kamu masih sangat mencintainya, cobalah berdamai dengan keadaan. Terimalah madumu, Zee,” ucap Alex memberi nasehat.“Tapi tidak semudah itu, Pa!” sahut Zidan tidak terima dengan nasehat papanya.“Jadi menurut kamu, Zee harusnya seperti apa?” tanya Alex heran kepada Zidan. Ia memang tahu dari dulu bahwa Zidan sangat tidak menyukai Melvin.“Cerai!” tegas Zidan.“Perceraian sangat dibenci Allah, Zidan,” ucap Virni mengingatkan.“Bagaimana jika kamu mencoba bertahan terlebih dahulu? Tapi jika kamu tidak sanggup, maka kami akan mendukungmu selalu,” ucap Alex lagi memberikan pilihan kepada Zee.“Aku tidak tahu apakah aku sanggup atau tidak, Pa. Mereka semua bahkan seperti sangat membenci diriku,” lirih Zee sedih. Ia sangat ingat bagaimana perlakuan keluarga Melvin selama ini kepadanya. Hanya Melvin dan Rio yang sangat baik kepadanya, tapi sekarang Melvin berubah menjadi orang yang berbeda semenjak menikah dengan Misya.“Uji coba dulu, Sayang.” Virni mengelus pun
Setelah berkonsultasi dengan keluarga, rencana Zee menjadi lebih matang. Ia tidak mau harga dirinya diinjak terus menerus oleh keluarga Melvin. Ia harus membuat mereka menyesal karena telah menyia-nyiakan dirinya. Ia akan berjuang untuk pernikahannya dan dirinya sendiri. "Aku tegar, aku kuat!" Zee mengingatkan dirinya sendiri di sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakannya."Aku wanita kuat, aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri," ucap Zee sambil komat kamit sendiri. Ia mendoktrin dirinya agar lebih baik dan tegar.Dengan tegar, Zee pulang kembali ke rumah kontrakannya. Ia akan menghadapi semua orang yang berada di sana dan ia akan melihat seberapa jauh ia dapat bertahan dengan kenyataan pahit yang ada di hadapannya.Ketika sedang berjalan pulang melewati gang dekat rumahnya, tiba-tiba …“Zee …,” panggil seorang pria yang sudah Zee kenal suaranya. Dia adalah Melvin, suaminya. Ia seperti orang tidak sabaran menunggu kedatangan Zee.Zee melirik ke arah suaminya
“Baiklah jika itu yang kamu mau. Aku juga tidak perlu repot untuk meminta kepadamu karena kamu sudah mengerti posisiku,” ucap Melvin pongah sambil melipat kedua tangannya di depan dada.“Baik, besok aku akan ke pengadilan agama dan memproses permohonan cerai,” tegas Zee. Ia sudah berubah pikiran. Rasa cintanya kepada Melvin menjadi rasa benci. Ia ingin bebas dari laki-laki yang menyakiti hatinya dan tidak melihat pengorbanannya selama ini.“Untuk harta gono gini ...” ujar Melvin pelan.“Tenang saja, tidak ada harta gono gini yang akan aku tuntut dari Kakak,” sahut Zee lantang.“Baguslah, kamu cukup tahu diri,” jawab Melvin lega.“Tentu saja aku tahu diri. Apa ada lagi yang Kakak butuhkan? Jika tidak, aku akan membereskan semua barang bawaanku dan pindah ke rumah orang tuaku sekarang,” ucap Zee kesal. Ia malas berlama-lama dengan mantan suaminya kini.“Aku harus mengawasi semua barang bawaanmu. Aku tidak mau kamu membawa barang yang ada di rumah,” ujar Melvin seakan
Zee sudah sampai ke rumahnya diantarkan oleh taksi online. Ia merasa lelah sekaligus lega karena harus melepas statusnya yang selama ini ia sandang, istri seorang Melvin Vincent.“Kak, Zee pulang,” ucap Zee lelah saat menelepon kakaknya, Zidan.“Sebentar, aku akan keluar rumah.” Zidan menutup teleponnya dan segera menghampiri Zee yang masih berada di dalam mobil.Pintu mobil dibuka dan Zidan membantu Zee dan mengambil semua barang yang berada di dalam mobil.“Kamu masuk saja ke dalam. Kakak yang akan merapikan semuanya,” ucap Zidan prihatin kepada Zee. Ia melihat wajah Zee yang sudah tidak bersemangat karena permasalahan di dalam hidupnya. “Terima kasih,Kak.” Zee masuk ke dalam rumah dengan lunglai tanpa tenaga. Bertemu dengan Melvin adalah penguras energi bagi Zee. Pikiran untuk rujuk sebelum kembali ke kontrakan hilang seketika di saat Melvin memberikan talak kepadanya.“Zee, ayo istirahat dulu,” Virni menyambut Zee yang sudah masuk ke dalam rumah. Ia menggiring
“Dan, ah … hampir aku lupa. Ini adalah kartu ATM yang berisi gajiku selama sebulan.” Melvin mengambil kartu ATM dari saku celananya dan memberikannya kepada Misya.“Wah … asyik.” Misya bertepuk tangan dengan senang karena yang ia inginkan akhirnya ia dapatkan. “Apakah ada uang di dalam ATM ini, Mas?” tanya Misya penuh selidik.“Aku tidak tahu. Tadi saat kemari aku tidak mengeceknya sama sekali,” Melvin mengedikkan bahunya. Selama ini bahkan ia tidak pernah mengecek berapa gaji yang ia terima dari perusahaan.“Ya sudah, kalau begitu aku akan mengeceknya besok. Besok hari gajian kan?” tanya Misya penuh harap dan tersenyum sumringah.“Ya, besok tanggal satu. Tanggal untuk gajian,” ucap Melvin penuh percaya diri.“Aku bahagia sekali, Mas. Terima kasih untuk hadiah ini …” Misya memeluk mesra Melvin.“Oh ya, aku masih ada satu lagi …” Melvin berpura-pura berpikir dan menggoda Misya.“Apa itu, Mas?” tanya Misya antusias.“Mulai besok kita pindah ya. Kita ke kontraka