“Semua orang berkata kamu ini mandul. Ayah dan Ibuku sudah menunggu selama 5 tahun! 5 tahun itu waktu yang lama untuk memiliki seorang anak!” Teriak Melvin penuh emosi. “Aku sudah cukup sabar dengan kamu Zee!” Melvin mengelus dadanya untuk menenangkan dirinya sendiri.“Tapi aku tidak mandul, kak. Dokter sudah menyatakan itu.”Pernikahan tanpa ada anak membuat adanya kekurangan dari sebuah keluarga. Getir dan pahit karena dikatakan mandul oleh suami sendiri, dan sang suami yang lebih memilih menikah siri dengan wanita lain yang lebih muda. Bagaimana perjalanan Zeline dalam pernikahannya? Apakah ia kuat menghadapi perselingkuhan suaminya ataukah ia memilih untuk bercerai?
ดูเพิ่มเติมDi sebuah kontrakan kecil pinggiran jakarta.
“Kamu itu tidak bekerja!Tidak ada penghasilan! Jangan pernah melarangku untuk berbuat apapun!” Ucap seorang pria dengan ketus dan sangat menghina. Ia memandang rendah wanita di sedang bersimpuh di kakinya. Ia adalah Melvin Vincent, seorang pria berusia 29 tahun, wajahnya sangat tampan, blasteran antara Jerman dan Indonesia, matanya berwarna biru, bibirnya tidak tebal tapi tidak tipis, berkulit putih dan berpostur tinggi sekitar 185 cm. Saat ini Melvin bekerja sebagai staf operasional PT YMH Corp.
“Tapi Kak, kamu sudah janji tidak akan pernah berselingkuh dariku.” Wanita yang bersimpuh itu menangis tersedu - sedu. Ia bernama Zeline Jovanka atau panggilannya Zee, berusia 27 tahun, wajahnya cantik natural bahkan tanpa make up, matanya berwarna coklat, kulit putih terawat dan tinggi sekitar 165 cm. Saat ini Zeline bekerja sebagai penerjemah tersumpah dan penerjemah novel dalam bahasa Inggris dan Mandarin. Tapi pekerjaannya tidak pernah ia tunjukkan kepada Melvin sehingga Melvin suaminya ini hanya mengetahui Zeline sebagai ibu rumah tangga tanpa penghasilan.
“Bukankah kamu sangat mencintai diriku?” Zee masih terus menangis tidak menerima perselingkuhan suaminya.
“Cinta? Cinta itu sudah entah terbang kemana!” Melvin tidak mau memandang wajah Zee yang menangis di kakinya.
“Bohong! Aku yakin kamu masih mencintai aku kak! Tatap mataku.” Zee menatap tajam mata Melvin, seperti tidak ada cinta lagi yang biasanya ia rasakan saat memandang mata Melvin.
“Cinta ini tidak terlalu kuat dan membuat aku bertahan Zee!”
“Kenapa? Kenapa kak? Aku kurang apa?” Zee memukul - mukul dadanya. Terlalu sakit mengetahui perselingkuhan Melvin di belakangnya.
“KURANG APA??” Nada Melvin meninggi. “Hei … Siapa suruh kamu tidak bisa memberikanku anak selama kita 5 tahun menikah? Apa itu salahku?” Melvin bertambah emosi melihat Zee yang semakin menangis dengan keras.
“Kita mungkin belum dikaruniai anak kak. Tuhan belum memberikan kita kesempatan.” Zee memeluk kaki Melvin dengan sangat erat. Ia tidak mau suaminya berpaling darinya, Zee sangat mencintai Melvin. “Kita harus lebih berusaha dan bersabar kak.”
“Sabar? Sampai kapan? Sampai kita tua dan renta?” Sindir Melvin. Ia menjadi malas melihat wajah Zee.
“Aku tidak tahu sampai kapan kak. Yang penting dokter sudah menyatakan kita tidak mandul, artinya hanya Tuhan yang tahu kapan anak itu akan hadir.” Zee mencari alasan lainnya yang bisa ia pikirkan untuk memperbaiki pernikahannya yang sudah di ujung tanduk.
“Semua orang berkata kamu ini mandul. Ayah dan Ibuku sudah menunggu selama 5 tahun Zee! 5 tahun itu waktu yang lama untuk memiliki seorang anak!” Teriak Melvin penuh emosi. “Aku sudah cukup sabar dengan kamu Zee!” Melvin mengelus dadanya untuk menenangkan dirinya sendiri.
“Tapi aku tidak mandul, kak. Dokter sudah menyatakan itu.” Sanggah Zee menambah erat pelukannya di kaki Melvin. Hatinya terasa tercabik mendengar ucapan mandul. Dokter sudah berkata bahwa ia sama sekali tidak mandul bahkan sangat subur. Ia sendiri bingung mengapa ia dan Melvin tidak kunjung diberikan anak oleh Tuhan.
“KAMU TIDAK MANDUL?” Teriak Melvin tidak terima. Ia tidak mau dikatakan mandul jika asumsi Zee seperti itu. Walaupun sebenarnya ia belum pernah memeriksakan diri ke dokter, tapi ia yakin bahwa ia sangat sehat. “Bukankah memang seharusnya jika dalam pernikahan tidak ada anak, artinya salah wanita? Wanita yang selalu mandul bukan?” Gumam Melvin dalam hatinya, tapi ia tidak bisa berkata seperti itu terhadap Zee. Ia hanya bisa marah untuk membela dirinya, membela harga dirinya sebagai laki - laki. “Jadi kamu pikir aku yang mandul?” Melvin sangat kesal karena Zee sudah berani membantahnya bahkan bisa dikatakan Zee terasa sedang menuduh Melvin yang mandul.
“Aku tidak mengatakan kalau kakak mandul.” Zee masih menangis, ia menjadi serba salah dalam mengatakan pembelaannya. Ia sendiri tidak menganggap Melvin mandul. Ia percaya hanya belum diberikan kepercayaan saja oleh Tuhan. Itu saja. Tidak ada sedikitpun pikiran jelek terhadap Melvin.
“Berisik! Aku sudah tahu arah pembicaraanmu kemana.” Melvin berusaha melepaskan pelukan Zee di kakinya. Ia tidak mau harga dirinya semakin jatuh saat Zee terus berbicara.
“Please jangan seperti ini kak. Aku mohon. Demi cinta dan hidup yang telah kita jalani selama ini.” Zee tetap bertahan tidak mau melepaskan pelukannya di kaki Melvin.
“Sekarang kamu boleh memilih. Pilih tetap hidup bersama denganku dan menerima istri keduaku atau kita bercerai?” Melvin sudah kesulitan melepaskan kakinya dari Zee. Mau tidak mau ia harus membuat Zee melepaskannya. Zeline diam membeku karena sangat terkejut.
“I ... istri kedua? Kamu sudah menikah dengan wanita itu?” Ucap Zee terbata - bata, ternyata foto - foto yang diberikan temannya tentang kedekatan Melvin dengan seorang perempuan bukan hanya perselingkuhan, mereka bahkan sudah menikah. Mereka menikah diam - diam tanpa pemberitahuan kepadanya selaku istri pertama.
“Ya, 3 bulan lalu aku sudah menikah dengan Misya. Jangan pernah ucapkan kata wanita itu! Apalagi menghina dia sebagai selingkuhanku. Namanya MISYA! Ingat namanya MISYA! Dia istriku yang sah menurut agama!” Melvin memperjelas kata Misya sebagai istri keduanya. Mereka menikah secara siri karena Melvin masih terikat pernikahan yang sah menurut agama dan hukum dengan Zee. Jadi Melvin tidak bisa menikah secara hukum dengan Misya. Tapi dengan lapang dada, Misya menerimanya, walaupun statusnya hanya sebagai istri siri dari Melvin.
Zee lemas dan tidak berdaya mendengarkan perkataan Melvin. “Cintaku sudah kandas. Pernikahan ini sudah diambang kehancuran. Apakah tidak ada yang namanya cinta untukku dari hati Melvin? Apakah sudah tidak bisa diperbaiki kembali? Aku harus apa?” Jerit Zee dalam hati.
“Pantas saja perlakukan kamu selama beberapa bulan ini sangat dingin terhadapku. Ternyata kamu sudah memiliki istri baru.” Zeline melepaskan pelukannya dari kaki Melvin. Ia menghapus air matanya, tersenyum getir dan berusaha menjadi wanita tegar. “Ternyata selama ini kamu lebih dari berkhianat padaku. Haha… Aku benar - benar bodoh!” Zee tertawa sendiri, tertawa getir mendengar ucapan suaminya yang sangat ia cintai. Tawa Zee seperti orang depresi dan psikopat.
“Perlakuanku pada kamu akan baik bahkan sangat baik jika saja kamu bisa memberikan anak untuk keluarga kecil kita.” Melvin tidak mau memandang Zee sama sekali. Ia memandang ke atas dan semakin arogan terhadap Zee yang masih duduk di lantai. “Tentukan pilihanmu dan beritahukan aku segera. Aku sudah lelah denganmu!”
“Lelah?” Zee memalingkan wajahnya. Ia tidak tahu harus berkata apa ataupun memilih apa. Baginya bagai memakan buah simalakama. Semuanya menyakitkan. “Ternyata selama ini aku hanya cinta sepihak saja. Cinta Melvin untukku sudah mati.” Batin Zee meronta.
“Baik ... akan kuberikan kamu waktu untuk berpikir. Sekarang aku akan pergi ke rumah Misya.” Ucap Melvin semakin angkuh.
“...” Zee hanya bisa berdiam diri, otaknya sudah tidak mampu mencerna apa yang dikatakan oleh Melvin.
“Ah ya ... Karena aku suami yang adil. Maka akan kujatah kehadiranku untuk kalian. 2 hari untukmu dan 5 hari untuk Misya.” Dengan bangga Melvin membuat penjatahan untuk kedua istrinya. Zee hanya bisa melirik, melihat sikap angkuh suaminya yang sudah terlampau tinggi.
“Aku sedang program pembuatan anak. Jadi jangan protes! Karena kamu tidak berhak!” Bentak Melvin lebih keras lagi, nada angkuhnya menggelegar seantero rumah kontrakannya.
“Baik, silahkan saja kamu lakukan apa yang kamu mau.” Zee tersenyum sinis mendengar semua ucapan Melvin, rohnya sudah ada pada tempatnya sehingga ia sudah bisa membalas perkataan Melvin.
“Tidak usah tersenyum sinis! Kamu seharusnya berterima kasih pada Misya yang rela menjadi istri kedua dan mau memberikan anak padaku!” Melvin tidak terima dengan Zee yang tersenyum sinis.
“Ya ... ucapkan terima kasih padanya. Semoga cepat hamil.” Zee semakin berkata sinis pada Melvin.
“Kamu jangan berkata sinis! Seharusnya kamu mendoakan!” Melvin semakin kesal dengan ucapan Zee yang sinis. Sebelumnya Zee adalah orang yang sangat penurut. Apapun yang dikatakan Melvin selalu ia turuti. Tapi mendengar kata - kata sinis dari Zee membuat Melvin tidak rela.
“Ya, aku doakan. Sudahlah, lebih baik kamu pulang saja ke rumah MISYA! Cepatlah membuat anak!” Teriak Zee yang sudah tidak tahan dengan perlakuan Melvin yang semakin menghinanya.
“Dasar wanita tak tahu diri!” Melvin melenggang pergi dari kontrakannya yang sempit menuju ke kontrakan Misya.
“Haha ... Kita lihat siapa yang akan menderita disini kak. Kamu atau aku?” Zee mengucap sangat sinis melihat kepergian Melvin. Memandang punggung Melvin yang semakin lama semakin menghilang.
Setiap pagi wajah Theo datang dengan cerah. Wajahnya berbahagia. Kali ini ponsel di tangannya masih aktif. Kakinya menapaki lantai dari lift menuju ruangannya melewati receptionis. "Sayang, aku sudah sampai Kantor. Aku akan pulang jam 5 sore. Kita makan malam ya? Aku tak sabar menunggu malam lagi" Theo terkekeh. Semenjak bersama Zee, jiwa romantisnya seakan tidak ada habisnya saja. Setiap hari, Theo selalu ingin cepat pulang dan bertemu dengan Zee.Theo mendengar jawaban lawan bicara di ponselnya, ia yakni Zee sedang mengecup mesra di ponselnya walau hanya kecupan di udara sambil mengatakan "Zee, aku sangat mencintaimu." Zee juga bahagia, "Terima kasih Kak Theo untuk semua hal yang indah sejak kamu menjadi suamiku. Aku juga mencintaimu.""Bye, Sayangku. I love you."Theo tak menyadari Vivi berada di belakangnya juga keluar dari lift. Hati Vivi tersayat. Vivi tahu bahwa Theo akan selalu menelepon istrinya dengan ucapan yang sangat manja dan penuh cinta sementara dulu Theo bukanlah o
Vivi merenung masih memikirkan Theo. Mamanya Melani masuk ke kamarnya. "Waktunya bagimu meninggalkan perusahaan Theo. Dia tidak mencintaimu. Kita punya perusahaan, Sayang. Kau harus belajar memimpin perusahaan ayahmu."Vivi menggeleng. "Aku lebih suka masak, Ma. Aku tidak berminat pada usaha Papa.""Hfff..." Melani menarik nafas berat. Vivi anaknya memang keras kepala. "Maksudmu? tetap menjadi sekretaris Theo, seorang bawahan. Diperintah sana dan sini?" Melani kecewa pada putrinya. "Mama mendampingi Papamu agar perusahaan kita maju. Kami berharap Kamu juga berjuang bersama kami agar kita tetap sejahtera.""Mama masih mengerti dengan bisnis Choco chipmu yang kini punya banyak cabang di mall-mall. Iseng-iseng untuk belajar memulai bisnis besar. Mama masih mengerti kamu melamar pekerjaan sekretaris padahal lulisan Hardvard. Untuk mengejar Theo orang yang sudah lama kamu sukai."Vivi acuh mendenagar omelan Mamanya. Melani menarik nafasnya kesal. "Tetapi tolong sudahi main-mainnya kamu
Virny dan Alex menyambut haru kedatangan Zee. Virny menangis memeluk putrinya. Jangan pergi lagi sayang, Mama rindu" "Zee juga rindu, Ma. Zee baik-baik saja, Ma. Jangan menangis." Zee memang merindukan Mamanya. Alex juga memeluk putrinya. Zidan menaruh semua tas di kamar Zee. Semua berbahagia untuk kedatangan Zee.Zee melihat pada Theo. Virny tersenyum pada Theo, "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat persembunyian Zee, Theo?""Selama ini selalu bilang baik-baik saja. Tidak mau memberi alamatnya dengan alasan ingin menenangkan diri?" Virny penasaran."Setahun lebih mencari Zee, Tante. Terombang ambing tak menentu, Theo tidak ingin lagi kehilangan dia."Semua tersenyum, memandang dua sejoli ini. "Sebenarnya Zee hanya memintamu menyelesaikan masalahmu dengan Vivian. Itu langkah yang tepat, lihatlah kasusmu usai kita bisa berkumpul lagi." ujar Alex mengerti jalan pikiran Zee."Om, Tante perkenankan Theo tidak membuang waktu terlalu lama. Theo meminta restu kalian berdua. Theo ingin mel
Siang ini sepertinya semua bunga dibumi ini tumbuh hanya untuk Theo, dipetik dan dicurahkan begitu saja untuk hatinya. Kehadiran Zee siang ini memasak makananya tak diperkenankan olehnya. "Aku akan memasak untuk Kak Theo" ujar Zee bersiap ke dapur. Dipikirannya di kulkas ada banyak bahan untuk dimasak."Jangan Zee kita pesan makanan on line saja, aku tak mau kamu meninggalkanku bahkan hanya ke dapur. Aku takut Zee"Zee tertawa tak percaya, Theo seperti anak kecil yang takut ibunya pergi, Theo tak perduli. Ia tetap mengenggam tangan Zee. Bahkan Zee kesulitan untuk menggapai ponselnya. Zee membalas genggaman Theo. Memandang Theo. "Kak aku berjanji padamu, bersedia menjadi istrimu. Besok kita kerumah orang tuaku. Maafkan aku pernah meninggalkanmu. Tolong percayai aku." kedua netra mereka beradu. Theo melihat kesungguhan dan tatapan kerinduan pada netra Zee yang indah itu. Theo tersenyum. "Maafkan aku, Zee. Kamu benar, aku percaya padamu, Zee. Kita pesan on line dan makan berdua ya, Z
Theo hari ini merekah. Hatinya bak dilingkari pelangi. Ia tak dapat menangisi Zee lagi, Robin telah menemukan keberadaan Zee."Bos, Aku berhasil menemukan Zee." Robin sumringah menyampaikan laporannya. "HAH? Jangan bohongi aku. Aku butuh buktinya." tantang Theo tak percaya."Buka file yang kukirim. Ini Zee yang Bos maksud kan?"Theo membuka email, dan melihat file pdf yang terkirim dengan hati berdebar . Tampaklah gambar seorang wanita. 'Zee?' wajahnya cantik natural seperti biasanya tanpa make up berlebih, berbulu mata lentik, putih, rambutnya kini panjang kecoklatan. Zee mengecat rambutnya. Zee semakin cantik. Theo tak sanggup berkata, menyentuh gambar itu dengan hati berdebar. 'Zee.... Kamu cantik, sayang. Aku suka menatapmu dan mengetahui kamu baik-baik saja.' Batinnya bergemuruh."Katakan dimana foto ini diambil, Robin?" Suara Theo bergetar menahan sesuatu yang hangat yang seakan ingin tumpah dari matanya. Theo tak dapat mengendalikan perasaannya."Ada apa Bos? Dia Zee, atau Ze
"Melvin bangu...un, buka matamu. Bangun nak!! Lihat Mama!" Teriak Nina mengguncang bahu anaknya. Dokter Adrian menggeleng lemah. "Ikhlaskan Nyonya," kata Dokter itu iba melihat histetis Nina. Robert mencoba meraih tangan istrinya.Nina menggeleng. "Pa, dokter ini bohong. Kita jangan mau percaya." Tangan Nina melepas tangan Robert yang berusaha menggengamnya. Wajah Melvin ditutup kain putih oleh Suster."Tidaaaak .... Hiks. Anakku, tidak. Apa yang kalian lakukan? Kamu pikr dia mati? Dia memang bersalah, tapi dia anakku, dia berhak mendapat maaf dari siapapun percayalah dia anak baik, Suster!" tegas Nina. Vina memeluk anaknya. Metadang dan mengamuk pada siapa saja. "Ma... Tenanglah Ma, jangan seperti ini." Rio menenangkan Nina. Wajahnya juga sendu.Vina membiarkan Suster itu melaksanakan tugasnya. Menutup wajah Pasien "Vina, apa ini maksudnya?" tanya Nina pada anak perempuannya. Vina menangis. Terisak menjawab, "Kak Melvin tiada, Ma." Rio mengangguk meyakinkan Mamanya lagi. "Hu ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น