Di rumah mertua Retha mereka sedang kedatangan seorang tamu, seorang wanita cantik dengan mobil sportnya dan penampilan yang elegan, khas wanita kantoran. "Maaf sebelumnya, apa ini rumah mas Dika? " tanya wanita cantik itu. "Iya benar, kamu siapa ya?" tanya bu Ayu dengan mata berbinar melihat penampilan wanita cantik di depannya. "Kenalkan bu, saya Violet, teman dekatnya mas Dika. " kata Vio mengulurkan tangannya. Uluran tangan Vio disambut bu Ayo dengan senang hati. "Oh, temannya Dika, ayo masuk. Saya ibunya Dika. " akhirnya bu Ayu mengajak wanita bernama Vio itu masuk ke dalam rumah, dan mempersilahkan nya duduk. Violet atau yang biasa di sapa Vio, menyapu pandangan ke seluruh isi rumah. Meneliti setiap sudut rumah itu. 'Lumayan, tapi lebih besar rumah ku' katanya dalam hati. "Ada apa ya? kok tiba-tiba temannya Dika datang kemari? " tanya Bu Ayu ketika mereka sudah duduk. "Ah, tidak ada apa-apa bu, saya cuma main aja. Dan ingin mengenal keluarga mas Dika dari dekat." kata Vi
"Apakah dia selingkuhanmu mas? " tanya Retha to the point, tanpa basa-basi lagi. Danil gelagapan mendapat pertanyaan tak terduga dari Retha, dia tidak menyangka kalau Retha akan bertanya seperti itu. "Apa maksudmu, Retha. Kau menuduhku berselingkuh? " ucapan Danil meninggi untuk menutupi kegugupan nya. "Aku tidak menuduh, tapi aku bisa melihat gelagat kalian berdua. Lagipula, tadi Dila bilang. Kalau wanita itu lebih pantas menjadi istrimu dari pada aku. " kata Retha tak kalah meninggi. Danil terdiam, tak bisa menjawab lagi. Retha benar-benar sudah berubah, dan bisa membantah semua ucapannya. "Kenapa, benVanon ucapanku? kalau wanita itu selingkuhanmu. " tanya Retha lagi karena tidak mendapat jawaban dari Danil. "Pantas kau jarang pulang ke rumah. Ternyata kau punya simpanan lain di luar sana. " "Tutup mulutmu Retha. " Danil sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi, dia hampir saja menampar Retha. "Kenapa tidak kau teruskan, ayo pukul aku. Agar aku bisa melakukan visum, dan men
Retha sudah sampai di rumahnya sendiri, setelah mengantar Aksa ke sekolah. Dia Bersiap-siap kerja untuk hari ini walau hatinya tidak baik-baik saja. Lagipula sudah ada bi sumi dan Lusi yang membantunya. Toko sembako sudah dibuka dan yang menjaga adalah bi sumi, Lusi di minta Retha untuk mengepak barang pesanan yang masuk. "Mbak, kelihatannya hari ini ga semangat. " tanya Lusi saat melihat keadaan Retha yang tidak baik-baik saja. "Iya nih, Lus. Agak ga enak badan aku. " jawab Retha sekenanya. padahal yang ga enak adalah hatinya. "Istirahat aja mbk, ini biar aku yang urus. " "Enggak deh lus, kalau dibuat diem malah ga enak. Mbak minta tolong kamu jemput Aksa aja nanti ya?" pinta Retha. "Oke deh mbak. " Mereka masih meneruskan acara mengepak barang pesanan karena nanti siang akan ada kurir yang akan datang untuk mengambil paket yang akan Danirim. "Assalamu'alaikum.... " Terdengar ucapan salam dari luar pagar rumah Retha. "Coba kamu lihat siapa yang datang Lus. " Lusi keluar untu
Retha memeluk anaknya dengan sangat erat, sambil terus menggumamkan kata maaf kepadanya. "Maafin mama, nak. Maafin mama. " Mereka berdua saling berpelukan dan menangis pilu. Lalu kata-kata Aksa akhirnya membuyVanon tangisan Retha. "Bu, Aksa ngantuk. ayo tidur, " Mendengar itu Retha langsung melepaskan pelukannya, dan menuntun Aksa ke kamar. Dia sendiri pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, Lalu mulai menidurkan Aksa. Retha sendiri tidak bisa tidur malam ini. Pipinya masih terasa panas bekas tamparan dari Danil. Dia lalu mematut diri di depan cermin, dan melihat cap lima jari di pipinya. Segera dia mengambil ponsel dan memotret pipinya yang merah karena tamparan Danil. Retha lalu membereskan baju-baju miliknya dan milik Aksa. Dia tidak akan menunggu waktu lebih lama lagi untuk tinggal di sini, di rumah yang selalu menorehkan luka, dan sekarang perpisahan. Di rumah Bu Ayu. Keluarga Danil saat ini sedang berkumpul di ruang tamu, dan membicarakan kejadian yang baru saja ter
Keesokan harinya setelah menitipkan toko kepada bi Sumi dan Lusi untuk menjemput Aksa. Hari ini Retha ingin menemui Bu Dian. Karena selama ini yang tau semua permasalahan Retha adalah bu Dian. Jadi dia ingin meminta pendapat bu Dian, langkah apa yang harus dia tempuh untuk selanjutnya. Sesampainya di toko Bu Dian Retha langsung menemui Ana dan Dita, mereka saling berpelukan melepas rindu. Dan Retha menanyakan perihal bu Dian kepada kedua temannya itu. "Ada kok Reth, di dalam. Bu Dian sedang kedatangan tamu. " kata Ana "Oh, apakah aku harus menunggu? atau aku minta ijin masuk. " tanya Retha sedikit ragu. "Coba aja Reth, kamu ke ruangannya, nanti di suruh nunggu apa masuk kan cuma bu Dian yang bisa mutusin. " "Ah, ya, kamu benar juga. Kenapa aku jadi bego gini ya? " kata Retha sambil memukul kepalanya. Lalu dia menuju ruangan bu Dian dan mengetuk pintunya. "Siapa? " tanya bu Dian dari dalam. "Saya Retha, bu. " jawab Retha "Masuk, Reth. " Setelah di ijinkan masuk, Retha langsun
Bu Dian dan bu Erina sangat terkejut dengan penuturan dari Abhi. Benar-benar di luar nalar mereka berdua. "Bagaiman bisa itu terjadi?" Tanya bu Erina kepada anaknya itu. Akhirnya Abhi menceriitakan kejadian kemarin saat dia hendak pulang kerja. Tiba-tiba kepalanya pusing dan fokusnya sedikit menghilang, jadi hampir menyerempet Retha yang sedang berboncengan dengan anaknya. Tapi syukurnya Retha tidak sampai jatuh. Dan dia juga memberikan minuman kepada Retha dan anaknya karena tahu mereka pasti sangat ketakutan. "Jadi seperti itu ceritanya," Kata bu dia setelah mendengar cerita dari Abhi. "Ini bukan salahmu nak, mungkin memang ada seseorang yang tidak suka dengan Retha. Jadi, dia menggunakan kesempatan ini utuk memfitnah Retha." ujar mama Erina. "Benar, dan jauh dari lubuk hatiku, aku bersyukur kalian bertemu dan menimbulkan kesalah pahaman itu. Karena akhirnya Retha bisa lepas dari suami yang tidak bertanggung jawab dan keluarga toxicnya."kata bu Dian yang merasa sangat senang, a
Sebulan setelah kata talak telah terucap dari mulut Danil namun sampai saat ini, surat cerai masih belum juga di dapatkan Retha. Hampir tiap satu minggu sekali Retha menanyakan kepada bu Dian apakah ada surat yang datang, tapi jawabannya tetap "tidak ada. " Retha akhirnya menyerah, mungkin Danil ingin hubungan mereka di gantung seperti ini, tidak ada kepastian. Disaat seperti ini, Rethalah yang harus bergerak. Dia harus mendapatkan status barunya, walau itu hanya seorang janda. Tapi setidaknya dia memiliki status yang jelas. Pagi ini Retha menerima pesan dari bu Dian, kalau nanti siang dia akan datang kerumah bersama dengan seseorang. Dengan senang hati Retha akan menyambut kedatangan malaikat penolongnya itu. Karena selama ini bu Dian lah yang telah mengangkatnya dari keterpurukan. Retha akan memasak makanan spesial hari ini untuk menyambut kedatangan bu Dian. Urusan toko, biar bi Sumi dan Lusi yang handle. Dia sangat bersemangat hari ini. Makanan sudah siap
Abhi mengambil sesuatu di dompetnya dan memberikannya kepada Retha. "Besok, temui aku di alamat itu pukul sepuluh. Bilang saja ke resepsionis kamu sudah punya janji dengan ku, nanti mereka akan mengantarkanmu ke ruanganku. Siapkan bukti-bukti yang kau miliki, agar mempermudahmu dalam mengurus perceraian. " ujar Abhi memberi intruksi kepada Retha. "Baik mas, in syaaAllah aku akan datang. " "Ya, sudah kalau begitu. Kami pamit dulu ya, Yesh." kata Bu Erina berpamitan kepada Retha. "Terimakasih makanan nya lho, jadi ngerepotin kamu. " lanjutnya sambil berjalan keluar. "Enggak apa-apa bu, aku malah seneng kalau masakanku disukai. " kekeh Retha. "Mungkin satu minggu lagi, Jihan akan mulai ngekost di sini. Kami mau nyiapin keperluan Jihan dulu. " kata Bu Erina lagi. "Iya bu saya tunggu. Nanti saya bersihkan dulu kamar kost nya, biar Jihan betah disini. " Retha mengantarkan mereka semua sampai depan pagar, dan masuk kembali ketika mobil mulai jalan. Retha kemudian membersihkan bekas m