Share

Ramuan Penyubur Kandungan

last update Last Updated: 2025-07-29 18:54:00

Edgar menatap kosong ke depan. Ada rasa kasihan yang timbul dalam hatinya. Namun, dia tetap akan memilih sang nenek.

"Andien, maafkan aku. Kau boleh memakiku atau menghabiskan uangku, tapi jangan minta aku menolak permintaan nenek."

Andien segera sadar, sekuat apapun dirinya tidak akan mampu membujuk Edgar. Ia harus bisa memikirkan cara lain, agar bisa terbebas dari Edgar, sebelum hari pernikahan mereka.

"Baik, aku setuju menikah."

Mendengarnya, spontan Edgar melompat dari duduknya saking senangnya. "Benarkah?" tanyanya dengan raut wajah penasaran karena belum bisa yakin sepenuhnya.

Andien mengangguk. "Tapi, aku meminta satu hal."

"Katakan! Aku akan melakukan apapun untukmu, asal kau setuju dengan permintaan nenek."

Andien membungkam seolah tengah memikirkan, apa rencananya ini terlalu jahat?

"Sebelum kita menemui nenek sore ini, tolong antarkan aku ziarah ke makam kakakku."

Merasa itu bukanlah hal yang sulit, Edgar setuju. "Iya. Sekarang berkemaslah, aku tunggu di bawah," ujarnya tidak menaruh curiga sedikitpun.

Andien melangkah ringan menuju kamarnya. Sejenak merapikan dirinya di depan cermin, setelahnya, setengah berlari menemui Edgar di bawah.

Namun, ia dikagetkan dengan keadaan di sana.

"Apa yang terjadi, Edgar?" tanyanya mendekati Edgar yang panik.

Kemudian, melihat sekitar, para pelayan tampak berkumpul di sana, seolah telah terjadi sesuatu.

"Sesak nafas nenek kambuh lagi. Dia baru saja diantar ke rumah sakit."

"Nenek sakit lagi? Kenapa kau masih di sini?" Andien ikutan panik, segera menarik tangan Edgar menuju mobil. "Ayo, sekarang kita ke rumah sakit," ujarnya melupakan rencananya.

"Tapi, kita mau ke makam kakakmu."

"Lupakan, besok-besok juga masih bisa. Sekarang, kesehatan nenek jauh lebih penting." Entah apa yang membuat Andien begitu peduli dengan Margaret.

Tiba di rumah sakit, ia melihat Margaret berbaring lemah tak berdaya dengan bantuan selang oksigen.

"Nek, cepat sembuh ya," katanya pelan, menyentuh tangan Margaret lembut.

Margaret membuka mata, melihat Andien duduk di samping ranjangnya. "Andien, kau datang?"

"Iya, Nek. Saya dan Edgar khawatir dengan kesehatan nenek yang tiba-tiba drop. Jadi, kami menyusul kemari."

"Mana Edgar?" tanyanya tidak melihat Edgar bersama Andien.

Andien turut mengedarkan pandangan mencari Edgar. "Mungkin dia diluar, Nek. Sebentar saya panggil," katanya gegas keluar mencari Edgar.

Edgar duduk di salah satu kursi di koridor rumah sakit. Ia bisa melihat kesedihan di wajah Edgar. Andien mendekatinya. "Edgar, nenek mencarimu," katanya dengan hati-hati.

Edgar mengangkat kepala melihatnya, kemudian mengangguk. Edgar berjalan masuk ke ruangan Margaret.

Andien mematung. Memori otaknya memutar cepat dengan rencananya tadi. Sekarang kesempatan yang baik untuk melarikan diri.

Ting

Bersamaan sebuah notif pesan masuk di handphonenya. Tersentak, Andien buru-buru memeriksanya. Pesan dari sahabatnya.

'Jayden pergi liburan dengan selingkuhannya. Dia mengembalikan semua kartumu, tapi pas aku cek semuanya kosong.'

Andien meremas ponselnya, hatinya kembali memanas. Gegas mencari nomor kekasihnya untuk menanyakannya langsung. Namun, percakapan dua pelayan yang baru duduk di kursi koridor menghentikannya.

"Kasihan Tuan Muda Edgar, beliau sangat sedih. Bagaimana tidak, nenek Margaret adalah jantung hidupnya. Nenek Margaret sudah menjadi orang tuanya sejak Tuan Muda kecil."

"Iya, aku takut nenek kenapa-kenapa. Tuan Muda pasti akan sangat terpukul."

Andien meremas telapak tangannya. Sekarang, pikiran dan hatinya dipenuhi keraguan.

Bersamaan, Edgar keluar dari ruangan Margaret.

"Kabari saya jika terjadi apa-apa dengan nenek," pesan Edgar kepada kedua pelayan tadi.

"Andien, ayo kita pulang."

Andien mengangguk patuh, mengekori langkah Edgar ke mobil.

"Aku minta maaf karena tidak jadi ke makam kakakmu," kata Edgar membuka suara setelah mereka di dalam mobil.

"Tidak apa-apa, kesehatan nenek paling utama," jawab Andien.

Tiba di mansion, Andien langsung ke kamarnya.

Andien langsung membuka ponselnya. Rasa cemburu menderanya mendengar berita tentang kekasihnya yang tengah liburan.

Selama ini Andien masih berharap kekasihnya segera menyadari kesalahannya dan meminta maaf. Agar hubungan mereka bisa kembali lagi.

Tapi, rasa sakit hatinya kali ini benar-benar sudah tidak bisa memaafkan Jayden. Bukan hanya menyelingkuhinya, tetapi menguras semua uangnya.

"Andien." Terdengar suara familiar di pintu kamarnya. Andien gegas membuka pintu dan melihat Edgar berdiri di sana. "Apa aku bisa masuk?"

Terasa sungkan, tapi Andien sadar dirinya cuma orang asing di sana. "Silakan," ujarnya memberi jalan kepada Edgar masuk.

"Aku mau menanyakan tentang pernikahan kita, sebelum menemui nenek," kata Edgar berhati-hati.

Andien meneguk liur. Setelah menimbang-nimbang kembali, pernikahannya ini bisa membalas semua sakit hatinya ke sang kekasih. Tanpa ragu Andien mengangguk setuju.

"Apa ada permintaanmu yang lain?" tanya Edgar.

"Iya. Pernikahan ini hanya sebatas kontrak."

Edgar mengangguk setuju.

"Dalam pernikahan kontrak ini, tidak ada hubungan suami istri, tidak ada sentuhan apapun kecuali di acara tertentu. Yang terutama, tidak ada bulan madu."

Sesaat Edgar terdiam, dahinya berkerut.

"Setuju."

Kemudian dia keluar untuk membicarakan permintaan Andien itu dengan asisten pribadinya. Memanfaatkan kondisi sang nenek yang tengah di rawat di rumah sakit.

Namun, rencana Edgar itu sampai ke telinga Margaret. Seketika itu juga dia meminta pulang dari rumah sakit, untuk mengurus langsung persiapan pernikahan Edgar.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Andien dan Edgar dikagetkan dengan kedatangan asisten pribadi Margaret, yang menyuruh mereka segera ke kamar Margaret.

Andien menatap Edgar dengan dahi mengkerut.

Edgar menggeleng. "Aku cuma menyusun rencana sesuai permintaanmu."

Mau tak mau, keduanya menemui Margaret

"Kapan nenek pulang?" tanya Edgar tidak bersemangat seperti biasanya.

Margaret tidak menjawab, dia tertawa kecil mengejek Edgar yang bodoh. Semua itu hanya sandiwaranya.

"Edgar, untuk sementara kau tidak usah pulang ke apartemenmu. Tidak perlu ke perusahaan. "

"Kenapa, Nek? Aku---"

"Besok hari pernikahan kalian."

"Nekkk!" Setengah berteriak Andien dan Edgar bersamaan. Mata keduanya melotot saking kagetnya.

"Aku tidak percaya padamu bisa mengurus persiapan pernikahan ini," ujar Margaret seperti mendominasi membuat keduanya saling berpandangan.

"Nek, baru kemarin acara pertunangan, masa---"

"Tidak ada yang bisa menentang perintah nenek, Edgar! Mau besok atau tahun depan, itu tidak masalah bagi nenek, paham?"

Andien membeku. Ia merasa sekelilingnya runtuh menimpa dirinya. Cuma bisa pasrah menuruti semua keinginan Margaret.

***

Taman mansion Matthew disulap menjadi pelaminan mewah dan glamour. Jejeran para undangan dari kalangan bangsawan duduk tenang dan elegan. Hidangan makanan yang dipesan khusus dari restoran ternama di kota besar itu. Tampak kedua pengantin tampak harmonis dan elegan.

Namun, sepanjang acara pernikahannya, tidak sedikitpun Andien merasa bahagia. Kemegahan itu sangat melukai hatinya.

"Kau pembohong! Kau tidak konsisten dengan perjanjian kita," tangis Andien ketika keduanya sudah di dalam kamar khusus pengantin.

Pria yang sudah sah menjadi suaminya tersebut hanya bisa diam. Yang ada rasa sesal yang teramat dalam.

"Pernikahan ini memang sah, tapi aturan yang aku buat tetap berlaku," ujar Andien menyeka kasar kedua sudut matanya.

"Baik, aku setu---"

"Apa nenek bisa masuk?"

Keduanya tersentak dan menoleh bersamaan ke arah pintu kamar. Ada rasa ketakutan di wajah keduanya, sang nenek mendengar percakapan mereka. Sialnya, mereka lupa menutup pintu kamar.

"Masuk, Nek." Buru-buru Andien bangkit, menuntunnya masuk.

"Nenek kemari untuk memberikan hadiah pernikahan kalian," katanya meletakkan dua lembar tiket di atas ranjang. "Ini tiket bulan madu."

Kaget, keduanya saling berpandangan. Belum hilang rasa kaget keduanya, Margaret kembali berkata, "Ini hadiah khusus untukmu, Andien. Ramuan herbal penyubur kandungan."

"R-ramuan penyubur kandungan?" ulang Andien terbata-bata karena syoknya. Ragu, tangannya bergetar menerima botol ramuan dari tangan Margaret.

"Iya. Satu lagi!" Nenek Margaret tersenyum manis.

Sontak keduanya sama-sama memelototi Margaret dengan perasaan tidak menentu.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Ramuan Penyubur Kandungan

    Edgar menatap kosong ke depan. Ada rasa kasihan yang timbul dalam hatinya. Namun, dia tetap akan memilih sang nenek. "Andien, maafkan aku. Kau boleh memakiku atau menghabiskan uangku, tapi jangan minta aku menolak permintaan nenek." Andien segera sadar, sekuat apapun dirinya tidak akan mampu membujuk Edgar. Ia harus bisa memikirkan cara lain, agar bisa terbebas dari Edgar, sebelum hari pernikahan mereka. "Baik, aku setuju menikah." Mendengarnya, spontan Edgar melompat dari duduknya saking senangnya. "Benarkah?" tanyanya dengan raut wajah penasaran karena belum bisa yakin sepenuhnya. Andien mengangguk. "Tapi, aku meminta satu hal." "Katakan! Aku akan melakukan apapun untukmu, asal kau setuju dengan permintaan nenek." Andien membungkam seolah tengah memikirkan, apa rencananya ini terlalu jahat? "Sebelum kita menemui nenek sore ini, tolong antarkan aku ziarah ke makam kakakku." Merasa itu bukanlah hal yang sulit, Edgar setuju. "Iya. Sekarang berkemaslah, aku tunggu di bawah," uj

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Rencana Nenek

    "Diandra?" desisnya. Sekujur tubuh Andien menegang seperti tersengat listrik bertegangan tinggi. Jantungnya berdegup kencang. Ia mendekat sambil mengucek kedua matanya, untuk melihat lebih jelas lagi wanita dalam foto itu benar Diandra, kakaknya. Baru saja mau melangkah masuk, terdengar suara langkah kaki di belakangnya, di susul suara beratnya yang menggema. Sontak Andien berbalik badan cepat. "Apa yang kau lakukan di sini?" Suara itu tidak asing lagi namun terdengar dingin dan tidak ramah. "Edgar!" Andien tampak salah tingkah. Matanya terpaku pada wajah dingin di depannya. "M-maaf, aku---" Belum selesai bicara, Edgar sudah menarik dan membawanya dari sana. "Lepaskan, kau menyakitiku!" ringis Andien menarik tangannya dari cengkeraman kuat tangan Edgar. Kemudian, mengelus lengannya yang sakit dan memerah dengan wajah merengut. "Masuk ke kamarmu. Aku tidak mau nenek sampai melihatmu berkeliaran." "Apa yang salah? Aku tidak merusak atau mencuri barang-barang di si

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Tiba-tiba Bertunangan

    Edgar tak bisa menutupi rasa gugupnya, sekilas melirik ke Andien yang juga terlihat gelisah. Otaknya bekerja keras mencari cara untuk menyakinkan sang nenek. "Benar, Nek. Sebenarnya aku dan Andien sudah lama berpacaran, hanya saja selama ini Andien tinggal di luar---" Edgar menghentikan ucapannya ketika sang nenek mengangkat tangan kirinya ke atas. Tak lama kemudian beberapa orang pria berseragam datang menghampiri Margaret. "Segera siapkan keperluan pertunangan Edgar dengan calon cucu mantu," titah Margaret. Mendengarnya, Andien terbelalak, tidak percaya apa yang akan segera terjadi. Semuanya terasa tiba-tiba, ia merasa seperti benar terperosok ke dalam mimpi buruk. Sementara dirinya disewa sebagai pacar pura-pura, bukan untuk benar-benar kekasih Edgar. Andien melihat Edgar yang berdiri di sampingnya, seolah meminta pria tersebut untuk menjelaskan semuanya kepada sang nenek. "Nek, kita mau merayakan hari ulang tahunmu yang ke 91 tahun, bukan pertunangan. Apa nenek lupa

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Hadiah Cucu Mantu Untuk Nenek

    Entah apa dalam pikirannya, Andien merasa kembali berada di dalam mimpi buruk saat mereka sudah berada di dalam kereta api. Ia bahkan tidak tahu kemana pria asing itu akan membawanya. Sialnya, ia tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan Edgar. Ia tidak memiliki uang cash satu miliar, sementara semua kartu banknya ada pada kekasihnya yang berkhianat. "Kau ingin menculikku?" Andien bertanya tanpa berani melihat pria di sampingnya. Tangannya meremas sisi gaunnya untuk menguasai rasa gugup dan kakunya. Sementara buket bunga lili ungu untuk sang kakak, ia biarkan teronggok di bawah kursinya. Beberapa detik kemudian, ia sadar dengan kenyataan. Melihat penampilan Edgar yang terkesan dari keluarga bangsawan ketimbang seorang penculik. Edgar tertawa dengan pandangan matanya tetap ke depan. "Buat apa menculikmu?" Jawaban itu menarik atensi Andien, segera memutar kepala ke samping dan bertanya, "Lalu, untuk apa kau membawaku?" "Aku membutuhkanmu sebagai pacar pura

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Pertemuan Mengesalkan

    Kereta api meluncur dengan kecepatan yang stabil, membawa Andien Clouwi menuju kota kecil tempat makam sang kakak. Sesaat ia tiba di tanah air setelah sekian lama di luar negeri. Ia duduk di pojok kereta, memandang keluar jendela sambil memeluk buket bunga lili ungu segar. Namun, pikirannya tidak lagi di perjalanan, melainkan di berita yang baru saja diterimanya dari sahabatnya. Air matanya luruh, berdesakan dengan rasa sakit atas sebuah pengkhianatan yang terus menusuk hatinya. 'Kekasihmu berselingkuh. Aku melihatnya langsung.' Isi pesan itu terus berputar di kepalanya, membuat jantungnya nyaris melompat dari tempatnya. Keceriaannya seketika hilang, meninggalkan amarah dan kesedihan yang menyatu sangat cepat. Air matanya tidak lagi terbendung, luruh begitu saja memenuhi kedua pipi tirusnya. Ia sangat yakin sahabatnya tidak mungkin berbohong. Ia kembali membuka handphone, untuk memeriksa balasan pesan yang beberapa detik yang lalu ia kirimkan ke sang kekasih. Tapi saat itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status