Share

Melihat Hantu?

last update Last Updated: 2025-08-21 21:13:06

Margaret tersenyum manis melihat kedua wajah penasaran di depannya.

"Katakan, Nek," buru Edgar tidak sabaran.

Masih dengan senyuman manisnya, Margaret menatap keduanya bergantian. Dagunya terangkat ke atas. "Kalian berdua tidak boleh pulang sebelum ada tanda-tanda kehamilan Andien."

Beberapa detik kemudian, senyumannya hilang seiring dengan pancaran matanya yang tegas. Seperti baru saja memberi ancaman keras, kepada pengantin baru yang sudah merancang rencana tersendiri tersebut.

Ucapan Margaret itu membuat kedua orang tersebut ternganga dan saling berpandangan.

"T-tapi, rencana kami masih menunda untuk---"

"Jangan rewel, Edgar! Usiamu sudah 34 tahun, ingat!" peringat Margaret memotong. Ujung jari telunjuknya menempel di dahi Edgar. "Tidak ada kata tunda-tunda, paham!"

Margaret menggeser pandangan ke Andien, tatapan matanya lekat di wajah pucat sang gadis.

"Dan, kau Andien, jangan sampai mau dihasut Edgar!" Lagi peringat Margaret. Beberapa detik melirik kepada Edgar, sebelum kemudian menarik tatapannya. Kepalanya miring ke arah Andien dan berhenti di samping telinga Andien.

Setengah berbisik Margaret kembali berkata, "Kamu harus tahu, kehadiran anak dalam pernikahan itu paling utama! Kenapa? Untuk mencegah suamimu berselingkuh dengan wanita lain di luar sana!" Margaret menarik kepalanya kembali tegak. Di bibirnya tersungging senyum berkilau, seakan-akan sebagai isyarat kepuasannya telah berhasil membuat cucu mantunya itu menurut padanya.

Andien meneguk liur kesulitan.

'Selingkuh?'

Kata-kata Margaret itu kembali mengingatkannya ke kekasihnya yang sudah berselingkuh.

Beberapa detik kemudian ia disadarkan dengan hubungan pernikahannya dengan Edgar. Tidak ada yang perlu ia takutkan kalau pun Edgar berselingkuh. Toh, pernikahan mereka karena dadakan, secepatnya mereka harusnya bercerai.

Isi hatinya saat ini masih dipenuhi rasa sangat sakit atas perselingkuhan kekasihnya. Rasa sakit itu semakin membara dalam hatinya. Rasanya ia ingin terbang ke luar negeri saat itu juga, untuk membalas rasa sakit hatinya kepada sang kekasih.

Namun, sekarang dirinya malah terjebak pernikahan dadakan dengan Edgar.

"Kau paham apa yang aku katakan itu, kan, Andien?" tanya Margaret menyentuh bahu Andien.

Sontak Andien menoleh kepada Margaret. Sesaat hanya memelototi Margaret, sentuhan tangan wanita tua tersebut seakan-akan menghipnotisnya harus menurut patuh.

"I-iya, Nek," jawabnya pendek.

Sebenarnya, ia tidak mau menuruti keinginan Margaret. Tetapi, di satu sisi Andien merasa kasihan, ia tidak mau membuat kesehatan Margaret drop lagi. Mau tak mau ia tidak bisa menolak.

"Kamu memang cucu mantu idaman nenek," puji Margaret mencolek dagu runcing Andien gemas. "Sekarang istirahatlah kalian." Margaret mengerling nakal sebelum meninggalkan kamar khusus pengantin.

Sepeninggalan Margaret, Andien menatap Edgar dengan mata menyipit, mengamati wajah tegang Edgar.

"Jangan bilang semua ini sudah kau rencanakan sebelumnya," kata Andien lebih ke sebuah tuduhan.

"Sumpah, bukan aku yang merencanakan itu semua, tapi nenek. Aku juga tidak tahu bakal serumit ini."

"Aku tidak percaya padamu, Edgar. Dari awal niatmu tidak baik padaku, kau sudah membohongi dan memanfaatkanku!" Separuh badannya mencondong ke depan sehingga tubuhnya yang mungil hampir terjungkal ke depan.

Matanya menyapu wajah tampan Edgar yang berjarak hanya beberapa centimeter saja dari wajahnya.

"Jangan-jangan kau sudah memata-mataiku?"

"Jangan menuduh yang macam-macam, aku saja pun tidak mengenalmu sebelumnya."" Edgar meletakkan ujung jari telunjuknya di dahi Andien, kemudian menekan ujung jarinya hingga gadis itu kembali terduduk di tempatnya.

"Aku juga bingung kenapa nenek sangat menyukaimu?" Edgar berpindah ke ranjang.

"Bohong! Aku tahu itu cuma alasanmu saja. Tidak mungkin---"

"Cukup! Besok saja berdebatnya. Sekarang aku lelah dan mau istirahat," potong Edgar merebahkan tubuhnya membelakangi Andien.

"Sekarang kau juga istirahat, besok pagi-pagi sekali kita harus berangkat."

"Halahh, alasan! Tidak bisa jawab, kan? Edgar ... Edgar, kau bukan anak kecil lagi yang tidak punya pendirian. Jujur saja, kau melakukan ini untuk mendapatkan warisan nenekmu, 'kan? Karena itulah kau memaksaku menikah denganmu untuk memenuhi syarat ambisimu itu," tuduh Andien menarik salah satu sudut bibirnya.

Edgar tersinggung dengan perkataan Andien yang sok tahu itu. Gadis itu tidak tahu bahwa dirinya lah satu-satunya pewaris tunggal harta kekayaan keluarga Matthew. Seharusnya Andien bersyukur bisa menjadi istri dadakan Tuan Muda Edgar Matthew. Presdir di perusahaan Matthew, satu-satunya perusahaan terbesar dan ternama di kota besar itu.

Tetapi, dia tidak mau berdebat dengan Andien yang keras kepala. Andai, tidak karena sang nenek, tanpa perlu berpikir-pikir lagi, dia juga sudah membiarkannya pergi.

"Aku tidak ikut besok denganmu."

Ucapannya itu menarik atensi Edgar segera bangkit dari rebahannya. "Apa, kau tidak mau ikut?" ulangnya bertanya, seakan-akan tidak bisa mendengar jelas. Salah satu alis mata gelap itu terangkat ke atas, menatap dingin gadis cerewet di depannya. Wajahnya yang kuyu karena lelah terlihat mengeras, menonjolkan rahang wajahnya yang keras.

"Iya, aku---"

"Tidak bisa. Aku tidak mau nenek marah."

"Aku ada ide, kau hanya perlu berbohong pura-pura kita pergi bulan madu. Nenek juga tidak akan tahu," kata Andien dengan cuek.

"Tidak semudah itu. Kau tidak mengenal nenekku. Nenek punya mata-mata khusus yang bisa mengetahui semua aktivitasku. Aku tidak mau mengambil risiko," jawab Edgar dengan nada was-was. Nada suaranya sedikit melunak.

Andien menghela napas kasar, memandang Edgar dengan tatapan putus asa. "Yahh... baiklah, aku ikut denganmu. Tapi... jangan pikir aku akan melakukan apapun yang diinginkan nenekmu," kata Andien dengan nada tegas.

Edgar mengangguk dan menarik napas lega. "Kau tidak perlu khawatir. Aku sudah menyusun rencana agar bulan madu ini tidak memberatkanmu," kata Edgar dengan nada lembut.

Andien tidak percaya rencana Edgar akan berhasil, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Andien memandang Edgar dengan anggukan ragu. Ia hanya segera menyelesaikan bulan madu ini dan kembali ke kehidupan normalnya.

***

Pagi sekali, keduanya dikagetkan dari suara ketukan keras di pintu kamar. Andien yang tengah bermimpi hampir ke langit ketiga tersebut, sontak terjaga dan melompat dari tidurnya.

Andien tak kalah kaget lagi, mendengar suara keras seperti benda terjatuh ke lantai. Persekian detik erangan sakit itu , spontan menarik atensinya menoleh ke asal suara. Edgar yang kaget sampai terjatuh ke lantai.

"Duhh, sakitnya." Edgar mengerang kesakitan.

"Ya elahhh, baru jatuh gitu aja. Cengeng!" Andien kembali tidur, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Ini benar sakit!" Edgar menarik selimut Andien. "Malah tidur, cepat buka pintu! Sialan, siapa yang berani menganggu istirahat Tuan Muda Matthew?" gerutu Edgar memegangi pinggangnya.

Mau tak mau, Andien kembali bangkit, sembari mengucek kedua matanya yang terpaku melihat jam dinding.

"Sialan, masih jam tiga!" umpatnya kesal.

Namun, suara ketukan di pintu kamar tak kunjung berhenti. Ia terpaksa turun dari ranjangnya.

"Iya, nggak sabaran ini orang!" gerutunya membuka pintu kamar kasar.

Wajahnya yang memerah menahan kesal dengan mulut komat-kamit, seakan bersiap-siap menumpahkan kekesalannya. Kaget melihat sosok yang berdiri di depannya.

"H-hantu... ahkkk!"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Melihat Hantu?

    Margaret tersenyum manis melihat kedua wajah penasaran di depannya."Katakan, Nek," buru Edgar tidak sabaran. Masih dengan senyuman manisnya, Margaret menatap keduanya bergantian. Dagunya terangkat ke atas. "Kalian berdua tidak boleh pulang sebelum ada tanda-tanda kehamilan Andien."Beberapa detik kemudian, senyumannya hilang seiring dengan pancaran matanya yang tegas. Seperti baru saja memberi ancaman keras, kepada pengantin baru yang sudah merancang rencana tersendiri tersebut. Ucapan Margaret itu membuat kedua orang tersebut ternganga dan saling berpandangan."T-tapi, rencana kami masih menunda untuk---""Jangan rewel, Edgar! Usiamu sudah 34 tahun, ingat!" peringat Margaret memotong. Ujung jari telunjuknya menempel di dahi Edgar. "Tidak ada kata tunda-tunda, paham!" Margaret menggeser pandangan ke Andien, tatapan matanya lekat di wajah pucat sang gadis."Dan, kau Andien, jangan sampai mau dihasut Edgar!" Lagi peringat Margaret. Beberapa detik melirik kepada Edgar, sebelum kemudi

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Ramuan Penyubur Kandungan

    Edgar menatap kosong ke depan. Ada rasa kasihan yang timbul dalam hatinya. Namun, dia tetap akan memilih sang nenek. "Andien, maafkan aku. Kau boleh memakiku atau menghabiskan uangku, tapi jangan minta aku menolak permintaan nenek." Andien segera sadar, sekuat apapun dirinya tidak akan mampu membujuk Edgar. Ia harus bisa memikirkan cara lain, agar bisa terbebas dari Edgar, sebelum hari pernikahan mereka. "Baik, aku setuju menikah." Mendengarnya, spontan Edgar melompat dari duduknya saking senangnya. "Benarkah?" tanyanya dengan raut wajah penasaran karena belum bisa yakin sepenuhnya. Andien mengangguk. "Tapi, aku meminta satu hal." "Katakan! Aku akan melakukan apapun untukmu, asal kau setuju dengan permintaan nenek." Andien membungkam seolah tengah memikirkan, apa rencananya ini terlalu jahat? "Sebelum kita menemui nenek sore ini, tolong antarkan aku ziarah ke makam kakakku." Merasa itu bukanlah hal yang sulit, Edgar setuju. "Iya. Sekarang berkemaslah, aku tunggu di bawah," uj

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Rencana Nenek

    "Diandra?" desisnya. Sekujur tubuh Andien menegang seperti tersengat listrik bertegangan tinggi. Jantungnya berdegup kencang. Ia mendekat sambil mengucek kedua matanya, untuk melihat lebih jelas lagi wanita dalam foto itu benar Diandra, kakaknya. Baru saja mau melangkah masuk, terdengar suara langkah kaki di belakangnya, di susul suara beratnya yang menggema. Sontak Andien berbalik badan cepat. "Apa yang kau lakukan di sini?" Suara itu tidak asing lagi namun terdengar dingin dan tidak ramah. "Edgar!" Andien tampak salah tingkah. Matanya terpaku pada wajah dingin di depannya. "M-maaf, aku---" Belum selesai bicara, Edgar sudah menarik dan membawanya dari sana. "Lepaskan, kau menyakitiku!" ringis Andien menarik tangannya dari cengkeraman kuat tangan Edgar. Kemudian, mengelus lengannya yang sakit dan memerah dengan wajah merengut. "Masuk ke kamarmu. Aku tidak mau nenek sampai melihatmu berkeliaran." "Apa yang salah? Aku tidak merusak atau mencuri barang-barang di si

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Tiba-tiba Bertunangan

    Edgar tak bisa menutupi rasa gugupnya, sekilas melirik ke Andien yang juga terlihat gelisah. Otaknya bekerja keras mencari cara untuk menyakinkan sang nenek. "Benar, Nek. Sebenarnya aku dan Andien sudah lama berpacaran, hanya saja selama ini Andien tinggal di luar---" Edgar menghentikan ucapannya ketika sang nenek mengangkat tangan kirinya ke atas. Tak lama kemudian beberapa orang pria berseragam datang menghampiri Margaret. "Segera siapkan keperluan pertunangan Edgar dengan calon cucu mantu," titah Margaret. Mendengarnya, Andien terbelalak, tidak percaya apa yang akan segera terjadi. Semuanya terasa tiba-tiba, ia merasa seperti benar terperosok ke dalam mimpi buruk. Sementara dirinya disewa sebagai pacar pura-pura, bukan untuk benar-benar kekasih Edgar. Andien melihat Edgar yang berdiri di sampingnya, seolah meminta pria tersebut untuk menjelaskan semuanya kepada sang nenek. "Nek, kita mau merayakan hari ulang tahunmu yang ke 91 tahun, bukan pertunangan. Apa nenek lupa

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Hadiah Cucu Mantu Untuk Nenek

    Entah apa dalam pikirannya, Andien merasa kembali berada di dalam mimpi buruk saat mereka sudah berada di dalam kereta api. Ia bahkan tidak tahu kemana pria asing itu akan membawanya. Sialnya, ia tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan Edgar. Ia tidak memiliki uang cash satu miliar, sementara semua kartu banknya ada pada kekasihnya yang berkhianat. "Kau ingin menculikku?" Andien bertanya tanpa berani melihat pria di sampingnya. Tangannya meremas sisi gaunnya untuk menguasai rasa gugup dan kakunya. Sementara buket bunga lili ungu untuk sang kakak, ia biarkan teronggok di bawah kursinya. Beberapa detik kemudian, ia sadar dengan kenyataan. Melihat penampilan Edgar yang terkesan dari keluarga bangsawan ketimbang seorang penculik. Edgar tertawa dengan pandangan matanya tetap ke depan. "Buat apa menculikmu?" Jawaban itu menarik atensi Andien, segera memutar kepala ke samping dan bertanya, "Lalu, untuk apa kau membawaku?" "Aku membutuhkanmu sebagai pacar pura

  • Aku Yang Dikhianati Mendadak Nikah Dengan Presdir    Pertemuan Mengesalkan

    Kereta api meluncur dengan kecepatan yang stabil, membawa Andien Clouwi menuju kota kecil tempat makam sang kakak. Sesaat ia tiba di tanah air setelah sekian lama di luar negeri. Ia duduk di pojok kereta, memandang keluar jendela sambil memeluk buket bunga lili ungu segar. Namun, pikirannya tidak lagi di perjalanan, melainkan di berita yang baru saja diterimanya dari sahabatnya. Air matanya luruh, berdesakan dengan rasa sakit atas sebuah pengkhianatan yang terus menusuk hatinya. 'Kekasihmu berselingkuh. Aku melihatnya langsung.' Isi pesan itu terus berputar di kepalanya, membuat jantungnya nyaris melompat dari tempatnya. Keceriaannya seketika hilang, meninggalkan amarah dan kesedihan yang menyatu sangat cepat. Air matanya tidak lagi terbendung, luruh begitu saja memenuhi kedua pipi tirusnya. Ia sangat yakin sahabatnya tidak mungkin berbohong. Ia kembali membuka handphone, untuk memeriksa balasan pesan yang beberapa detik yang lalu ia kirimkan ke sang kekasih. Tapi saat itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status