Share

06. Challenge dan sunflower

Juwi pusing. Matanya terasa juling saat melihat banyaknya pakaian, aksesoris, sepatu, tas dan lain sebagainya yang menunjuang penampilan, mengelilinginya. Rasanya mual saat melihat sepatu atau tas dengan model dan merek sama hanya beda warna berjejer rapih di lemari penyimpanan. Atau saat jam dan kaca mata berjejer rapih di dalam estalase. Atau pakaian yang di susun rapi berdasarkan warna dan penggunaan.

Juwi terkekeh dalam hati, mengumpati dirinya 'anak kampung' karena hanya melihat pakaian dan aksesoris dirinya pusing dan mual.

Miss Dara mengajak Juwi ke Dara's colection untuk praktik secara langsung. Miss Dara akan melihat selera fashion Juwi lalu memberi tahu atau mengoreksinya saat mix and match Juwi tidak cocok atau bertabrakan dengan selera fashion Dirgantara.

Miss Dara mengajak Juwi duduk di sofa yang ada di depan fitting room, dia menjelaskan banyak hal. Mengulang pembelajaran saat di rumah agar ingatan Juwi ter-recall. "Ingat ya, Juwita. Warna dasar, warna yang paling dasar atau warna aman saat kamu bingung atau merasa tidak punya baju. Kamu bisa menggunakan warna hitam atau putih. Hitam kamu hajar dengan warna hijau daun, cocok-cocock saja. Atau putih kampu campur dengan warna lilac jadinya cantik dan soft."

Juwi mengangguk paham.

"Sekarang kamu cari pakaian mana yang kamu suka dari atas sampai bawah, juga asesoris penunjang penampilan. Saya ingin melihat selera fashion kamu. Nanti akan saya cocokan dengan selera fashion Dirga agar selaras."

Juwi menggaruk rambut, dia melihat Miss Dara dengan tatapan ragu. "Tapi, Miss. Sayang bajunya kalau saya coba."

Miss Dara tertawa "tidak apa. Semua baju yang kamu mau, yang kamu coba, Dirgantara yang tanggung. Jangan malu-malu pilih saja yang kamu mau."

"Justru itu yang membuat sayang dan tidak enak, miss."

Miss Dara berdiri, dia meraih tangan Juwi agar berdiri lalu mendorong badannya pelan. "Jangan pikirkan papun soal biaya, tidak enak atau sayang. Kamu kan calon istrinya Dirgantara?!" Goda Miss Dara membuat Juwi tersenyum paksa "cepat laksanakan challenge agar kita bisa ke pelajaran selanjutnya!" Titah Miss Dara tidak menerima penolakan. Miss Dara mengepalkan tangan mengangkatnya tinggi. "Semangat, Juwita."

Juwi tersenyum kaku. Dia segera masuk ke area pakaian di iringi senyum Miss Dara yang tidak luntur.

Juwi menggaruk rambut. Dia melihat sekitar sambil menyentuh pakaian-pakaian yang di lewatinya. Sejauh ini belum ada pakaian yang menarik perhatian. Semuanya cantik, semuanya bagus tapi Juwi merasa kurang nyaman kalau seandainya mengenakan pakaian itu.

Juwi menyingkir saat ada pengunjung yang melewatinya, dia juga tersenyum kaku pada pramuniaga yang mengikuti pengunjung tadi hingga seorang pramuniaga menghampirinya. "Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya dengan ramah.

Juwi merapatkan bibir. "Enggak ada." Jawabnya lalu pergi. Juwi kearah pakaian kasual yang ada di deretan ujung kiri. Baru beberapa langkah berjalan Juwi melirik, ternyata pramuniaga itu masih mengikutinya. Juwi mendengus pelan, membiarkan saja karena mungkin itu salah satu tugasnya, fikir Juwi.

Juwi berhenti pada deretan rompi v neck. Bibirnya tersenyum "wah ini rompi yang lagi viral itu ya." Gumamnya mengingat pernah ingin mengikuti fashion yang sedang viral tapi urung membeli karena ongkir ke desanya mahal. Juga uangnya yang belum terkumpul karena hanya mengandalkan nabung dari uang jajan.

Pramuniaga mengangguk sambil menjelaskan banyak hal mulai dari bahan, kualitas, designer, penggunaaan, mix and match dan lain sebagainya sampai warna yang cocok untuk Juwi.

Juwi mengangguk paham, dia mengambil satu rompi v neck berwarna coklat gelap lalu beralih ke bagian dress karena saat melewati bagian dress sempat ada dress yang menarik perhatian tapi kurang begitu yakin untuk memilihnya.

Juwi menyentuh dress pantai dengan gambar bunga matahari lalu menempelkan pada rompi V necknya. Bibirnya tersenyum saat merasa mix and match itu bagus.

"Saran saya kalau mau pakai dress, kakak bisa mix dengan tunik rajut. Tapi kalau kakak nyaman dengan mix and match seperti itu, tidak apa. Karena kenyamanan paling utama. Percuma mix and matchnya masuk tapi tidak sesuai di hati, yang ada tetap tidak nyaman dan membuat hati tidak puas. Betul kakak?" Ucap pramuniaga berkomentar jenaka.

Juwi mengangguk setuju "betul kakak." Ucapnya meniru nada pramuniaga membuat pramuniaga terkekeh. Juwi mengambil dress bunga matahari itu yang secara naluri peamuniaga mengambilkan tas transparan untuk wadah pakaian Juwi lalu mengambil alih belanjaan Juwi untuk di bawakannya.

Kini Juwi ke arah aksesoris, dia menuju rak sepatu lebih dulu. Tujuan pertamanya langsung pada pantofel warna coklat dan kaos kaki warna kuning. Setelah itu mengambil tas slempang warna kuning dan kalung cantik berbandul bunga matahari sebagai detail yang manis.

"Wah selera fashion kakak unik sekali. Kenapa bunga matahari?" Tanya pramuniaga sambil menopang pipi.

Juwi mengedikkan bahu. "Lagi kepengen."

Pramuniaga terkekeh sambil menampar pundak Juwi pelan. "Saya kira ada sejarahnya. Ternyata hanya asal pilih. Padahal ya, kak. Bunga matahari itu lambang kesetiaan dan kepatuhan karena bunga matahari mengikuti kemanapun arah matahari bergulir. Betul tidak?"

"Betul." Jawab Juwi mengangguk. "Sekarang memang asal pilih tapi siapa tahu suatu saat bisa menjadikan bunga matahari sebagai inspirasi."

Pramuniaga tertawa "aww! Sweet. Manis." Ucapnya centil membuat Juwi segera pergi dari pada malu dengan pengunjung lain.

Merasa yang di butuhkan sudah semua, Juwi kembali menghampiri Miss Dara yang sudah menungguhnya sambil memainkan ipad di sofa depan fitting room.

"Langsung ganti, Juwita." Titah Miss Dara yang di angguki juwi.

Juwi masuk ke fitting room di ikuti pramuniaga yang meletakkan belanjaannya di stand hanger lalu pamit untuk keluar. Mempersilahkan Juwi untuk berganti dan memberinya privasi.

Tanpa menunggu waktu lama, Juwi segera menganti pakaiannya. Dia melepas kaos lengan panjang hitamnya lalu memakai dress pantai dengan hati-hati karena bahanya lembut dan terkesan mudah sobek. Setelah itu memakai rompi v neck, pantofel kemudian tas dan mengeluarkan kalung yang sudah di pakainya sejak awal.

Bercemin sekali lagi dan memastikan penampilannya sempurna, Juwi segera keluar. "Bagaimana, Miss Dara?"

Miss Dara mengangkat wajah. Dia berdiri lalu mengerjabkan mata berkali-kali. "Baru kali ini saya melihat rompi v neck di mix dengan dress pantai." Komentar Miss Dara berjalan mengelilingi Juwi sambil merapikan beberapa bagian yang terlipat. "Overall saya suka selera fashion kamu, Juwita. Perpaduan warnannya bagus. Kamu juga punya badan porposional jadi terlihat bagus-bagus saja memakai mix and match seperti itu malahan bisa jadi inspirasi untuk fashion di masa depan." Puji Miss Dara membuat Juwi tersenyum malu.

"Sayangnya style seperti ini tidak cocok dengan style Dirgantara. Style Dirgantara lebih ke formal santai. Kalau kamu suka dress-dress seperti ini kamu bisa pakai dress tali, dalamannya pakai kemeja atau luaranya pakai blazer. Atau hanya blazer tanpa dalaman kalau kamu pede. Atau overall yang dalamannya kemeja atau kaos berkerah."

Juwi mencuatkan bibir, dia melihat dressnya sambil menghembuskan nafas berat. Padahal dia suka sekali style seperti ini. Santai dan teen. Cocok dengan dirinya yang memang masih remaja. Tapi apa boleh buat. Hidupnya sudah di atur.

"Kalau kamu mau itu, ambil saja Juwita. Kamu juga berhak memakai apa yang kamu mau. Hanya saja jangan pakai waktu pergi bersama Dirgantara. Kamu bisa memakainya saat hangout atau pergi bersama Jeno. Don't be sad."

Wajah Juwi seketika kembali cerah. "Terima kasih, Miss Dara."

Miss Dara mengangguk. "Sekarang ayo kita pulang. Saya sudah mengirim beberapa style yang cocok untuk kamu ke Dirgantara. Setelah acc, semua pakaian akan di kirim."

Juwi mengangguk. Dia mengikuti pramuniaga ke kasir untuk menotal semua pakaian yang di kenakan untuk di kirim ke Dirgantara.

***

Setelah menurunkan Yuna di lobi apartmen, Jeno segera ke salon yang ada di dekat gedung apartmen kekasih Yuna. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke salon karena ada di perempatan jalan dekat restoran Korea.

Jeno memberikan kunci motornya pata petugas valet lalu segera masuk yang langsung di sambut dinginnya ruangan yang membuat badannya terasa sejuk dan penjaga pintu yang mengarahkannya ke meja resepsionis.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya petugas resepsionis dengan ramah.

"Ganti warna rambut." Jawab Jeno singkat.

"Apa sudah buat janji?"

"Belum."

"Baiklah, saya akan buatkan janji dengan hairdresser. Mohon tunggu sebentar ya, kak."

Jeno mengangguk. Secara naluriah manusia yang datang ke tempat baru, kepala Jeno bergerak melihat sekeliling sambil melipat bibir. Mata Jeno menyipit saat melihat foto tidak asing terpajang di galeri dinding bersama foto lain.

Jeno berdiri, dia mendekat ke arah galeri dinding sambil melipat tangan di depan dada. "Ternyata salon ini punya mommy?!" Gumam Jeno saat melihat foto Jesica berada di deretan paling atas.

Entah sejak kapan salon ini ada, Jeno tidak pernah tahu betul dan tidak begitu peduli dengan bisnis dan pekerjaan kedua orang tuanya karena dulu terlalu sibuk dengan tekanan dan tututan kesempurnaan dari kedua orang tuanya hingga akhirnya berani berontak saat kedua orang tuanya berpisah.

Jeno melihat foto-foto lain. Ada banyak artis, solois dan selebritis yang pernah datang ke salon ini, juga istri dan anak pejabat. Banyak sertifikat yang terpajang juga foto-foto karyawan beserta jabatannya.

Puas melihat foto-foto secara acak di galeri dinding, perhatian Jeno teralih saat melihat ke layar Tv. Dia mengerutkan dahi saat layar Tv menampilkan wajah reporter yang di belakangnya terdapat banyak orang. Mata Jeno semakin membulat saat membaca highlight berita.

'Solois Yamaha Thomson dan adiknya mengalami kecelakaan tunggal di jurang Jambean.'

"Astaga."

Jeno segera lari keluar saat resepsionis memanggilnya. Membuat resepsonis yang di abaikan hanya bisa menatap punggung Jeno dengan bingung.

Jeno segera memberikan kuncinya pada petugas valet. Dia menunggu motornya datang dengan hati yang sama sekali tidak tenang, terus gelisah, panik dan was-was sampai sekujur tubuh Jeno terasa dingin. Jadi ini  jawaban dari firasat buruknya sejak tadi siang?

"Astaga, Mika. Semoga kamu selamat."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status