Home / Rumah Tangga / Aku di Antara Kalian / 101. Pertemuan Keluarga

Share

101. Pertemuan Keluarga

last update Last Updated: 2025-06-08 15:00:50

AKU DI ANTARA KALIAN

- Pertemuan Keluarga

Penjelasan dokter membuat Manggala terkejut sekaligus bahagia. Ia memandang Kiara sambil tersenyum menawan. Di pangkuannya, Arsha tampak belum mengerti. Anak itu memandang layar USG dan dokter kandungan secara bergantian.

Biasanya jam segitu Arsha sudah tidur. Tapi kali ini dia seperti ikut bersemangat meski belum tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Kembar? Kiara nyaris tak percaya. Hati dan jiwanya belum selesai menggenggam luka, kini Allah memberi dua nyawa dalam rahimnya yang harus ia jaga. Bibirnya bergetar pelan, mengucapkan kata syukur. Sekaligus mengingat-ingat dari keluarganya tidak ada riwayat punya anak kembar. Mungkin dari pihak Manggala ada.

Usai pemeriksaan, mereka duduk berhadapan dengan sang dokter di meja konsultasi.

"Karena ini kehamilan kembar, ada beberapa hal yang harus benar-benar diperhatikan," ujar dokter sambil membuat catatan medis.

Kiara mengangguk, tubuhnya masih sedikit gemetar. Rasanya belum percaya dengan keny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
seneng buanget ya...ingat bikinnya berdua y harus berdua yg jalani...tp pas hamil Arsya gala gak ikut bikin malah ikut jalanin ya.....
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
Gala excited banget.. tapi tetep waspada y.. ada bahay4 lain di luar sana yg mengintai.. tuh si Nada..
goodnovel comment avatar
Yanyan
tetottt...Rendra pasti molohok..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku di Antara Kalian   109. Gosip 3

    "Nanti saja kalau kamu diajak ngobrol warga atau ditanya karyawan lain, baru kamu ceritakan tentang pernikahanku dengan Nada bagaimana. Kalau ada yang tanya soal Arsha, dia anakku," tegas Manggala."Baik, Mas." Setelah itu Yono pamitan kembali ke Garasi, ponsel Manggala berpendar. Panggilan masuk itu nomer baru. Dia langsung menjawab karena dikira orang yang berkepentingan dengan orderan barang. Rupanya bukan. Tapi suara Nada yang terdengar. "Hai, Mas Manggala Biantara, S.E.,M.E. Kamu memblokirku, ya." Suara manja itu terdengar di seberang."Kamu sudah puas menebar cerita tentang aibmu sendiri?"Nada tertawa ngakak. "Asal itu bisa menghancurkanmu, nggak masalah bagiku, Mas. Heboh kan cerita di desamu," ucapan ejekan dari Nada menyulut emosi Manggala. Tangan lelaki itu mengepal di atas meja."Kamu bilang nggak mungkin kembali padaku, oke. Marilah kita hancur bersama-sama meski di tempat yang berbeda.""Kamu salah, Na. Apa yang kamu lakukan makin menguatkan hubunganku dengan Kiara. Ten

  • Aku di Antara Kalian   108. Gosip 2

    "Pak Gatot dan Bu Puri ini orang yang baik, dermawan, tapi kenapa anak-anaknya nggak ada yang bener.""Kiara juga gitu. Jadi perempuan kok murahan banget.""Huss, kalian kalau mencela orang itu mesti ingat, kalian juga punya anak perempuan. Belum tentu anak perempuan kalian akan bernasib lebih baik dari Mbak Kiara."Dan mereka bungkam mendengar ucapan Bu Joko.Suara-suara itu samar didengar oleh Kiara yang melangkah menjauh. Mungkin ini belum seberapa. Di luar sana bisa jadi keluarga Manggala dan dirinya sedang hangat jadi buah bibir.Sampai rumah Kiara menggelar tikar di dapur untuk Arsha duduk dan makan snack. Ia juga menaruh mainan anaknya di sana. Sedangkan ia menyiangi ikan dan menyimpan belanjaan di kulkas. Hari ini hanya akan menggoreng ikan kembung dan membuat sambal matah saja. Manggala melarangnya memasak, tapi kalau duduk diam, pikirannya malah justru ke mana-mana."Assalamu'alaikum," suara Bu Joko dari pintu samping."Wa'alaikumsalam. Eh, Bu Joko. Monggo masuk, Bu.""Ini s

  • Aku di Antara Kalian   107. Gosip 1

    AKU DI ANTARA KALIAN- GosipPara ibu-ibu mulai menoleh. Ada yang sekilas melirik lalu kembali sibuk memilih sayuran, tapi sebagian tetap menatap Kiara lama, seolah sedang menilai sosok itu. Dulu setiap langkah Kiara ke tukang sayur disambut sapaan ramah. Kini yang menyambutnya hanya bisik-bisik yang nyaris tak terdengar, tatapan serta sikap dingin mereka.Telinga Kiara mungkin tak menangkap jelas, tapi hatinya peka kalau sedang dibicarakan. Namun ia bersikap seperti biasanya. Menyapa ramah ibu-ibu yang sedang memilih sayuran. Si mbak tukang sayur tetap meladeni Kiara dengan ramah, karena Kiara salah satu pelanggannya yang tidak cerewet. Tidak pernah mencela dagangannya, tak pernah menawar seenaknya. Juga tidak suka mengghibah seperti ibu-ibu lain. Belanja tak seberapa, gibahnya yang kelamaan.Kiara juga tidak akan lari hanya karena mendapatkan tatapan sinis dari mereka yang biasanya bersikap ramah."Mau masak apa, Mbak Kiara?" tanya Bu Joko menghampiri dan memberi sebuah wafer pada A

  • Aku di Antara Kalian   106. Tak Bisa Dihentikan 3

    "Nggak pernah. Biar saja, Han. Aku nggak mau ngurusin hal itu. Bukankah kamu juga sudah menjelaskan. Terserah teman-teman mau bilang apa. Biarkan mereka bebas bercerita dari sudut mana pun yang mereka suka.""Ya, yang penting hati-hati saja, Bro. Orang seperti Nada ini nekatan. Fokus saja sama keluargamu.""Iya. Apalagi Kiara sedang hamil sekarang.""Oh, ya? Wow, selamat kalau gitu. Akhirnya berhasil juga kamu menghamili Kiara." Hanan terkekeh. "Sudah dulu, Bro. Aku mau siap-siap berangkat kerja. Nanti kalau ada kabar lagi kutelepon."Oke. Makasih, Han."Manggala menatap layar ponsel. Tangannya perlahan menggulir satu per satu notifikasi. DM dan inbox dari beberapa temannya diabaikan. Dia juga tidak berniat memberitahu Kiara. Khawatir menambah beban pikiran istrinya.Ia menghela napas. Cerita tentang dirinya lebih cepat menyebar dalam hitungan jam. Dan dalam cerita yang dirancang Nada, dialah tokoh antagonisnya.Yang ingin dijaga Manggala hanya reputasi orang tuanya. Sosok baik mereka

  • Aku di Antara Kalian   105. Tak Bisa Dihentikan 2

    Bocah kecil itu menoleh. Bola mata bundarnya menatap Narendra beberapa detik sebelum senyum mengembang dari bibir mungilnya. Seulas senyum yang membuat dada Narendra seketika hangat dan sesak dalam waktu bersamaan.Arsha sendiri sekarang sudah tahu kalau antara Manggala dan Narendra adalah orang yang berbeda.Bocah itu bangkit berdiri lalu berjalan tergopoh ke arah Narendra, membawa satu mobil mainan di tangannya untuk diberikan pada pakdhenya. "Nih, blum-blumm," ucapnya dengan suara cadel.Narendra tersenyum lantas berjongkok, menyambut bocah itu dengan tangan terbuka. "Wah, mobil balap, ya?"Arsha mengangguk-angguk antusias, lalu duduk di pangkuan Narendra. Dia tidak takut lagi setelah beberapa kali bertemu dengan sosok yang sangat mirip dengan ayahnya. Bocah itu mulai menggerakkan mobilannya di paha Narendra sambil menirukan suara-suara mesin mobil, kemudian menirukan bunyi telolet dari klakson yang sering didengarnya.Membuat Narendra tertawa, lalu memandang ke arah Mak Yah yang d

  • Aku di Antara Kalian   104. Tak Bisa Dihentikan 1

    AKU DI ANTARA KALIAN- Tak Bisa Dihentikan [Dia cerita pada Intan teman kita, bilang kamu telah meninggalkannya begitu saja.]Manggala hanya membaca pesan dari sahabatnya. Nanti saja dibalas setelah pembicaraan dengan keluarganya selesai. Ia memang sudah lama keluar dari grup alumni setelah memutuskan menikahi Kiara. "Kamu bagaimana, Gala?" Pak Gatot ganti menyorot pada putra bungsunya. Setelah Narendra legowo, Pak Gatot juga harus tahu apa keputusan putra keduanya."Ya, Yah. Nggak apa-apa. Silakan saja. Keputusan Ayah untuk kebaikan bersama. Kiara pasti sepemikiran dengan saya." Manggala menoleh pada sang istri. Tangan Manggala di bawah meja, menggenggam jemari Kiara dengan lembut di pangkuannya.Saat bersamaan Kiara mengangguk. "Ya, Yah," jawabnya singkat. Dia tidak bisa berkata banyak, karena dadanya terasa sesak. Bahkan tubuhnya dibanjiri keringat saat itu.Narendra menunduk, menahan gelombang penyesalan yang tidak bisa ia ungkapkan lagi. Sungguh ini sangat berat baginya. Harapa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status