Bab 4
"Mirna...? "
Aku mendengar suara yang tak asing ditelingaku. Seperti suara laki laki yang sering ku dengar.Aku menoleh, dan mencari tahu siapa yang memanggilku.
Dan ternyata...
"Chalil? " Tanyaku tak percaya.
Dia yang selama ini mati matian aku mencoba melupakan. Ternyata berdiri tepat di depan mataku.
"Iya mirna, ini aku Chalil. Kamu apa kabar? " Tanya laki-laki yang tak lain adalah Chalil, Cinta pertama ku.
"Kamu beneran chalil? Apa aku sedang bermimpi? "
"Jika iya, maka jadikanlah ini mimpi yang indah untuk kita" Ucapnya dengan pokesan senyum yang selalu membuatku tergila gila padanya.
"Chalil, kamu kok sekarang banyak kumis sama jenggot nya, kamu gak cukuran ya? " Celetuk ku membuat chalil tertwa geli.
"Iya mirna, semenjak aku berpisah dengan kamu, aku jadi kehilangan semangat. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Badan pun tak terawat"
"Maafkan aku Chalil, aku yang meminta putus waktu itu. Aku gak bisa lanjutin hubungan kita. Orang tua ku tak merestui hubungan kita."
"Tak apa mirna, aku ikut bahagia jika kamu bahagia."
"Tapi, apa kamu tahu aku bahagia atau tidak? " Tanyaku pada laki laki yang sembilan tahun lalu telah ku patahkan hati nya.
"Aku yakin kamu bahagia mirna, bukti nya badan kamu makin gemuk. Sembilan tahun lalu kamu masih kurus, berarti kamu sekarang sangat bahagia"
Biasanya aku akan marah pada siapa saja yang mengejekku gendut. Tapi tidak untuk dia.
"Aku gendut karena... "
Plukkk
Belum sempat aku menjawab pertanyaan Chalil tiba tiba kurasakan ada seseorang yang mengetuk kepala ku.
Entah siapa yang telah mengetuk kepalaku, namun setelah ketikan itu langsung membuatku membuka mata.
Dan kok aku berasa dikamar?
"Kamu ngingau apa sih dek? "
Tanya Mas Farid dengan muka kesel. Loh kok ada suara mas farid suami ku? 'Bukannya tadi aku sedang berbicara dengan Chalil? 'Oh, tidak. Ternyata aku hanya mimpi. "Kenapa mas, kamu kok ngetuk kepalaku? Sakit tau?""Kamu tuh tadi ngingau, ngomong gak jelas kayak orang lagi jual obat, kamu mimpi apa sih?Ya ampun, berarti tadi cuma mimpi?
Lagi senang senang nya bertemu mantan, rupanya cuma mimpi.Untung saja mas Farid gak mendengar aku menyebut nama Chalil. Kalau tidak bisa jadi perang Dunia ke tiga.
"Makanya kalau tidur baca doa, biar gak ngigau" Ucap mas farid mengejek ku.
"Iya mas, tadi aku lupa baca doa"
"Ya sudah bobok lagi sana. "
"Iya mas."
Aku tak bisa tidur begitu saja, di kepalaku masih terngiang ngiang mimpi tadi. Kenapa aku bisa mimpi bertemu chalil.
Padahal aku sama sekali gak kepikiran dia selama ini.
Aku saat ini sedangfokus mengurus anakku yang masih balita, mana sempat aku memikirkan dia.Apa mungkin si chalil masih teringat pada ku? Seperti yang terjadi dalam mimpiku tadi?
Atau mungkinkah chalil masih menyimpan perasaan padaku?
Ah rasanya tidak mungkin, akubyang dulu bukan lah yang sekarang.
Dulu semasa SMA berat badanku masih 45kg, sekarang setelah memiliki anak bobot tubuhku sudah 80kg. bahkan jika berjumpa dijalan mungkin dia tak akan mwngenalku lagi, dan Mana mungkin chalil masih menyimpan rasa padaku, itu mustahil.
Pasti aku akan sangat malu jika benar benar berjumpa dengannya. Apalagi dengan penampilanku sekarang yang sudah seperti emak emak beranak empat.
aku belum siap jika harus bertemu dengan nya, bisa bisa dia menertawakan penampilanku.
Setelah menikah dan punya anak, nyaris aku tak punya waktu untuk merawat diri sendiri. Yang aku lakukan hanyalah mengurus rumah, merawat anakku, dan mengurus suami, Itulah rutinitasku setiap hari.
Bangun pagi, masak, nyuci, nyapu, beresin rumah, mandiin anak, memberi makan anak, kelonin anak. Nyaris tak ada habisnya.
Setiap hari itu itu saja yang ku lakukan.Tak ada apresiasi dari suami, tak ada uang belanja lebih, tak ada shoping, traveling, bahkan tak ada hiburan sama sekali.
Aku terpaksa harus tetap kuat dan waras menghadapi kehidupan ini. Sungguh, aku tak menyangka setelah menikah kehidupan ku akan begini.
Kalau saja aku bisa memilih, aku lebih memilih menikah dengan chalil.
Andai, andai, dan andai.Bab 5Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi, mataku belum bisa terpejam.Dalam pikiranku masih terngiang ngiang mimpi tadi.Kenapa sampai sekarang aku masih saja bermimpi hal yang sama berulang ulang, entah berapa puluh kali aku bermimpi bertemu dengan chalil. Hingga membuatku susah melupakan nya.Aku tidak bisa terus terusan seperti ini, aku sudah bersuami. Tak boleh aku mengingat laki laki lain selain suamiku. Meskipun kehidupan rumah tangga ku tak bahagia, bukan berarti aku harus mengkhianati ikatan suci ini dengan mengingat masa lalu.Tidak, aku tidak boleh terus begini. Aku harus melupakan dia. Aku akan berdosa jika sampai terus terusan mengingatnya.Ku bangkitkan tubuh dari ranjang, dan berjalan menuju kamar mandi. Segera ku hidupkan kran air dan membasuh wajah. Ku ambil wudhu dan melakukan shalat malam.Ku tunaikan shalat sunnah dua rakaat, tak lupa ku mengadu pada Rabb ku.Ku cerit
Bab 6Mentari kembali bersinar, hari baru telah dimulai.Aku kembali pada tugasku dirumah, mencuci, menyapu, memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, tak ada hari libur untuk pekerjaan ini.Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi, semua pekerjaan sudah beres, si kecil pun sudah tidur. Waktu nya untukku beristirahat dan me time.Ku buka aplikasi berwarna biru, berselancar di dunia maya untuk sekedar menghilangkan penat dan mencari hiburan.Di tengah asik nya aku berselancar di aplikasi biru, tiba tiba masuk sebuah pesan atau inbox.Ting...Bunyi pesan melalui aplikasi sejuta umat itu.[Assalamu'alaikum] bunyi pesan tersebut.Aku penasaran, siapa orang yang tiba tiba mengirim pesan, kalau dari foto profilnya menandakan seorang laki laki.Akunnya bermana "Sang kelana"Penasaran, ku buka profil nya, dan mencari tahu siapakah dia?Setelah
Part 7Selepas kepergian mas Farid, aku hanya bisa terduduk diam, lemas tak betenaga.Kesalahan apa yang telah ku perbuat sehingga begitu marahnya ia padaku?Padahal, aku tak membalas pesan yang dikirim chalil padaku. Bahkan aku tak menerima permintaan pertemanannya.Mas Farid benar benar terbakar cemburu buta, cemburu yang berlebihan.Kini, benda berharga satu satunya yang kupunya telah diambil olenhya. Entah benda itu akan dijual olehnya, entah kemana uang itu akan ia pakai aku tak tahu.Yang ku tahu, sifat nya semakin lama semakin membuatku jengah.Ia bahkan tak mau mendengar penjelasan dariku.Sakit sekali rasanya nya diperlakukan begini, aku seperti tak ada harga dimatanya.Percuma aku berjuang mati matian memperjuangkan dia dulu di hadapan ibuku. Ah kembali lagi aku mengingat masa itu. Kembali lagi aku teringat perkataan ibu.Betapa bodohnya aku dulu tak mend
Bab 8Aku mencoba menahan tangis sekuat tenaga, ku lihat mas Farid mulai menunjukkan amarah."Aku yakin, kau pasti telah bermain api dibelakang ku mirna" Ucapnya semakin membuat hati ini sakit."Terserah kau mau menuduh ku apa Mas, yang jelas aku sudah tak tahan lagi. Aku sudah sangat lelah menjalani rumah tangga ini""Katakan Mirna, apa laki laki yang bernama Chalil itu penyebab kau meminta pisah dari ku? ""TIDAK" Bantahku."Aku bahkan tak pernah membalas pesan dari nya, bukankah kau telah melihat dan membaca pesan darinya? Apa kau lihat aku membalas pesan nya? Tidak pernah""Lalu apa? Kenapa? Kenapa kau tiba tiba ingin pisah? Apa kau tidak memikirkan nasib anak kita? "Anak selalu menjadi senjata agar perempuan mengalah."Justru karena anak lah aku sudah bersabar selama ini, kalau bukan karena anak sudah dari dulu aku ingin bercerai dari mu""Enggak... Aku gak akan pernah menceraikan mu
"Dan kau percaya begitu saja omong kosong itu? " Tanya mas Farid menyangkal apa yang ku katakan."Percaya atau tidak, itulah kenyataan yang sebentar lagi akan kamu hadapi" Ucapku tegas."Mirna, kalau hanya gara gara mas kawin nu yang belum bisa ku ganti kau minta cerai, kau sungguh keterlaluan, kau matre, hanya karena harta kau tega ingin meninggalkanku""Apa kau bilang? Aku keterlaluan? Sudah berpuluh bahkan ratusan kali aku sudah mencoba sabar menghadapi keangkuhan dan keegoisan mu, bertahun tahun merasakan tekanan batin akibat perbuatan mu dan keluarga mu, bertahun tahun aku sabar, tapi kali ini aku sudah tak sanggup lagi"Aku berkata sambil menahan sesak yang semakin lama semakin membuncah di dadaku."Setelah mengalahkan ku, sekarang kau menyalahkan keluarga ku juga? ""Iya. Memang benar, keluargamu lah sebab aku semakin ingin cerai darimu. Apa kau tak ingat, ketika aku operasi cesar, satu pun keluargamu tak
"Jika kau tak mau menceraikanku, maka aku yang akan menggugat cerai" Entah keberanian dari mana, kata-kata itu berhasil lolos begitu saja dari mulutku."Kau keterlaluan Mirna" Bentak mas farid membuat Azka ku terbangun."Maa.... Maa.. Huaaaa.... " Tangisan Azka terdengar begitu kencang, mungkin ia terkejut mendengar bentakan suara ayahnya."Puas kamu ? Puas udah buat Azka nangis? " Tanya Mas Farid dengan tatapan penuh kebenciannya.Aku berlalu meninggalkannya, ku dekap azka kecil ku lalu ku elus punggungnya."Cup.. Cup.. Cup.. Sayang mama. Udah bangun ya? ""Ma.. Ma... Huaaa... "Aku merasa serba salah, jika aku bertahan dengan mas farid. Maka lahir batinku tersiksa, bukan hanya dari nya tapi dari ipar juga ibu nya.Namun, jika aku bercerai dari nya. Bagaimana nasib azka ku?Dia pasti kehilangan kasih sayang ayah nya, dia pasti akan jadi
Dengan sedikit malas, aku melangkah ke ruang tamu untuk menemui Mas Farid.Aku berjalan pelan, berharap waktu cepat berlalu, aku tak ingin bicara dengan mood yang tidak baik, bisa saja ucapanku akan menyakitinya.Aku semakin dekat dengan Tempat Mas Farid berada, ia menyadari kedatangan ku."Mir... Duduklah, mari kita bicara" Ucapnya sambil menarik tanganku untuk duduk disebelahnya.Sikapnya tiba tiba jadi lembut, mungkin karena ia takut aku meninggakannya? Entahlah sikapnya selalu saja berubah ubah."Mir... Katakan sama Mas, apa yang harus mas lakukan buat kamu? Kalau kamu minta emas ku kembali, mas akan usahakan Mir, tapi untuk sekarang mas belum punya buang. Kamu yang sabar dulu ya. ""Aku udah kehabisan kesabaran Mas, semakin lama aku sabar maka semakin tersiksa batinku. Lebih baik aku pulang kerumah orang tuaku saja""Jangan Mir, nanti orang tua mu kira aku usir
Part 12 Aku sudah sampai dirumah ibu, ku hentikan motor di depan rumah ibu. Ketika mendengar suara motor, ibu langsung keluar. "Mirna... " Panggil ibu yang berada di ambang pintu. Ibuku kaget saat melihat aku mengangkat koper. "Loh.. Mir, ada apa ini? " Tanya ibu padaku saat sampai di depan pintu rumah. "Mirna nginap disini ya buk? " "Loh ada apa ini mir, kenapa kamu bawa koper? Kamu lagi ada masalah sama Farid? " Tanya ibu seolah bisa membaca keadaan. "Boleh mirna masuk dulu buk? ""Ya masuk kah, sini azka ibuk gendong"Aku membawa masuk koper ke dalam rumah. Ku sandarkan tubuh di kursi lapuk yang telah setia menghiasi rumah ibu selama puluhan tahun. "Minum dulu mir, kamu pasti capek""Azka mana buk? ""Sudah tidur dikamar ibuk, dia ngantuk berat tu""Bolehkan kan buk mirna nginap disini? " "Mir... Ibuk gak pernah larang kamu nginap disini, tap