Beranda / Romansa / Aku menyerah Mas / Mimpi ketemu mantan

Share

Mimpi ketemu mantan

Penulis: Amy Sity
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-27 14:37:45

Bab 4

"Mirna...? "

Aku mendengar suara yang tak asing ditelingaku. Seperti suara laki laki yang sering ku dengar. 

Aku menoleh, dan mencari tahu siapa yang memanggilku. 

Dan ternyata... 

"Chalil? " Tanyaku tak percaya. 

Dia yang selama ini mati matian aku mencoba melupakan. Ternyata berdiri tepat di depan mataku. 

"Iya mirna, ini aku Chalil. Kamu apa kabar? " Tanya laki-laki yang tak lain adalah Chalil, Cinta pertama ku. 

"Kamu beneran chalil? Apa aku sedang bermimpi? "

"Jika iya, maka jadikanlah ini mimpi yang indah untuk kita" Ucapnya dengan pokesan senyum yang selalu membuatku tergila gila padanya. 

"Chalil, kamu kok sekarang banyak kumis sama jenggot nya, kamu gak cukuran ya? " Celetuk ku membuat chalil tertwa geli. 

"Iya mirna, semenjak aku berpisah dengan kamu, aku jadi kehilangan semangat. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Badan pun tak terawat"

"Maafkan aku Chalil, aku yang meminta putus waktu itu. Aku gak bisa lanjutin hubungan kita. Orang tua ku tak merestui hubungan kita."

"Tak apa mirna, aku ikut bahagia jika kamu bahagia."

"Tapi, apa kamu tahu aku bahagia atau tidak? " Tanyaku pada laki laki yang sembilan tahun lalu telah ku patahkan hati nya. 

"Aku yakin kamu bahagia mirna, bukti nya badan kamu makin gemuk. Sembilan tahun lalu kamu masih kurus, berarti kamu sekarang sangat bahagia" 

Biasanya aku akan marah pada siapa saja yang mengejekku gendut. Tapi tidak untuk dia. 

"Aku gendut karena... "

Plukkk

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Chalil tiba tiba kurasakan ada seseorang yang mengetuk kepala ku. 

Entah siapa yang telah mengetuk kepalaku, namun setelah ketikan itu langsung membuatku membuka mata. 

Dan kok aku berasa dikamar? 

"Kamu ngingau apa sih dek? " 

Tanya Mas Farid dengan muka kesel. 

Loh kok ada suara mas farid suami ku? 

'Bukannya tadi aku sedang berbicara dengan Chalil? '

Oh, tidak. 

Ternyata aku hanya mimpi. 

"Kenapa mas, kamu kok ngetuk kepalaku? Sakit tau?"

"Kamu tuh tadi ngingau, ngomong gak jelas kayak orang lagi jual obat, kamu mimpi apa sih? 

Ya ampun, berarti tadi cuma mimpi? 

Lagi senang senang nya bertemu mantan, rupanya cuma mimpi. 

Untung saja mas Farid gak mendengar aku menyebut nama Chalil. Kalau tidak bisa jadi perang Dunia ke tiga. 

"Makanya kalau tidur baca doa, biar gak ngigau" Ucap mas farid mengejek ku. 

"Iya mas, tadi aku lupa baca doa"

"Ya sudah bobok lagi sana. "

"Iya mas."

Aku tak bisa tidur begitu saja, di kepalaku masih terngiang ngiang mimpi tadi. Kenapa aku bisa mimpi bertemu chalil. 

Padahal aku sama sekali gak kepikiran dia selama ini. 

Aku saat ini sedangfokus mengurus anakku yang masih balita, mana sempat aku memikirkan dia. 

Apa mungkin si chalil masih teringat pada ku? Seperti yang terjadi dalam mimpiku tadi? 

Atau mungkinkah chalil masih menyimpan perasaan padaku? 

Ah rasanya tidak mungkin, akubyang dulu bukan lah yang sekarang. 

Dulu semasa SMA berat badanku masih 45kg, sekarang setelah memiliki anak bobot tubuhku sudah 80kg. bahkan jika berjumpa dijalan mungkin dia tak akan mwngenalku lagi, dan Mana mungkin chalil masih menyimpan rasa padaku, itu mustahil. 

Pasti aku akan sangat malu jika benar benar berjumpa dengannya. Apalagi dengan penampilanku sekarang yang sudah seperti emak emak beranak empat. 

 aku belum siap jika harus bertemu dengan nya, bisa bisa dia menertawakan penampilanku. 

Setelah menikah dan punya anak, nyaris aku tak punya waktu untuk merawat diri sendiri. Yang aku lakukan hanyalah mengurus rumah, merawat anakku, dan mengurus suami, Itulah rutinitasku setiap hari. 

Bangun pagi, masak, nyuci, nyapu, beresin rumah, mandiin anak, memberi makan anak, kelonin anak. Nyaris tak ada habisnya. 

Setiap hari itu itu saja yang ku lakukan. 

Tak ada apresiasi dari suami, tak ada uang belanja lebih, tak ada shoping, traveling, bahkan tak ada hiburan sama sekali. 

Aku terpaksa harus tetap kuat dan waras menghadapi kehidupan ini. Sungguh, aku tak menyangka setelah menikah kehidupan ku akan begini. 

Kalau saja aku bisa memilih, aku lebih memilih menikah dengan chalil. 

Andai, andai, dan andai. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku menyerah Mas   Resmi berpisah

    Part 41Dua Minggu telah berlalu, hari ini sidang kedua gugatan cerai aku dan Mas Farid akan dimulai. Aku susah bersiap siap untuk mendatangi kantor pengadilan Agama. Kali ini Ibu tidak bisa menemaniku karena ada kesibukan. Sendiri aku menghadiri sidang kedua ini, masih seperti sidang yang pertama, Mas Farid tidak hadir untuk kedua kalinya, dia benar benar menepati kata katanya. Pukul 10.00 sidang kedua ditutup, dua minggu lagi aku harus menghadirkan saksi untuk persidangan ini. Saksi yang melihat saat ijab kabul aku dengan mas Farid dulu. Siapa yang harus aku panggilan untuk menjadi saksi? Oiya, aku baru ingat, aku bisa memanggil Tanteku untuk menjadi saksi, beliaua menemaniku saat pernikahanku dulu di KUA. Hati yang ditentukan telah tiba, aku bersama tante Ratna mendatangi kantor pengadilan Agama. Sidang telah dimulai, Mas Farid masih sama, dia tidak datang untuk sidang yang ketiga ini. Tante Ratna menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Hakim dengan tenang dan santai. Be

  • Aku menyerah Mas   sidang cerai

    Entah berapa lama aku tertidur, tiba tiba aku mendengar suara tangisan Azka. "Ma... Ma... " Rengekan Azka terdengar dikamar Ibu. Aku segera bangun untuk melihatnya. Ternyata Azka menangis dikamar ibu, sedangkan ibu sedang shalat. "Sayang... Sini sama mama yuk" Swgwrqa Ku gendong Azka keluar dari kamar Ibu. "Azka kenapa nangis nak? ""Mama... laper... " Ternyata anakku lapar, makanya ia menangis. Karena lelap tertidur aku sampai lupa memberi makan malam untuk Azka. "Yaudah kita makan dulu yuk" Anakku pada Azka yang berada dalam gendonganku. Aku segera mengambil nasi didapur. Aku melihat jam didinding, rupanya sudaah pukul 20.00 malam, wah sudah malam rupanya. Untung aku sedang datang bulan, kalau tidak aku sudah ketinggalan shalat magrib dan isya. "Azka makan sendiri atau mama suapin Nak? ""Malam sendiri"Anakku sudah mandiri ternyata, dia sudah mulai melakukan berbagai hal sendiri. Aku senang anakku tidak kekurangan apapun, meski dia jauh dari ayahnya. "Azka, tadi siang Ay

  • Aku menyerah Mas   mendaftarkan berkas

    " Silakan Masuk" Ujar kepala Desa setelah tamunya keluar. "Asalamualaikum" Ucapku memberi salam ketika memasuki ruangan 3x3 meter itu. "Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu? " Tanya laki laki berkumis tebal itu. "Ini Pak... saya mau minta tanda surat keterangan untuk mengurus berkas kepengadilan Agama""Ada masalah apa ya Mbak Mirna, begini saya harus tahu dulu permasalahan yang dihadapi warga baru saya bisa menanda Tangani berkasnya""Baiklah, saya mau menggugat cerai Pak. ""Apa? Benarkah? Mbak Mirna mau menggugat cerai Si Farid? "Wajah Pak kepala Desa berubah kaget, aku maklumi itu. Rumah tanggaku yang tak pernah terlihat bermasalah dimata warga kampung ini tiba tiba aku menggugat cerai. "Ada masalah dalam rumah tangga saya Pak, sudah lima tahun saya bersabar, tapi kali ini saya sudah tak sanggup lagi untuk mempertahankan rumah tangga ini, dari pada saya menderita lahir dan batin, lebih baik kami berpisah"Pak Kepala Desa masih belum puas dengan jawaban dariku, beliau sep

  • Aku menyerah Mas   gugatan cerai

    "Kau semakin hari semakin berani melawan ku Mirna, kau sudah sangat berubah, tidak seperi dulu" Tatapamnya tajam seperti hendak menerkamku. Tapi aku tidak lagi takut padanya. Aku sudah terlalu lama patuh dan menurut pada laki laki ini. Namun tidak untuk kali ini. "Aku begini juga karena ulahmu, aku sudah terlalu telah kau sakiti, aku lelah hidup dalam kekanganmu, dan kini aku tak mau lagi tunduk padamu. Aku ingin terlepas darimu" Akupun membalas kata katanya dengan sangat tajam. Raut mukanya berubah pias, mungkin saja ia tersinggung dengan ucapanmu. "Kau semakin lancang Mirna, aku tak menyangka kau yang dulu pendiam jadi seperti singa. Apa karena kau sudah bekerja, jadi kau tak patuh lagi pada suamimu? ""Kita sebentar lagi akan jadi mantan, jadi tak usah kau sebut dirimu suami ku. Bukankah saat aku keluar dari rumahmu aku bahkan tak punya uang sepeserpun? Apakah aku harus duduk diam saja dirumah sampai anakku mati kelaparan? "Mas Farid terdiam, wajahnya yang awalnya garang kini m

  • Aku menyerah Mas   Dibuntuti

    "Kamu gak usah bohongi aku lagi Mas, aku gak akan tertipu oleh kebohonganmu lagi. Aku sudah kenyang selama ini kamu bohongi, oiya aku rasa cincin itu tak usah kau kembalikan lagi, anggap saja itu sedekahku untukmu" "Apa maksud kamu berkata begitu? " Tanya Mas Farid pura pura bodoh. Aku yakin, pasti dia belum punya uang untuk membeli cincin itu, dia hanya ingin membujuk ku saja, begitu saja jurusmu dari dulu, gak pernah berubah. "Apa aku harus mengulangi kata kataku kembali, aku tidak membutuhkan cincin itu lagi. Aku menyedekahkan cincin itu untukmu, jika kamu ingin kawin lagi dengan perempuan itu, pakai saja cincin itu, sebagai Mas Kawin. Aku sudah ikhlas melepaskan mu mulai saat ini""Apa yang kamu bicarakan Mirna, perempuan yang mana? Siapa yang mau kawin lagi? ""Sudah lah Mas, tak usah mengelak. Aku sudah tahu jika kamu sudah punya wanita lain. Jadi, jika kamu ingin menikah lagi, silakan. Aku tak akan mengganggu pernikahan keduamu itu. Pakai saja cincin itu untuk Mas kawin, aku

  • Aku menyerah Mas   Gajian pertama

    Part 37 Tak terasa sebulan kini telah berlalu, akhirnya tiba masanya aku mendapatkan gajian pertama dari tempatku bekerja. Aku sudah menantikan hati ini selama sebulan, dan ketika Bos ku yang tak lain adalah temanku sendiri datang ke Toko pagi ini, aku langsung menyapa dan menghampiri nya. "pagi Da.. ""Pagi Mir, gimana kabarmu Hari ini? ""Alhamdulillah Baik Da, ""oiya Mirna.. Ini buat kamu, Maaf ya aku harus pulang terus, soalnya aku harus kerumah ibuku, ibuku minta ditemani kerumah sakit untuk cek up" Ida menyerahkan sebuah amplop putih kepadaku. "Iya Da Gak apa apa, Semoga ibu kamu lekas sembuh ya Da, dan makasih ya kamu ingat tanggal gajian aku""Pasti dong Mir, aku pasti ingat kok. aku pergi sekarang ya Mir, bye""iya Da, hati hati. Bye"Hatiku berdebar debar mendapatkan amplop ini, aku tidak tahu berapa isinya, dan aku juga tidak pernah bertanya pada Ida berapa gajiku sebulan bekerja ditoko miliknya. Setelah memberikan amplop padaku, Ida pamit pulang. Mumpung Toko masih s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status