Bab 5
Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi, mataku belum bisa terpejam.
Dalam pikiranku masih terngiang ngiang mimpi tadi.Kenapa sampai sekarang aku masih saja bermimpi hal yang sama berulang ulang, entah berapa puluh kali aku bermimpi bertemu dengan chalil. Hingga membuatku susah melupakan nya.
Aku tidak bisa terus terusan seperti ini, aku sudah bersuami. Tak boleh aku mengingat laki laki lain selain suamiku. Meskipun kehidupan rumah tangga ku tak bahagia, bukan berarti aku harus mengkhianati ikatan suci ini dengan mengingat masa lalu.
Tidak, aku tidak boleh terus begini. Aku harus melupakan dia. Aku akan berdosa jika sampai terus terusan mengingatnya.
Ku bangkitkan tubuh dari ranjang, dan berjalan menuju kamar mandi. Segera ku hidupkan kran air dan membasuh wajah. Ku ambil wudhu dan melakukan shalat malam.
Ku tunaikan shalat sunnah dua rakaat, tak lupa ku mengadu pada Rabb ku.
Ku ceritakan segala kesah ku, ku tumpahkan segala beban di hatiku, dan ku panjatkan seuntai doa :" Ya Allah, ya Rabb pemilik bumi dan seluruh isi nya. Hanya pada Mu lah aku mengadu, dan hanya pada Mu lah aku menghiba. Aku Terima takdir yang sudah Engkau garis kan untukku, aku Terima jodoh yang telah Engkau titipkan untukku. Maafkan lah hamba jika tak pandai bersyukur atas nikmat Mu.Ya Allah, Tuhan pemilik jiwa ku.
Aku berserah diri pada Mu, ikhlaskanlah aku menerima segala ujian dan cobaan hidup. Kuat kanlah aku menghadapi segala ujian, beri kanlah aku ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi kerasnya sifat suamiku.Ya Allah, buat lah aku lupa pada laki laki lain selain suamiku, jangan jadikan aku istri durhaka. Jangan jadikan aku istri yang berdosa.
Maafkanlah segala kesalahan dan dosa yang pernah hamba lakukan. Amin.. Amin ya Rabbal 'alamin "Setelah selesai ku tunaikan shalat malam, mengadu dan berkeluh kesah pada Nya.
Hatiku terasa lebih tenang. Segala gundah dihati menjadi hilang.***
Selesai melipat sajadah dan mukenah, aku kembali bergelut di dapur. Ku cuci piring kotor sisa semalam, selanjutnya Memasak nasi, dan tak lupa menggoreng telur.
Pukul 05.00 subuh, azan sudah berkumandang. Segera kutinggalkan kesibukan didapur dan bergegas masuk ke kamar.
Ku lihat suami dan anakku masih terlelap dalam tidurnya.
"Mas...? " Panggil ku pelan agar tidak membangunkan anakku.
Masih ia belum terjaga, ku guncang guncang bahunya, barulah ia membuka mata.
"Iya... "
"Bangun shalat subuh dulu"
"Iya bentar lagi" Ucapnya malas.
"Buruan mas, nanti keburu pagi."
"Sudah jam berapa? "
"Jam 05.10."
"Masih awal kok, bentar lagi mas bangun"
Kebiasaan suami ku ia susah sekali untuk bangun subuh, bermacam alasan keluar dari mulut nya.
"Mas bangun terus shalat, nanti habis shalat mas tidur lagi"
"Iya, shalat adek dulu"
"Ya sudah adek duluan shalat Subuh, mas jangan tidur dulu. Bangun"
"Iya... Iya... Shalat terus. "
.
Aku segera menunaikan shalat subuh dua rakaat, setelah selesai kembali aku masuk ke kamar dan melihat mas farid masih saja tidur dengan nyenyak nya.
"Mas.... Ayok bangun shalat subuh"
Dia sudah tertidur lagi rupanya.
Ku guncang guncang bahunya agar ia bangun.
"Mas.. Ayo bangun, adek udah selesai shalat"
"Hemm.... " Cuma itu jawabannya.
Aku jadi kesal dibuatnya, berkali kali ku bangunkan tapi tak di gubris olehnya.
Akhirnya ku ambil air lalu membasuh wajahnya.
"Au... Apaan sih kamu mirna? "
Rupanya dia marah dengan apa yang ku lakukan.
"Habis kamu gak bangun bangun mas, aku capek bangunin kamu dari jam 05.00 subuh sampe sekarang belum bangun juga. Apa kamu gak kerja? "
"Iya.. Iya bawel. "
Barulah ia bangkit dari tidurnya, lalu menuju kamar mandi.Aku harus ekstra sabar menghadapi sikap suamiku. Semakin lama semakin nampak sifat aslinya.
Dia yang dulu ku kenal sangat sabar, kini mulai sering marah marah.
Dia yang dulu sangat baik padaku, kini mulai uring uringan.
Dia yang dulu sangat dewasa dan pengertian, kini mulai tempramen dan mudah emosi.
Entahlah kejutan apalagi yang akan ditunjukkan oleh suamiku. Aku terkejut dengan sifat nya yang sekarang. Sangat jauh berbeda ketika kami belum menikah.
Part 41Dua Minggu telah berlalu, hari ini sidang kedua gugatan cerai aku dan Mas Farid akan dimulai. Aku susah bersiap siap untuk mendatangi kantor pengadilan Agama. Kali ini Ibu tidak bisa menemaniku karena ada kesibukan. Sendiri aku menghadiri sidang kedua ini, masih seperti sidang yang pertama, Mas Farid tidak hadir untuk kedua kalinya, dia benar benar menepati kata katanya. Pukul 10.00 sidang kedua ditutup, dua minggu lagi aku harus menghadirkan saksi untuk persidangan ini. Saksi yang melihat saat ijab kabul aku dengan mas Farid dulu. Siapa yang harus aku panggilan untuk menjadi saksi? Oiya, aku baru ingat, aku bisa memanggil Tanteku untuk menjadi saksi, beliaua menemaniku saat pernikahanku dulu di KUA. Hati yang ditentukan telah tiba, aku bersama tante Ratna mendatangi kantor pengadilan Agama. Sidang telah dimulai, Mas Farid masih sama, dia tidak datang untuk sidang yang ketiga ini. Tante Ratna menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Hakim dengan tenang dan santai. Be
Entah berapa lama aku tertidur, tiba tiba aku mendengar suara tangisan Azka. "Ma... Ma... " Rengekan Azka terdengar dikamar Ibu. Aku segera bangun untuk melihatnya. Ternyata Azka menangis dikamar ibu, sedangkan ibu sedang shalat. "Sayang... Sini sama mama yuk" Swgwrqa Ku gendong Azka keluar dari kamar Ibu. "Azka kenapa nangis nak? ""Mama... laper... " Ternyata anakku lapar, makanya ia menangis. Karena lelap tertidur aku sampai lupa memberi makan malam untuk Azka. "Yaudah kita makan dulu yuk" Anakku pada Azka yang berada dalam gendonganku. Aku segera mengambil nasi didapur. Aku melihat jam didinding, rupanya sudaah pukul 20.00 malam, wah sudah malam rupanya. Untung aku sedang datang bulan, kalau tidak aku sudah ketinggalan shalat magrib dan isya. "Azka makan sendiri atau mama suapin Nak? ""Malam sendiri"Anakku sudah mandiri ternyata, dia sudah mulai melakukan berbagai hal sendiri. Aku senang anakku tidak kekurangan apapun, meski dia jauh dari ayahnya. "Azka, tadi siang Ay
" Silakan Masuk" Ujar kepala Desa setelah tamunya keluar. "Asalamualaikum" Ucapku memberi salam ketika memasuki ruangan 3x3 meter itu. "Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu? " Tanya laki laki berkumis tebal itu. "Ini Pak... saya mau minta tanda surat keterangan untuk mengurus berkas kepengadilan Agama""Ada masalah apa ya Mbak Mirna, begini saya harus tahu dulu permasalahan yang dihadapi warga baru saya bisa menanda Tangani berkasnya""Baiklah, saya mau menggugat cerai Pak. ""Apa? Benarkah? Mbak Mirna mau menggugat cerai Si Farid? "Wajah Pak kepala Desa berubah kaget, aku maklumi itu. Rumah tanggaku yang tak pernah terlihat bermasalah dimata warga kampung ini tiba tiba aku menggugat cerai. "Ada masalah dalam rumah tangga saya Pak, sudah lima tahun saya bersabar, tapi kali ini saya sudah tak sanggup lagi untuk mempertahankan rumah tangga ini, dari pada saya menderita lahir dan batin, lebih baik kami berpisah"Pak Kepala Desa masih belum puas dengan jawaban dariku, beliau sep
"Kau semakin hari semakin berani melawan ku Mirna, kau sudah sangat berubah, tidak seperi dulu" Tatapamnya tajam seperti hendak menerkamku. Tapi aku tidak lagi takut padanya. Aku sudah terlalu lama patuh dan menurut pada laki laki ini. Namun tidak untuk kali ini. "Aku begini juga karena ulahmu, aku sudah terlalu telah kau sakiti, aku lelah hidup dalam kekanganmu, dan kini aku tak mau lagi tunduk padamu. Aku ingin terlepas darimu" Akupun membalas kata katanya dengan sangat tajam. Raut mukanya berubah pias, mungkin saja ia tersinggung dengan ucapanmu. "Kau semakin lancang Mirna, aku tak menyangka kau yang dulu pendiam jadi seperti singa. Apa karena kau sudah bekerja, jadi kau tak patuh lagi pada suamimu? ""Kita sebentar lagi akan jadi mantan, jadi tak usah kau sebut dirimu suami ku. Bukankah saat aku keluar dari rumahmu aku bahkan tak punya uang sepeserpun? Apakah aku harus duduk diam saja dirumah sampai anakku mati kelaparan? "Mas Farid terdiam, wajahnya yang awalnya garang kini m
"Kamu gak usah bohongi aku lagi Mas, aku gak akan tertipu oleh kebohonganmu lagi. Aku sudah kenyang selama ini kamu bohongi, oiya aku rasa cincin itu tak usah kau kembalikan lagi, anggap saja itu sedekahku untukmu" "Apa maksud kamu berkata begitu? " Tanya Mas Farid pura pura bodoh. Aku yakin, pasti dia belum punya uang untuk membeli cincin itu, dia hanya ingin membujuk ku saja, begitu saja jurusmu dari dulu, gak pernah berubah. "Apa aku harus mengulangi kata kataku kembali, aku tidak membutuhkan cincin itu lagi. Aku menyedekahkan cincin itu untukmu, jika kamu ingin kawin lagi dengan perempuan itu, pakai saja cincin itu, sebagai Mas Kawin. Aku sudah ikhlas melepaskan mu mulai saat ini""Apa yang kamu bicarakan Mirna, perempuan yang mana? Siapa yang mau kawin lagi? ""Sudah lah Mas, tak usah mengelak. Aku sudah tahu jika kamu sudah punya wanita lain. Jadi, jika kamu ingin menikah lagi, silakan. Aku tak akan mengganggu pernikahan keduamu itu. Pakai saja cincin itu untuk Mas kawin, aku
Part 37 Tak terasa sebulan kini telah berlalu, akhirnya tiba masanya aku mendapatkan gajian pertama dari tempatku bekerja. Aku sudah menantikan hati ini selama sebulan, dan ketika Bos ku yang tak lain adalah temanku sendiri datang ke Toko pagi ini, aku langsung menyapa dan menghampiri nya. "pagi Da.. ""Pagi Mir, gimana kabarmu Hari ini? ""Alhamdulillah Baik Da, ""oiya Mirna.. Ini buat kamu, Maaf ya aku harus pulang terus, soalnya aku harus kerumah ibuku, ibuku minta ditemani kerumah sakit untuk cek up" Ida menyerahkan sebuah amplop putih kepadaku. "Iya Da Gak apa apa, Semoga ibu kamu lekas sembuh ya Da, dan makasih ya kamu ingat tanggal gajian aku""Pasti dong Mir, aku pasti ingat kok. aku pergi sekarang ya Mir, bye""iya Da, hati hati. Bye"Hatiku berdebar debar mendapatkan amplop ini, aku tidak tahu berapa isinya, dan aku juga tidak pernah bertanya pada Ida berapa gajiku sebulan bekerja ditoko miliknya. Setelah memberikan amplop padaku, Ida pamit pulang. Mumpung Toko masih s