Siang hari aku merasa bosan dan memutuskan untuk menelpon Zayn.
"Halo sayang, kamu lagi sibuk?" Sapaku di telpon.
" Nggak, ada apa?" Tanyanya dengan singkat.
"Aku jenuh sayang. Mas, nanti pulang bawain aku pizza ya, tiba-tiba aku pengen banget pizza." Pintaku pada Zayn.
"Ya, nanti aku bawain." Jawab Zayn.
"Tapi aku mau nya sekarang." Pintaku
"Tapi akan aku masih kerja, atau aku pesankan saja nanti biar kurir yang kirim kesana." Jelasnya
"Ya udah deh, nggak usah kalau mas nggak bisa. Aku nggak maksa." Ucapku seraya menutup panggilan telefon.
"Ya sudah deh, aku lebih baik tidur saja." Aku pun menutup badanku dengan selimut.
Saat aku hendak tertidur, tiba-tiba ada suara ketukan pintu.
Tok...tok..tok
Aku pun langsung membuka pintu.
"Kamu, lagi ngapain?aku ketuk-ketuk pintu dari tadi." Ucap Zayn.
"Aku ketiduran, abis jenuh mau ngapain." Jawabku dengan singkat.
"Bukannya tadi mas bilang nggak bisa kesini." Ucapku
"Nggak, kata siapa aku sibuk. Ini pizza nya. Bukannya kamu mau makan pizza." Tawar nya seraya menyodorkan pizza pesanan ku tadi.
"Pizza? Emang kapan aku minta?" Tanyaku
"Bukannya tadi kamu nelpon minta dibeliin pizza?" Ucapnya.
"Oh ya, aku tadi memang minta pizza, tapi sekarang udah nggak mau, sekarang aku maunya ice cream." Ucapku sambil tersenyum kecil.
"Terus pizza ini?" Tanyanya
"Pizza ini mas yang makan saja. Aku ingin mas yang habiskan pizza ini depan aku, ya kan sayang." Pintaku
"Apa?jadi kamu ngerjain aku ya? Aku udah nyempetin beliin ini, tapi malah nggak di terima pizza nya." Ucapnya sambil cetus.
Tiba-tiba air mata menetes di pipi ku. Entah kenapa, hatiku jadi begitu sensitif.
"Kenapa kamu nangis, ada yang sakit?" Ucapnya dengan rasa khawatir.
"Gapapa, kok aku merasa sakit hati ya, saat mas ngomong keras gitu." Jawabku sambil mengusap air mataku
"Aku nggak ngomong keras, emang sih, aku rada kesel tapi aku nggak marahin kamu kok?" Ucapnya sambil merasa bersalah.
"Ya sudah, maaf tadi aku agak keras ngomong nya. Jadi mau beli ice cream nya?" Tanyanya.
"Jadi, aku mau makan ice cream nya tapi di taman bermain." Pintaku dengan nada manja.
"Ya sudah, ayo ganti baju sana, kita ke taman." Ucapnya
"Aku udah siap." Ucapku seraya berdiri di depan nya.
"Kamu nggak akan ganti baju?" Tanyanya
"Emang kenapa dengan baju ini?" Tanyaku
"Ya gapapa sih, ya udah ayo." Ajaknya.
Kami pun pergi ke minimarket untuk membeli ice cream dan langsung menuju taman bermain sesuai yang aku inginkan.
"Mas, emang mas nggak akan ke kantor lagi?" Tanyaku
"Ya mau, sebentar lagi. Kalau sudah nganterin kamu pulang." Jawabnya sambil makan ice cream.
"Mas, aku boleh nggak ikut ke kantor, aku jenuh diam terus di kamar, boleh kan ya?" Pintaku sambil memohon pada Zayn.
"Ya boleh, tapi janji jangan ganggu aku kerja, trus nanti disana kamu duduk saja." Perintah Zayn.
"Oke." Jawabku seraya tangan ku menyimbolkan ok.
Kami pun berangkat ke kantor Zayn.
Saat kami masuk ruangan Zayn, alangkah kagetnya karena ada Theresia yang sedang dalam ruangan Zayn.
"Kamu? Sedang apa di ruangan saya? Saya kan sudah bilang jangan pernah ada yang masuk ruangan saya tanpa izin saya. Kenapa kamu ada di ruangan saya?" Tanya Zayn dengan nada marah pada Theresia.
"A..anu pak, tadi saya…" jawab Theresia yang tengah gugup, Zayn langsung membuka laptop nya dan memeriksa cctv.
Alangkah kagetnya Zayn. Saat dia melihat cctv.
"Oh, jadi selama ini yang membocorkan info tentang perusahaan saya itu kamu. Kamu ngapain buka-buka laptop dan apa yang sedang kamu cari?" Tanya Zayn dengan nada marah dan kesal.
Lalu Zayn menelpon sekuriti dan polisi untuk memeriksa Theresia.
"Sekuriti, masuk keruangan saya sekarang!!" Perintah Zayn.
Aku hanya diam melihat semua kejadian yang terjadi di kantor. Dan aku tak sengaja melihat bagian belakang tubuh Theresia.
Lalu aku dengan sigap memeriksa Theresia, dan aku kaget ternyata Theresia menyimpan foto Zayn.
"Apa ini? Apa yang akan kamu lakukan dengan foto suami saya?" Tanyaku dengan nada kesal.
Saat aku memeriksa Theresia dan aku menemukan foto Zayn yang di sembunyikan di belakang tubuhnya."Apa yang akan kamu lakukan dengan foto suami saya?" Tanyaku dengan nada tinggi.Aku kesal sekali bisa-bisanya dia menyimpan foto Zayn."Ayo jawab!!!""Kenapa kamu diam?""Jangan pernah berpikir untuk macam-macam dengan suami saya, karena saya tak akan tinggal diam.""Sekarang kamu jawab, kenapa kamu mencuri foto suami saya, dan apa yang kamu lakukan di ruangan suami saya." Ucapku dengan nada tinggi dan marah.Entah kenapa, emosiku bisa tak terkontrol seperti ini, apa mungkin bawaan karena aku sedang hamil.Theresia pun mencoba kabur dengan mendorongku agar tak menghalanginya.Bruk!!!"Rania, kamu tidak apa-apa?" Tanya Zayn yang khawatir akan keadaanku.&n
Setelah beberapa saat kemudian mas Zayn beres mandi dan melihat ku yang tengah melamun."Hey, ngelamunin apa?""Nggak baik loh, ngelamun apa lagi ini udah malam gini, ayo makan udah makan kita tidur." Ucapnya sambil menyodorkan makanan padaku." Ya, mas." Jawabku sambil makan makanan yang disiapkannya.Kami pun makan bersama. Setelah selesai."Ini minum vitamin nya." Ucap Mas Zayn sambil menyodorkan aku vitamin dan segelas air putih."Terimakasih ya mas, udah perhatian sekali sama aku." Ucapku sambil memeluk tangan mas Zayn."Ya aku kan, emang harus semestinya seperti ini, selama aku bisa." Jawabnya seraya mengelus rambutku."Nak lihat ayahmu baik kan, kamu nanti harus baik juga kayak ayah kamu sekarang ya, jangan kaya sifat ayahmu dulu yang dingin kaya es batu." Ucapku seraya mengelus perutku."O
Saat diperjalanan menuju ke kantor."Nanti kalau kamu capek bilang ya, jangan biarin badan kamu kecapean. Kasian nanti anak kita. Kamu nggak mau kan terjadi apa-apa dengan anak kita kalau kamu kecapean." Jelas Zayn padaku.Aku pun mengangguk seraya tersenyum."Sebelum ke kantor kamu mau mampir dulu nggak kemana gitu atau mau cari makanan buat ngemil di kantor. Biasanya kan ibu hamil bawaannya lapar terus." Tanya Zayn seraya fokus mengemudi."Emang boleh gitu, kerja sambil makan? Bukannya dulu kamu suka marah kalau liat pegawai yang santai-santai." Tanyaku seraya menoleh ke arahnya."Memang nggak boleh, tapi kamu kan bukan pegawai ku, kamu istriku yang membantu suaminya. Lagian aku nggak mau kalau sampai anakku kelaparan di dalam perut kamu." Jawabnya seraya mengelus perutku dengan tangan kirinya karena tangan kanannya memegang kemudi."Oh, jadi Mas cuma perha
Setelah mendapat pesan dari Anita aku pun pergi ke ruangan kerja Zayn.Tok...tok...tok…"Masuk!" Perintah Zayn."Bapak memanggil saya?" Tanyaku."Iya, masuk!" Perintah Zayn, aku pun langsung masuk ke ruangan."Kamu kenapa? Tadi kata Anita, kamu buru-buru gitu ke toilet?" Tanya Zayn."Gapapa, cuma tadi tiba-tiba mual gitu." Jawabku dengan santai."Apa? Apa kamu sakit perut, atau kamu salah makan? Tadi kamu makan apa aja? Tunggu-tunggu kamu nggak makan sembarangan kan?" Tanya Zayn yang tanpa henti bertanya terus menerus."Maaf, bisa tanyanya pelan-pelan nggak?""Mas, tenang aja. Aku nggak apa-apa, ini normal kok bagi wanita yang sedang hamil muda, terus aku kan tadi makan nya bareng sama mas dan ayah ibu, kita kan makan sama-sama dan makanan nya pun sama kaya yang mas makan."
Pov ZaynSaat Rania keluar dari ruangan ku tiba-tiba ada telpon dari kantor polisi.Kring ...kring...kring…"Ya halo." Sapa ku"Pak, saya dari kantor polisi, ingin memberikan informasi tentang kasus yang terjadi kemarin di kantor bapak. Apakah bapak bisa ke kantor polisi sekarang?" Tanya polisi."Baik pak, saya segera kesana." Jawabku.Aku langsung pergi ke kantor polisi dan aku sengaja tak memberitahu Rania, aku takut dia khawatir dan kepikiran kejadian kemarin.Aku pergi tanpa menoleh ke arahnya. Saat aku sedang di dalam mobil tiba-tiba ada pesan masuk dan aku yakin itu dari Rania.Aku sengaja tak membuka pesan itu. Aku pikir aku akan menjelaskan nya langsung.Saat aku sampai di kantor polisi. Ternyata ada berita yang mengejutkan."Selamat siang pak Zayn."
POV RaniaAku segera menyiapkan bahan-bahan untuk meeting hari ini."Oke, aku baca dulu berkasnya, lalu aku salin dan rumuskan untuk bahan meeting sekarang." Ucapku sambil membaca berkas yang diberikan Zayn tadi.Saat aku membuka berkasnya, lalu tiba-tiba ada halaman berkas yang terjatuh."Kok, ini terlepas ya, oke aku coba baca yang ini dan isinya…" mataku terbelalak saat melihat isi dari selembar berkas itu."Apa ini maksudnya? Ini…" tanyaku dengan heran saat melihatnya.Aku pun langsung bergegas ke ruangan Zayn untuk memberikan selembar berkas yang terjatuh tadi."Mas, coba liat ini? Mas mengerti berkas apa ini?" Tanyaku pada Zayn, seraya memberikan selembar kertas itu."Ini… kamu dapat dari mana?" Tanya Zayn."Aku tadi lagi memeriksa dan membaca berkas-berkas yang ma
POV Zayn.Aku benar-benar tak terima saat lelaki itu memandang Rania, ingin rasanya aku tampar dia, namun aku menahannya.Saat selesai meeting.Lelaki itu malah bikin emosi ku memuncak saat dia mengatakan ingin memperkerjakan istriku, dan berlaku tak sopan karena berani menyentuh pipi istriku di depanku, padahal dia sudah tau, kalau dia itu istriku.Lalu aku pun mengejarnya dan langsung mendaratkan pukulan ku ke wajahnya."Jangan pernah menyentuh istri saya, dari tadi saya sudah berusaha memendam emosi saya, namun perilaku anda membuat kemarahan saya semakin memuncak." Ucapnya dengan mata merah karena marah.Klien itu tersenyum sinis, seraya mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya, karena mendapat pukulan dariku."Aku akan ingat selalu perlakuan ini Zayn, dan aku akan memastikan kamu akan membayar semua ini." Ancam klien itu, karen
POV RaniaByurrr…(air disiramkan padaku)Aku mulai membuka mataku dan tersadar. Lalu aku kaget dengan keadaan tubuhku terikat tali yang kencang."Aku dimana? Siapa kalian? Kenapa kalian culik aku? Apa aku mengenal kalian?" Tanya ku pada mereka yang di hadapan ku."Lepaskan aku, aku sama sekali tidak mengenal kalian, lepaskan aku!!!" Teriakku pada mereka yang menculikku."Selamat datang, nona Rania Irtiza atau saya panggil nona Rania Adam Zayn Irtiza." Suara seseorang yang jauh dari pandangan dan ia pun mulai mendekati ku."Kamu?" Ucapku dengan rasa kaget setelah melihat siapa yang dihadapan ku."Apa kamu masih mengingat saya?" Ucap Theresia."Bukannya kamu di penjara? Kenapa bisa kamu terlepas?" Tanyaku seraya terus berusaha melepaskan tali yang mengikatku."Itu bukan urusan anda. Apa