Setelah Zayn mengurus administrasi, kami langsung pulang ke rumah.
Disana ayah dan ibu sudah khawatir karena kita terlambat pulang.
"Kalian dari mana saja, oulang terlambat, tapi nggak mengabari kami disini." Tanya Ibunya Zayn
"Bu, tenang saja, menantumu kan pergi dengan suaminya, kenapa khawatir sih." Ucap Ayah mertua.
Zayn langsung memeluk ibunya, seraya menangis bahagia.
"Bu, selamat ya. Ibu sebentar lagi akan jadi nenek." Ucap Zayn sambil memeluk ibunya dengan bahagia.
"Apa? Jadi menantuku…" Ucap ibunya Zayn sambil menuju ke arahku.
"Selamat ya sayang, akhirnya doa-doa kita terkabul." Ucapnya sambil memelukku seraya mencium kening ku.
Betapa bahagianya mereka setelah mendengar kabar gembira ini. Begitupun aku sendiri. Aku masih tak percaya kalau aku sekarang tengah hamil.
"Sekarang, kamu istirahat ya, langsung tidur. Zayn, jaga istri mu baik-baik." Pesan ibunya Zayn.
Zayn pun mengantarkan ku ke kamar seraya menuntun ku.
Setelah sampai di kamar.
"Sekarang kamu tidur ya, kalau butuh apa-apa bilang saja, aku mandi dulu ya." Ucapnya sambil menyuruhku tidur dan menyelimuti tubuh ku.
Tok...tok..tok..
Aku pun bangkit dari tempat tidur dan membukakan pintu.
"Ibu." Sapaku.
"Ini ibu bawakan makanan, pasti kamu belum makan malam kan, kamu makan disini saja. Jangan dulu turun." Pesan ibu mertuaku.
"Oh ya mana Zayn?" Tanya Ibunya
"Mas Zayn sedang di kamar mandi bu." Jawabku.
" Oh ya sudah, ibu turun dulu ya, mau menyiapkan makanan untuk ayah mertua mu.
"Selamat malam Sayang." Pamit ibu seraya mencium keningku.
"Siapa sayang?" Tanya Zayn.
"Oh, ini ibu mengantarkan makanan untuk kita makan sama-sama. Kata ibu aku nggak boleh turun dulu, jadi makan disini saja.'' jelasku pada Zayn.
" Oh ya, ayok sini kita makan. Mau aku suapin." Ucapnya seraya mangajakku duduk di sebelahmya.
" Nggak usah, aku masih bisa makan sendiri kok." Jawabku sambil duduk disampingnya.
Kami pun makan bersama di kamar. Setelah selesai makan kami pun bergegas tidur.
"Ini minumlah." Perintah Zayn sambil menyodorkan vitamin untukku, dan aku langsung meminum vitamin yang diberikan Zayn.
"Sekarang kita tidur ya, sini aku peluk tidurnya." Ajaknya tidur.
Kami pun tertidur, aku pun tidur dengan kepala dialaskan tangan nya.
Pagi harinya seperti biasa aku selalu bangun awal untuk menyiapkan sarapan.
Dan saat aku menuju dapur. Ibu sudah ada di dapur dan tengah memasak.
"Nak, kamu kok udah bangun. Mau ngapain sayang." Tanya Ibu mertuaku.
"Ya, aku mau masak Bu, buat sarapan, kan biasanya aku masak jam segini untuk siapin sarapan." Jawabku
"Udah, mulai sekarang biar ibu saja yang masak, kamu duduk saja disini." Perintah Ibu mertuaku.
"Tapi, Bu?" Ucapku
"Tidak ada tapi-tapi, sekarang kamu duduk disini, kamu nggak ingat apa kata dokter kemarin, kamu harus banyak istirahat di usia kandungan sekarang." Jelas Ibu mertuaku.
Dan akupun tak punya pilihan lain selain menurut pada ibu.
"Baiklah Bu, tapi izinkan aku untuk membantu ibu, apa saja." Ucapku dengan memohon pada ibu.
"Baiklah kalau kamu memaksa, kamu potong sayuran saja ya." Pinta Ibu mertuaku.
Aku pun langsung memotong sayuran yang di suruh ibu. Setelah itu aku memotong buah untuk sarapan.
"Bu, aku sudah selesai, aku siapkan semuanya di meja makan ya Bu." Ucapku.
"Ya, tapi jangan bawa yang berat-berat ya, cukup bawa yang ringan saja." Perintah Ibu mertuaku.
Aku pun menyiapkan makanan di meja makan.
"Loh, kok kamu udah disini saja, kenapa nggak diam di kamar, aku cari-cari ternyata disini." Ucap Zayn.
"Kan aku sudah bilang, kamu jangan kecapean, kenapa masih bekerja kaya gini." Ucapnya dengan nada yang serius.
"Aku nggak capek kok, aku dari tadi nggak ngapa-ngapain, aku cuma nemenin ibu saja, orang dari tadi ibu melarang ku untuk bekerja." Jelasku pada Zayn.
"Ya, kan Bu?" Tanyaku pada ibu.
"Ya sayang. Kamu tenang saja." Jelasnya pada Zayn.
Kami pun sarapan bersama.
"Aku pergi dulu ya, oh ya nanti kamu nggak usah nganterin aku makanan. Kamu istirahat saja di kamar." Perintah Zayn.
" Iya aku mau diam saja di kamar, demi anak kita kan." Ucapku agar Zayn tenang.
Zayn pun pergi ke kantor. Setelah Zayn pergi, aku pun langsung menuju dapur.
"Kamu mau ngapain, udah sana ke kamar istirahat." Pinta Ibu mertuaku.
"Iya Bu, aku ke kamar dulu." Ucapku dengan murung.
Perlahan aku menuju kamar.
"Sampai kapan aku terus diam dikamar jaya gini, tanpa melakukan apa-apa."
" Nggak mungkin kan aku harus diam terus selama aku hamil." Gerutu ku.
"Mas, sudah sampai apa belum ya."
"Kalau aku telepon bakal ganggu nggak ya." Tanyaku pada diri sendiri.
Siang hari aku merasa bosan dan memutuskan untuk menelpon Zayn."Halo sayang, kamu lagi sibuk?" Sapaku di telpon." Nggak, ada apa?" Tanyanya dengan singkat."Aku jenuh sayang. Mas, nanti pulang bawain aku pizza ya, tiba-tiba aku pengen banget pizza." Pintaku pada Zayn."Ya, nanti aku bawain." Jawab Zayn."Tapi aku mau nya sekarang." Pintaku"Tapi akan aku masih kerja, atau aku pesankan saja nanti biar kurir yang kirim kesana." Jelasnya"Ya udah deh, nggak usah kalau mas nggak bisa. Aku nggak maksa." Ucapku seraya menutup panggilan telefon."Ya sudah deh, aku lebih baik tidur saja." Aku pun menutup badanku dengan selimut.Saat aku hendak tertidur, tiba-tiba ada suara ketukan pintu.Tok...tok..tokAku pun langsung membuka pintu."
Saat aku memeriksa Theresia dan aku menemukan foto Zayn yang di sembunyikan di belakang tubuhnya."Apa yang akan kamu lakukan dengan foto suami saya?" Tanyaku dengan nada tinggi.Aku kesal sekali bisa-bisanya dia menyimpan foto Zayn."Ayo jawab!!!""Kenapa kamu diam?""Jangan pernah berpikir untuk macam-macam dengan suami saya, karena saya tak akan tinggal diam.""Sekarang kamu jawab, kenapa kamu mencuri foto suami saya, dan apa yang kamu lakukan di ruangan suami saya." Ucapku dengan nada tinggi dan marah.Entah kenapa, emosiku bisa tak terkontrol seperti ini, apa mungkin bawaan karena aku sedang hamil.Theresia pun mencoba kabur dengan mendorongku agar tak menghalanginya.Bruk!!!"Rania, kamu tidak apa-apa?" Tanya Zayn yang khawatir akan keadaanku.&n
Setelah beberapa saat kemudian mas Zayn beres mandi dan melihat ku yang tengah melamun."Hey, ngelamunin apa?""Nggak baik loh, ngelamun apa lagi ini udah malam gini, ayo makan udah makan kita tidur." Ucapnya sambil menyodorkan makanan padaku." Ya, mas." Jawabku sambil makan makanan yang disiapkannya.Kami pun makan bersama. Setelah selesai."Ini minum vitamin nya." Ucap Mas Zayn sambil menyodorkan aku vitamin dan segelas air putih."Terimakasih ya mas, udah perhatian sekali sama aku." Ucapku sambil memeluk tangan mas Zayn."Ya aku kan, emang harus semestinya seperti ini, selama aku bisa." Jawabnya seraya mengelus rambutku."Nak lihat ayahmu baik kan, kamu nanti harus baik juga kayak ayah kamu sekarang ya, jangan kaya sifat ayahmu dulu yang dingin kaya es batu." Ucapku seraya mengelus perutku."O
Saat diperjalanan menuju ke kantor."Nanti kalau kamu capek bilang ya, jangan biarin badan kamu kecapean. Kasian nanti anak kita. Kamu nggak mau kan terjadi apa-apa dengan anak kita kalau kamu kecapean." Jelas Zayn padaku.Aku pun mengangguk seraya tersenyum."Sebelum ke kantor kamu mau mampir dulu nggak kemana gitu atau mau cari makanan buat ngemil di kantor. Biasanya kan ibu hamil bawaannya lapar terus." Tanya Zayn seraya fokus mengemudi."Emang boleh gitu, kerja sambil makan? Bukannya dulu kamu suka marah kalau liat pegawai yang santai-santai." Tanyaku seraya menoleh ke arahnya."Memang nggak boleh, tapi kamu kan bukan pegawai ku, kamu istriku yang membantu suaminya. Lagian aku nggak mau kalau sampai anakku kelaparan di dalam perut kamu." Jawabnya seraya mengelus perutku dengan tangan kirinya karena tangan kanannya memegang kemudi."Oh, jadi Mas cuma perha
Setelah mendapat pesan dari Anita aku pun pergi ke ruangan kerja Zayn.Tok...tok...tok…"Masuk!" Perintah Zayn."Bapak memanggil saya?" Tanyaku."Iya, masuk!" Perintah Zayn, aku pun langsung masuk ke ruangan."Kamu kenapa? Tadi kata Anita, kamu buru-buru gitu ke toilet?" Tanya Zayn."Gapapa, cuma tadi tiba-tiba mual gitu." Jawabku dengan santai."Apa? Apa kamu sakit perut, atau kamu salah makan? Tadi kamu makan apa aja? Tunggu-tunggu kamu nggak makan sembarangan kan?" Tanya Zayn yang tanpa henti bertanya terus menerus."Maaf, bisa tanyanya pelan-pelan nggak?""Mas, tenang aja. Aku nggak apa-apa, ini normal kok bagi wanita yang sedang hamil muda, terus aku kan tadi makan nya bareng sama mas dan ayah ibu, kita kan makan sama-sama dan makanan nya pun sama kaya yang mas makan."
Pov ZaynSaat Rania keluar dari ruangan ku tiba-tiba ada telpon dari kantor polisi.Kring ...kring...kring…"Ya halo." Sapa ku"Pak, saya dari kantor polisi, ingin memberikan informasi tentang kasus yang terjadi kemarin di kantor bapak. Apakah bapak bisa ke kantor polisi sekarang?" Tanya polisi."Baik pak, saya segera kesana." Jawabku.Aku langsung pergi ke kantor polisi dan aku sengaja tak memberitahu Rania, aku takut dia khawatir dan kepikiran kejadian kemarin.Aku pergi tanpa menoleh ke arahnya. Saat aku sedang di dalam mobil tiba-tiba ada pesan masuk dan aku yakin itu dari Rania.Aku sengaja tak membuka pesan itu. Aku pikir aku akan menjelaskan nya langsung.Saat aku sampai di kantor polisi. Ternyata ada berita yang mengejutkan."Selamat siang pak Zayn."
POV RaniaAku segera menyiapkan bahan-bahan untuk meeting hari ini."Oke, aku baca dulu berkasnya, lalu aku salin dan rumuskan untuk bahan meeting sekarang." Ucapku sambil membaca berkas yang diberikan Zayn tadi.Saat aku membuka berkasnya, lalu tiba-tiba ada halaman berkas yang terjatuh."Kok, ini terlepas ya, oke aku coba baca yang ini dan isinya…" mataku terbelalak saat melihat isi dari selembar berkas itu."Apa ini maksudnya? Ini…" tanyaku dengan heran saat melihatnya.Aku pun langsung bergegas ke ruangan Zayn untuk memberikan selembar berkas yang terjatuh tadi."Mas, coba liat ini? Mas mengerti berkas apa ini?" Tanyaku pada Zayn, seraya memberikan selembar kertas itu."Ini… kamu dapat dari mana?" Tanya Zayn."Aku tadi lagi memeriksa dan membaca berkas-berkas yang ma
POV Zayn.Aku benar-benar tak terima saat lelaki itu memandang Rania, ingin rasanya aku tampar dia, namun aku menahannya.Saat selesai meeting.Lelaki itu malah bikin emosi ku memuncak saat dia mengatakan ingin memperkerjakan istriku, dan berlaku tak sopan karena berani menyentuh pipi istriku di depanku, padahal dia sudah tau, kalau dia itu istriku.Lalu aku pun mengejarnya dan langsung mendaratkan pukulan ku ke wajahnya."Jangan pernah menyentuh istri saya, dari tadi saya sudah berusaha memendam emosi saya, namun perilaku anda membuat kemarahan saya semakin memuncak." Ucapnya dengan mata merah karena marah.Klien itu tersenyum sinis, seraya mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya, karena mendapat pukulan dariku."Aku akan ingat selalu perlakuan ini Zayn, dan aku akan memastikan kamu akan membayar semua ini." Ancam klien itu, karen