Home / Fantasi / Alam Murni Sang Kultivator / Jiwa Di Dalam Kehampaan Yang Pasrah

Share

Jiwa Di Dalam Kehampaan Yang Pasrah

Author: Azure Luster
last update Last Updated: 2023-08-22 19:49:11

Memulai kehidupan baru katanya, itu maksud yang sama sekali tidak dimengerti Zeion. Mereka hanya berjalan dari kediaman Edmon tanpa tujuan yang jelas, setidaknya untuk Zeion sendiri.

Ini terlalu berat untuk anak berumur 10 tahu berjalan tanpa berhenti sejauh ribuan meter, mereka sama sekali belum berhenti. Hanya malam yang kebetulan menjadi waktu yang singkat untuk istirahat.

Tiba di sebuah kota, tampak orang-orang di sana ramai, namun ada juga yang melihat Zeion dengan heran. Bagaimana tidak heran, pakaian yang digunakan Zeion masih sangat lusuh, ini tidak berbeda dari seorang budak yang biasa dijual.

Budak hanya makhluk rendahan yang tidak punya arti, di dunia ini mereka diperlakukan kasar dan tidak punya harga diri.

Pria berhidung mancung ini melirik ke arah Zeion yang matanya terlihat lelah. “Hm... apa kau lapar?”

Zeion melirik, dia begitu waspada untuk memberikan jawaban.

Gruu...

Tapi, perutnya yang mengambil satu jawaban, yaitu kepastian kalau Zeion sedang lapar.

Tertawa kecil dia melihat sikap bocah ini yang dirasanya sangat menggelitik, tidak beberapa lama, mereka menemukan sebuah kedai makanan yang terdapat di pinggir jalan.

Beberapa makanan terhidang di depan mata, benda bulat yang ditusuk di satu kayu tipis, lumuran benda berwarna cokelat ini menambah rasa nikmat.

Lahap Zeion memakannya, di sini bisa disimpulkan oleh pria itu kalau Zeion tidak mendapatkan makanan yang layak. Hampir dirinya melihat orang gila yang belum makan selama 1 tahun.

Dia bersedekap sembari memajang senyuman, memperhatikan terus menerus Zeion. Sama sekali makanan yang dipesannya belum disentuh. Dan, mata Zeion tertuju kepada makanan itu, padahal dia sudah menghabiskan banyak makanan.

Matanya begitu fokus seperti pemburu yang mengincar mangsa.

“Apa kau mau makanan ini?” tanya pria tersebut.

Zeion sontak mengarahkan pandangan matanya lalu bertanya, “Apa boleh aku memakannya?”

“Tentu saja, kau boleh memakan makanan ini! Aku juga tidak terlalu lapar, jadi aku rasa makanan ini akan jauh lebih baik jika diberikan kepadamu!”

Piring yang di atasnya ada makanan disodorkan secara ramah, tanpa banyak membuang waktu lagi, Zeion memakan makanan itu dengan lahapnya.

Entah kenapa dia merasa senang melihat bocah ini makan dengan lahapnya, meski itu terkesan menjijikkan, namun ada kebahagiaan tersendiri.

Setelah menghabiskan makanan, wajah Zeion tampak tidak senang. Dia menunduk dengan bibir yang menurun, raut wajah yang penuh dengan keputusasaan.

“Kenapa? Apa makanan tadi tidak enak?”

Bergegas kepala Zeion menggeleng, dia tidak ingin membuat pria itu menganggapnya tidak tahu terima kasih. “Bukan, tapi kenapa Anda baik kepadaku? Aku bahkan sudah tidak diinginkan lagi oleh orang tuaku!”

Dagunya langsung dielus-elus secara lembut, pertanyaan yang cukup ambigu. Dia ingin sekali membahas topik lain, namun suasananya tidak menentu, di sini terlalu banyak hal yang tidak dapat diungkapkan.

“Aku bukan baik kepadamu!” jawabnya secara instan menyebabkan Zeion menjadi bingung.

“Lalu kenapa?”

“Bisa dibilang kalau aku di sini hanya menjalankan tugas saja! Apa kau tahu kalau dirimu sebenarnya sudah dijual oleh keluargamu sendiri!”

Napas Zeion menjadi sesak, jantungnya berdetak tidak menentu. Tidak paham dia kenapa hal ini harus terjadi, sebegitu teganya kedua orang tuanya melakukan hal ini.

“Mereka menganggap kalau kau ini sebagai anak pembawa malapetaka, dan di sini kau harus memahami bahwa dirimu sudah tidak punya lagi wewenang untuk bebas! Kau sama seperti budak untuk beberapa orang, namun beruntung kalau yang membeli dirimu bukanlah orang jahat! Dia adalah tuanku, dan dia pasti akan memperlakukan dirimu sebagai alat yang berguna...”

Itu terdengar kejam, namun entah kenapa Zeion merasa bersyukur untuk tahu akan ada orang yang mau menerima keberadaannya sebagai makhluk hidup, meski itu hanya sekedar alat saja.

Zeion terdiam, wajahnya hanya menunduk dengan aura penuh rasa kecewa. Pria itu terus memperhatikan ekspresi bocah ini, ingin tahu bagaimana sikap bocah yang menyadari kenyataan kalau di dunia ini kejam.

“Begitu ya, aku menjadi paham! Ternyata diriku ini hanya sebagai alat saja!”

“Ya, maka dari itu, aku ingin kau berguna! Jangan buat tuanku nanti kecewa...” Pria ini pun menutup percakapan dengan seringai.

Setelah membayar makanan, mereka melanjutkan perjalanan ini. 

Wilayah yang dilalui kali ini berbeda dari sebelumnya, mereka telah tiba di sebuah lembah yang penuh dengan kabut yang menutup jalan. Hanya langkah kaki yang terdengar di keheningan, menyeramkan, namun pria di depan Zeion tidak terlihat panik.

Kaki mereka terus menyusuri jalan yang semakin pudar, perlahan ketukan langkah kaki mereka terhenti.

Zeion lebih tepatnya hanya meniru apa yang ada di depan matanya, ketika pria itu berhenti, tentu dia berhenti.

Tapi, terlalu mendadak hingga dia bertanya-tanya kenapa ini dilakukan, mata pria itu masih tetap lurus hingga Zeion penasaran dan menampakkan wajahnya dari balik tubuhnya.

Ternyata di depan mereka berdiri seseorang dengan pakaian yang dibalut kain hingga hanya memunculkan kedua bola matanya, pakaian yang mirip seperti ninja, namun dengan tubuh besar.

“Siapa kau ini?” tanya pria berhidung mancung.

“Hehehehe... aku lihat kalau kalian berdua ini sangat berani melewati wilayah ini!”

“Ya, memangnya kenapa? Di sini tidak ada hewan buas dan monster jahat, kenapa ada makhluk aneh seperti dirimu yang mendadak muncul?” Dia bertanya, tapi nadanya terdengar mengejek.

“Mereka tidak muncul karena keberadaanku, di sini mereka semua takut kalau aku bunuh!”

“Hooh... terdengar menarik, aku pikir di sini saatnya waktu yang pas!”

Maksud dari ucapannya membingungkan atmosfer, keheningan membawa ke dalam senyapnya suasanya.

“Apa yang kau katakan itu tadi?” tanya pria berbadan besar dengan lantangnya.

“Ya, maksudku di sini kau harus menghadapi dia!” Tangannya membentang di hadapan bocah 10 tahun yang bingung dengan ini.

Zeion merinding ketika dirinya yang harus menjadi tokoh utama dalam peristiwa ini.

“Kau bilang bocah ini akan menjadi lawanku? Haahahaha...” Melengking suaranya, dia tertawa dengan puas hingga kabut di sana mulai bergerak menjauh.

“Jangan remehkan dia!” timpal pria itu yang menyelinginya dengan senyuman dingin. “Kau sendiri mungkin akan dengan mudah binasa! Zeion, kau harus kalahkan pria ini! Buat dia menyadari kalau meremehkan dirimu adalah malapetaka...”

Setelah berkata, pria itu mulai menjaga jarak, membiarkan Zeion dan sosok misterius ini bertarung.

Tapi, itu mungkin kesalahan yang haru Zeion terima, dia hanya bocah bodoh yang tidak paham apa yang sebenarnya terjadi di sini, kaki dan tangannya tidak berhenti bergetar.

Menghadapi pria normal saja mungkin dia tidak akan menang, apalagi menghadapi sosok dengan tubuh sebesar ini, tubuh seperti gorila yang hidup.

“Bagaimana ini? Apa aku bisa menang menghadapinya?” tanya Zeion dalam hatinya.

“Bocah, kau akan aku bunuh...” Pria berbadan besar ini mendadak melepaskan serangannya, dari balik punggungnya sebilah pedang raksasa muncul. Dan, mempersempit jarak dengan gerakan yang kemudian siap untuk menebas tubuh Zeion.

“Aku akan mati...”

__To Be Continued__

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alam Murni Sang Kultivator   Sebuah Tantangan Yang Muncul

    Keduanya langsung beradu kekuatan, tapi tempo seperti ini sudah terjadi, semua tidak akan bertahan lama.Dan, benar saja, hanya beberapa detik saja sudah mampu membuat gadis tersebut terhempas.“Hahahaha... lemah sekali, jadi hanya seperti ini kekuatan dari seorang kesatria pengawal? Kau pantasnya menjadi penghibur untuk para lelaki...”Dia menyesal untuk mendengar kata-kata kotor ini, tapi mau bagaimana pun dia tetap harus mengakui kalau kekuatan dari orang tersebut jauh dari kemampuannya saat ini.“Kuat sekali, apa yang harus aku lakukan untuk dapat mengalahkannya! Kalau seperti ini..”“Tidak...”“Tuan Putri...”Teriakan itu menyebabkan kegaduhan semakin meningkat, seorang putri berambut hitam dengan pakaian biru terang telah dipaksa keluar.“Lepaskan aku...” gumamnya yang tubuhnya terus meronta-ronta.Hal seperti itu tidak akan menaruh rasa simpati terhadap orang-orang tersebut, mereka hanya menertawakan tidak berdayanya gadis tersebut.“Bajingan, kalian pasti akan menyesal telah m

  • Alam Murni Sang Kultivator   Tidak Perlu Bertanya-tanya kau

    Mau tidak mau dia tetap harus menerima kantung itu, terlebih lagi ini sebagai tanda terima kasih para penduduk telah dilindungi dari para serigala itu.Entah kenapa hatinya merasa ringan setelah pergi dari desa itu, bukan penyesalan yang seharusnya singgah di dalam tubuhnya.“Aku tidak tahu, tapi tampaknya memang sudah seharusnya seperti ini...”Walau sebenarnya dia tidak begitu sepenuhnya berhasil melindungi orang-orang, namun dia tetap akan menganggap ini sebagai pengalaman berharga.Berkat uang yang didapatnya, perjalanan ini tidak lagi dia harus merasa kelaparan ketika menemukan desa.Ini perjalanan hari kelima, arah yang telah ditujunya tidak dapat diketahuinya benar atau salah.Yang jelas hanya berjalan tanpa banyak pikir atau mengeluh. Selama waktu ini juga dia jauh lebih dapat melatih konsentrasi, beberapa makhluk buas ditemuinya untuk melatih daya tempur.Berkat semua pelatihan selama ini, dia merasa tidak menemukan masalah apa-apa. Namun, tetap saja kejadian pada waktu itu m

  • Alam Murni Sang Kultivator   Setidaknya kau Menyadari kelemahanmu sendiri

    Aliran energi yang sangat besar ini terus menggiring Zeion ke dalam kondisi rumit, seakan tubuhnya jatuh ke dalam jurang lautan yang terus menariknya ke bawah.“Aku sudah ada di mana? Rasanya sangat nyaman, aku tidak ingin pergi dari sini...”“Dasar bodoh...”Pupil mata Zeion membesar, dia melihat bayangan wajah Hander, teriakan yang selalu saja menjadi musik mengganggu untuk telinganya.Walau sudah terpisah sejauh ini, masih saja wajah Hander akan hadir untuk mengganggu batinnya.“Kau itu punya bakat, tapi jangan terlalu terlena! Akan ada banyak hal yang tidak bisa kau prediksi! Yang bisa kau lakukan hanya belajar ikhlas dengan kondisi yang terjadi...”Kalimat yang langsung menghentikan aliran energi di dalam tubuh Zeion, perlahan dia membuka matanya.Suasana telah menjadi gelap, dia tidak sadar sudah melewati waktu begitu panjang hanya untuk menenangkan mentalnya.Tapi, dia merasa kalau itu ada artinya, di dalam ruangan yang begitu hening ini, hanya ada satu cahaya yang mampu membua

  • Alam Murni Sang Kultivator   Kalau Hal Yang Tidak Dapat Dilakukan

    Bulir-bulir keringat masih mengucur di wajahnya, terus dia memandang ke arah telapak tangannya. Bergetar tanpa henti, bayangan mereka yang selama ini selalu menghinanya sudah menjadi hantu.“Kekuatan itu akan menjadi milikku...” Dengungan suara Desmon dengan senyuman yang begitu lebar.Napas yang terasa sempit ini sulit untuk dikendalikan, perlahan dia mengangkat wajahnya. Langkah kaki seseorang mendekat, dan tidak beberapa lama berganti dengan suara pintu yang terbuka.“Kau sudah bangun...” ucap Maria yang menyambutnya dengan senyuman hangat.Tapi, meski begitu tidak ada respons yang diberikan Zeion, wajah pria ini masih dipenuhi kecemasan.“Apa kau tidak apa-apa?” Masih tidak ada jawaban, Zeion hanya menundukkan pandangannya seolah takut akan sesuatu. Hal ini mengakibatkan Maria merasa enggan untuk bertanya lebih lanjut, dia khawatir akan mengganggu mental.Tidak ingin terus berlama-lama, dengan segenap keberanian, Zeion menghela napas panjang yang kemudian bertanya, “Bagaimana ko

  • Alam Murni Sang Kultivator   Jika Semua Itu Meluap-luap

    “Apa ini? Kekuatan dalam tubuhku mendadak meluap-luap...” Kondisi yang mengingatkan dirinya akan peristiwa pertemuan dengan Desmon, tapi dia tidak punya waktu untuk merenung.Para serigala ini masih saja ingin melakukan serangan terhadapnya, satu persatu datang dan bersiap untuk menerkam ke arah tubuhnya.Satu serigala hendak untuk melompat, gigi tajam yang dipenuhi air liur siap merobek daging dan kulit tubuhnya.“Aku tidak akan tertipu dengan teknik seperti itu lagi...”Bukan menjauhkan tangan yang akan digigit, justru Zeion mengepalkan tangannya yang kemudian dilepaskan dengan pukulan maut.Crash...Seketika saja tulang di wajah serigala itu hancur, dan membuatnya terhempas menimpa serigala lainnya.Tubuh yang terlalu ringan, tadi dipikirnya tidak akan menimbulkan pukulan terlalu kuat, akan tetapi tidak disangkanya akan memiliki dampak yang begitu besar.Masih terlalu dini untuk bergembira, serigala lainnya seolah tidak memahami situasi ini. Mereka terus saja mendatangi Zeion, men

  • Alam Murni Sang Kultivator   Sebuah Kekuatan Yang Begitu Besar, Sampai Kau harus Berhati-Hati

    “Kenapa banyak orang yang sedang berkumpul. Apa sudah terjadi sesuatu?”Langkah kaki Zeion mulai beranjak ke arah kerumunan orang-orang itu, di sana ada Zedt yang tampak sedang memasang wajah serius. Kerutan di wajahnya sangat jelas untuk memperlihatkan betapa kritisnya situasi ini.“Tuan...”Sebelum Zeion bisa mendatangi kerumunan orang-orang itu, kakinya menjadi harus berhenti akibat suara Maria yang mendadak muncul.Spontan saja Zeion menoleh ke arah sumber suara, bertanya-tanya kenapa Maria harus menghentikannya di saat seperti ini.“Akhirnya Anda bangun juga...”Dari pertanyaan ini saja langsung menimbulkan kebingungan terhadap Zeion.Sebenarnya Zeion tidak mengetahui kalau banyak penduduk yang sedang dalam kepanikan, namun dalam kondisi yang cukup ribut ini tidak membuatnya terbangun. Bahkan, Maria dan Zedt sudah mencoba untuk membangunkannya, tapi itu semua hanya usaha yang sia-sia.Tidak mau terus bingung, Zeion segera bertanya, “Memangnya apa yang terjadi?”Maria sedikit mema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status