Usaha Louis untuk mendektai Alana tidak sampai disitu saja, dia mencari seribu cara agar Alana menjadi luluh kepadanya. Tidak tahu jelas apakah Louis benar-benar menyukai Alana atau hanya merasa Alana saja yang membuatnya penasaran dan tidak terkendali. Hanya Alana saja yang mampu membuat Louis seakan terhipnotis dan tidak dapat mengatasi rasa penasarannya. Alana wanita yang sangat dingin dan sangat sulit ditaklukan.
Dengan memberanikan diri Louis berusaha mendapatkan kontak Alana bahkan mendapatkan alamat rumahnya. Dia mulai menjadi pengagum rahasianya. Dengan misterius banyak sekali hadiah yang secara bergantian datang dirumah Alana. Tanpa Alana tahu siapa pengirim dari barang-barang misterius itu. Mulai dari bunga, boneka, coklat dan beberapa benda lain yang biasa wanita suka. Namun hal itu sedikit menakutkan bagi Alana. Dia merasa seperti sedang diawasi seorang penguntit.
Nomor misterius mengirimi Alana pesan. Alana bertanya dalam hatinya nomor siapa ini. Diucapkannya selamat pagi untuk Alana dalam pesan teks itu. Alana hanya dapat menebak-nebak saja. Alana mencoba membalas pesan teks itu dengan menanyakan siapa orang itu. Ternyata orang yang mengirimina pesan teks itu adalah Louis. Laki-laki yang membuat Alana illfeel selama ini.
“Kenapa dia seniat itu mendapatkan nomor handphoneku? Dasar laki-laki aneh entah apalagi hal ang dia buat, setiap hari semakin membuatku illfeel saja,” gumam Alana dalam hatinya.
“Tring..tring...tring,” handphone Alana berunyi terdapat notif pesan teks dari nomor asing itu.
Alana meraih handphonenya yang tidak jauh dari badannya itu. Tepat disebelah kanan tangannya. Dia mengambil handphone itu dan mengusap layar handphonenya dan mengetuknya dua kali untuk membuka pesan teks itu.
“Bagaimana, suka ga sama hadiah-hadiah dari aku?" tanya Louis dalam pesan teksnya dengan Alana.
“Gue ga pernah minta buat lo kirim barang-barang itu kerumah gue ya. Asli sih gue risih banget. Ga usah buang-buang duit lu buat kasih barang-barang ga jelas deh buat gue. Asli ya freak banget lu,” Alana membalas pesan teks itu dengan geram karena tingkah Louis yang membuat Alana makin membencinya lagi.
“Ta..tapi Alana maksudku tidak seperti itu. Aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat lagi. Jujur saja aku mulai menyukaimu dari aku pindah kesekolah kita. Tapi maaf kalau caraku kali ini membuatmu sangat marah kepadaku,” jawab Louis dipesan teks itu.
Alana hanya membaca balasan pesan dari Louis. Alana sangat kesal akan kelakuan Louis yang semakin tidak jelas setiap harinya. Hari ini adalah hari minggu. Alana mempunyai janji bertemu dengan Louis untuk jalan-jalan dimall dekat rumahnya dan memberli beberapa buku. Rasanya ingin aku menceritakan semua kelakukan Louis yang semakin aneh belakangan ini. Mungkin aku akan menceritakan hal ini kepada Albert. Karena untuk sekarang hanya Albert teman yang paling bisa menjaga ceritanya.
Tinggal beberapa jam lagi. Alana melihat jam sedari tadi, menunggu tiga jam lagi terasa lama bagi Alana. Rasanya ia ingin menceritakan semua unek-uneknya itu kepada Albert. Hanya Albert yang bisa membuat Alana bisa menceritakan banyak hal ,bahkan bisa menumpahkan segala kekesalannya. Alana mempersiapkan diri untuk mandi. Diraihnya handuknya dan segera menuju ke kamar mandi yang ada dikamarnya. Awal hari yang buruk, moodnya hancur karena pesan teks dari Louis. Kenapa harus ada makluk semenyebalkan itu dalam hidupnya. Hanya menggerutu saja yang bisa dia lakukan sedari tadi.
Keluarlah Alana dari kamar mandi mungil yang ada dikamarnya itu. Alana keluar kamar mandi sambil menggosokan rambutnya dengan handuk yang dipegangnya. Dia mulai berjalan menuju lemari pakaiannya. Dilihatnya dari atas sampai bawah lemarinya itu. Kira-kira baju apa yang ia akan kenakan untuk bertemu dengan Albert. Akhirnya diambill dengan asal baju yang menurutnya sesuai. Alana mulai membuka handuknya dan mengenakan baju yang dipilihnya tadi dari lemari bajunya.
Setelah selesai berpakaian. Beralihlah Alana menuju ke depan meja riasnya. Alana mulai mencari pelembab, bedak dan liptintnya. Karena hari ini Alana hanya ingin makeup yang natural saja. Dipakainya perlahan pelembab wajahnya itu, bedak lalu liptintnya. Sudah selessai berdandan dan mandi tapi tetap saja tak kunjung datang juga jam tiga.
Akhirnya Alana hanya berbaring didalam kamarnya dan menscroll-scroll hapenya intuk melihat sosial media yang dia punya. Tidak lama membuka sosial media yang ada dihanphonenya, Alana mulai merasakan kantuk. Karena pendingin udara yang ada dikamarnya menghantarkan udara dingin yang membuat matanya lama-kelamaan mulai tertutup perlahan. Tanpa disadari Alana tertidur dikasurnya itu.
Dilain sisi Albert yang ada didalam kamarnya mulai berbegas mandi dan mempersiapkan dirinya untuk bertemu Alana. Dipilihnya setelan hitam-hitam karena mayoritas isi baju dan celana dilemari tua Albert adalah warna gelap.
“Alana sudah siap belum ya? Sepuluh menit lagi deh gue coba wa ke nomornya,” ucap Albert dalam hatinya.
Disemprotkannya kaos hitamnya itu dengan parfum yang berbau soft. Tidak lupa juga Albert menggunakan gel rambut untuk dapat menata rambutnya itu. Tidak terasa waktu mulai mendekati waktu Alana dan Albert bertemu.
“Alana, sudah siap belom?” ucap Albert dalam pesan whatsappnya itu.
Ditunggunya kurang lebih sepuluh menit lagi untuk mendaptkan balasan dari Alana. Sedari tadi Albert hanya memandangi handphonenya saja yang terletak diatas meja belajarnya itu.
“Apa gue kirim chat lagi kali ya ?”
“PING...PING.”
“Jangan-jangan ini anak ketiduran kali ya? Apa handphonenya disilent kali ya?”
“Gue tunggu sepuluh menitan lagi deh baru gue telfon.”
Sembari menunggu Alana, Albert memainkan satu pertandingan game yang ada dihandphone. Dia memainkan games basket yang sudah lama dia install dihandphone. Tidak lupa juga dia menyetel waktu agar tidak kebablasan bermain game.
“Tidit...tidit...tidit,” bunyi penanda waktu yang sudah selesai berbunyi di handphone Albert.
Segera Albert mengakhiri permainannya dari telfonnya. Dicarinya kontak handphone Alana dan mulai menelepon Alana.
“Tut...tut....tut,” dering panggilan dari handphone Albert berbunyi namun tak kunjung diangkat juga oleh Alana akhirnya Albert memutuskan menelpo Alana sekali lagi.
“tut....tut..tu..., halo Alana, lo sudah siap kan? Kalau iya gue mau manasin motor dulu ini”, ucap Albert dalam telfon.
“Aduh , Albert sorry gue ketiduran. Ga sempet bales chat lu tadi. Ia gue sudah siap kok, lo manasin motor saja. Nanti gue tinggal turun saja nyamperin lo,” ucap Alana.
“Ya sudah ya ketemu dibawah saja ya. Lu minum dulu sana biar ga ngantuk banget dijalan nanti. Gue takut lo jatoh dari moto saja nanti,” jawab Albert.
Alana berjalan menuju kelantai bawah dan membuka pintu rumahnya. Lalu berjalan menghampiri Albert.
“Bert, sorry banget ya gue ketiduran daritadi. Habis dingin banget kamar gue jadi keenakan tidur gue,” ucap Alana.
“Dasar kebo lu hahahaha.” Ucap Albert.
“Ya, sudah yuk jalan. Lu belom makan kan? Nanti nongkrong dicafe saja ya sekalian makan?” ajak Albert.
“Boleh banget, yuk cuz jalan...”
“Jangan lupa pakai helm dulu itu.”
“Oh, iya ya bert lupa gue wkwkwk.”
“Bangun dulu yang bener, belom ngumpul nyawa lo itu haahahah”.
“Ah, lu mah ngeledek gue mulu ya.”
Perasaan yang Albert sembunyikan begitu lama, akhirnya akan dinyatakan juga pada hari ini kepada Alana."Semoga saja hari ini adalah hari keberuntunganku", gumam albert dalam hatinya.Hari ini, Albert berencana mengajak Alana untuk pergi bersama agar niatnya dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.Dengan senyuman yang lebara, Albert segera mengetik pesan untuk Alana."Pagi Alana, kalau hari ini kita ketemuan bisa?", ucap Albert dalam telefon.Albert menunggu dengan rasa khawatir, takut Alana telah mempunyai janji dengan orang lain.Dibukanya pintu kamar Albert dan pergilah dia menuju ruang tamu. Menunggu dengan perasaan yang belum tenang sambil menonton televisi.Terdengar suara mama dari kejauhan dan suaranya makin mendekat kearag Albert." Kamu, Ok kan?" tanya mama kepada Albert." Lagi, mikirin apa sih nak? ", ucap mama yang penasaran dengan raut muka Albert." Ma, kalau Albert suka sama cewek, tapi dia sahabat Albert sendiri gimana ya ma?", tanya albert kepada Alana.Sambil ters
Hiruk-pikuk suasana jalanan siang ini. Banyak sekali orang yang tidak sabar untuk melaju. Terdengar suara klakson mobil dan motor di mana-mana. Kurangnya rasa sabar, atau mereka sedang terburu-buru. Disisi lain Albert masih asyik mengamati keadaan itu sambil menunggu lampu merah. Lampu merah siang ini terasa lama, tak seperti biasanya. Mungkin karena letih yang dirasa Albert atau suasana jalanan yang tidak mendukung. Namun hal ini tidak sebanding, karena hari ini dia ingin berjalan dengan Alana. Sejuta rasanya, ada perasaan senang dan berbunga-bunga. Albert terkadang menjadi bingung kenapa perasaannya kepada Alana tetap sama sampai sekarang. Terlihat lampu hijau terlihat, berjalanlah Albert dengan perlahan dengan motor kesayangannya itu. "Setidaknya, hari ini masih terasa udara segar yang diselimuti oleh mendung, " ucap isi hatinya. "Tuhan, tolong tahan hujan turun. Agar, aku tetap bisa pergi bersama Alana, " pinta Albert dalam doa kecilnya s
Bila ada pertemuan yang indah seringkali selalu ada perpisahan yang menyakitkan. Ada kalanya Albert merasa takut kehilangan sosok Alana yang sangat ceria. Pasca kesembuhan Alana, Albert hanya bisa menjaganya dengan sangat ketat. Maklum Alana merupakan sosok perempuan yang sangat keras kepala. Dokter berkata, untuk pulih lebih cepat Alana memerlukan waktu kurang lebih satu bulan lamanya dengan pantauan asupan makanan yang cukup. Belakangan ini Albert lebih sering menghabiskan waktunya dengan Alana. Dia selalu menemani Alana sepanjang waktu senggangnya. Bukan hanya sangat akrab bahkan lebih dari amplop dan perangko. Albert sangat sering memandangi wajah Alana yang tidak pernah membosankan. Saat Alana diam, tertawa, melamun ataupun bertingkah konyol. Albert senang pasca Alana sakit, Alana lebih mendengarkan Albert untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatannya. Tak lupa Albert selalu meminjamkan catatan pelajaran sekolah agar Alana tidak tertinggal pelajaran.
Setelah perjalanan yang agak macet menuju kerumah sakit tibalah Albert dirumah sakit cipta bangsa tempat Alana dirawat. Alana dirawat di kamar melati nomor 802 lantai dua rumah sakit cipta bangsa, Albert segera bertanya ke resepsionis rumah sakit mengenai letak dan posisi kamar perawatan Alana.“Permisi kak saya mau tanya kamar melati 802 dimana ya ka? Saya mau menjenguk teman saya yang dirawat disini.” Ucap Albert kepada reseptionis yang berada tak jauh dari pintu masuk rumah sakit.“Mas nanti kearah kiri terus lurus saja nanti mas ketemu sama lift, nanti mas bisa naik kelantai 1 terus posisi kamarnya itu disebelah kanan lift ya kurang lebih beberapa langkah nanti mas sampai ke kamar melati 802, dari sini sudah cukup jelas mas?” tanya resepsionis itu kepada Albert.“Sudah cukup jelas kak, terimakasih sebelumnya.” Jawab Albert kepada resepsionis itu.Albertpun melangkahkan kakinya sesuai dengan arah yang dibilang oleh r
Sudah beberapa hari ini Alana tidal masuk sekolah, Thomas mencari kabar dari beberapa teman Alana yang sekelas dengannya namun mereka tidak mengetahui mengapa Alana tidak masuk beberapa hari ini. Thomas pun mencoba menghubungi nomor Alana namun tak kunjung ada balasan juga yang dia dapat beberapa hari ini. Thomas terpikir untuk mengunjungi rumah Alana tapi dia berpikir kembali takut kehadirannya akan sia-sia bila Alana nanti tidak ada dirumah.Didalam kelas Albert sedari tadi hanya melamun saja, biasanya dia selalu diramaikan oleh suara Alana yang sangat berisik dan bawel dengan segudang ceritanya. Beberapa hari ini terasa sepi karena tiba-tiba saja Alana menghilang tidak ada kabar. Albert masih mengira mungkin saja Alana masih sakit dan tidak sanggup untuk masuk sekolah, untung saja ujian sekolah sudah usai. Albert berbicara sendiri dalam hatinya.“Kemana ya Alana? Tumben banget chat gue ga dibales,” keluhnya dalam hati dengan muka yang muram.&ldqu
Semakin hari Alana dan Thomas bagaikan sepasang kekasih. Thomas tak henti-hentinya membuat Alana merasa seperti ratu dibuatnya. Perlakuan Thomas kepada Alana sangat manis dan sopan. Namun selalu muncul dibenak Alana mengenai keraguan kepada Thomas, entah mengapa hatinya bisa mempunyai firasat seperti ini. Disisi yang lain Thomas adalah anak yang baik dan sangat baik memperlakukan perempuan, dia tidak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata kasar kepada Alana.Tidak seperti waktu pertama mereka melakukan pendekatan, perasaan yang dirasakan oleh Alana sekarang terhadap Thomas seakan menjadi hambar. Perasaan yang awalnya kagum dan mulai menyukai Thomas secara perlahan berubah seketika. Alana merasa sosok Thomas hanya cocok dijadikan sebagai teman atau kakak baginya. Apa semua ini karena Thomas terlalu baik atau ada hal lain yang membuat Alana merasa seperti itu, namun Alana tidak mengerti benar dengan yang ia rasakan.Semenjak bertemu dan mengakrabkan dirinya kembali denga
Jam tiga sore pun akhirnya tiba, Alana segera bergegas dari tempat tidurnya yang nyaman itu menuju ke lantai bawah rumahnya. Dia berlari dengan tergesa-gesa, sampai lupa membawa tasnya akhirnya dia kembali ke kamarnya lagi dan mengambil tasnya. Alana segera berpamitan pada kedua orang tuanya untuk meminta ijin pergi bersama Albert, kebetulan kedua orang tua Alana sedang ada diruang keluarga sambil menonton acara televisi bersama. Sampailah Alana diruang keluarga.“Pa, Ma. Alana ijin pergi keluar dulu yang sama Albert?” tanya Alana pada kedua orang tuanya yang sedang duduk disofa.“Oke Alana, hati-hati ya kamu. Diantar Albert kan perginya?” Ucap Papa kepada Alana.“Diantar sama Albert kok pah,” Ucap Alana kepada papanya.“Jangan lupa pakai jaket ya, soalnya kayanya udara sedang dingin hari ini.” Ucap mama kepada Alana“Alana sudah siapkan jaketnya kok ma, Alana pamit ya.” Ucap Alana s
Seperti yang sudah dijanjikan kemarin, hari ini Alana dan Albert akan pergi bersama. Ini adalah itikad baik Alana agar hubungan persahabatan antara Alana dan Albert tidak menjadi renggang lagi seperti beberapa hari kemarin. Waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi, karena hari ini sekolah libur Alana dan Albert membalaskan dendam mereka agar dapat tidur lebih lama daripada biasanya ketika mereka akan pergi ke sekolah.Berbeda dengan Alana, mama Albert jarang sekali membiarkan anaknya untuk terlelap lebih lama diatas kasurnya itu. Pasti saja ada saja hal yang akan disuruh oleh mama Albert agar membuat Albert bangun pagi. Niat mama Albert sebenarnya baik, agar anaknya tertib bangun pagi walaupun tidak berangkat kesekolah.Mama Albert yang masih ada disofa ruang tamunya sambil menonton televisi dengan acara berita pagi yang biasa dia tonton setiap harinya. Seperti biasa mama Albert akan mengganggu Albert dan membangunkannya tidur Albert saat berita pagi yang dia tonton
Untuk memperbaiki hubungan persahabatan yang renggang antara Alana dan Albert, Alana berinisiatif ingin mentraktirnya makan weekend nanti. Dia merasa semua ini karena salahnya juga, memang Albert tidak marah padanya namun tetap saja dia menyadari perubahan Alana yang sangat drastis mulai dari kebiasaannya sampai tingkah lakunya pun berubah.Semenjak percakapan mereka dimotor waktu pulang kemarin, Alana baru menyadari dia terlalu asyik dengan dunianya sendiri tanpa memikirkan Albert sekalipun. Sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya salah Alana, namun apa boleh buat orang yang sedang jatuh cinta sulit menyadari sesuatu yang berubah. Alana ingin mulai bercerita kembali dengan Albert seperti biasanya, dia pun segera meraih handphonenya dari meja kecil disamping tempat tidurnya. Dibukanya kunci layar handphonenya lalu mencari kontak Albert dan mengiriminya pesan teks melalui sosial medianya.“Pagi sahabat kesayanganku.” Sap