Share

Rasa Penasaran Louis

Pagi ini didalam ruangan yang berhiaskan poster band-band jadul dan dinding yang dikelilingi oleh warna hitam disetiap sudutnya. Itulah kamar Louis, dia sangat menyukai warna hitam. Memang terlihat sedikit seram dan gelap. Didalam kamarnya, Louis masih saja teringat oleh Alana. Bukan hanya penasaran saja, mungkin Louis juga mulai menyukai Alana.

Gaya Alana yang sangat cuek kepada orang lain dan tidak terlalu mencampuri urusan orang lain yang menjadi salah satu pancingan untuk Louis agar bisa terus melihatnya tanpa Alana menyadarinya. Tapi dari tatapan mata Alana seakan menyiratkan kebencian dengan Louis. Belum pasti jelas alasannya. Mungkin karena Alana benci kepada orang yang terlalu kepedean. Atau mungkin dia bosan mendengar nama Louis dikumandangkan para gadis disetiap harinya selama bersekolah dengan Louis.

Pagi ini tepat tujuh hari Louis bersekolah disekolah yang sama dengan Albert dan Alana. Awalnya Albert tidak menyangka bahwa Louis menyukai Alana. Tapi dalam beberapa kesempatan Albert sempat mempergoki Louis melihat Alana secara diam-diam. Bukan hanya itu Louis seperti seorang stalker , saking penasaran akan Alana dia sampai membuat akun fake untuk sekedar mengecek bahkan memberi like disetiap feed i*******m Alana.

Alana belum tahu soal hal itu, karena dia hanya menganggap bahwa mungkin akun fake milik Louis itu mungkin saja hanya sebatas fans didunia mayanya. Albertpun yang mengetahuinya enggan bercerita terlebih dahulu kepada Alana walaupun dia sempat mempergoki Louis mempergunakan akun fake tersebut . Semakin hari Albertpun mulai curiga kepada Louis dia seperti seorang psikopat dalam pikirannya.

“Kenapa Louis tidak bertanya langsung saja kepada Alana ya? Kenapa Louis harus mencari tahu semuanya sendiri? Bahkan kerap kali aku mempergokinya membuntuti Alana saat disekolah, apa aku harus menegurnya?” ucap Albert dalam hatinya dengan beribu pertanyaan yang menyelimuti benaknya itu.

“Apa aku harus beritahu Alana tentang ini ya? Lama-kelamaan aku takut kepada Louis yang seperti seorang penguntit, apa mungkin itu caranya untuk mengetahui apa yang disukai Alana?” ucap Albert yang masiih saja berbicara dalam hati sambil berjalan menuju kelasnya.

Sebentar lagi memasuki pelajaran olahraga. Para murid bersiap menuju tempat mengganti pakaian. Terdapat ruangan pria dan wanita yang dipisahkan dengan dinding tebal. Dilain sisi Albert masih saja memperhatikan gerak-gerik Louis. Dia sangat cemas dengan Alana. Albert takut Louis merupakan lelaki ang tidak baik. Bisa jadi juga Louis merupakan lelaki yang mesum dengan gelagak yang aneh dan sangat misterius itu.

Albert tidak habis pikir dibuatnya. Seniat itu Louis sampai mencari info apapun tentang Alana. Albert merasa ada saingan baru untuk mendapatkan hati Alana. Namun yang Albert inginkan adalah persaingan yag sehat. Albert hanya ingin Alana menyukainya bukan karena terpaksa melainkan dari hati Alana yang terdalam. Setelah selesai mengganti pakaian mereka masing-masing para murid laki-laki dan perempuan segera berlari menuju lapangan.

Sebelum melakukan pelajaran olahraga, para murid terbiasa melakukan pemanasan terlebih dahulu. Agar otot mereka semua tidak kaku dan merasa keram. Mereka semua mulai berlari mengitari lapangan dengan sepuluh kali putaran. Lalu disusul dengan melakukan peregangan. Kebetulan hari ini ada praktek bermain basket. Guru olahragapun membagi mereka dalam beberapa tim.

Kebetulan Albert dan Louis ada di tim yang berlawanan. Kesempatan ini dimanfaatkan Louis dan Albert untuk menunjukkan bakat dan skill mereka agar Alan menoleh kepada mereka. Guru olahraga pun melempar bola basket keatas disusul bunyi peluit tanda pertandingan telah dimulai. Louis menampis bola basket itu untuk bisa meraihnya, dilewatinya dengan mudah tim dari Albert. Namun saat sampai dekat ujung ring, saat Louis melayangkan bola basket kearah ring, seketika Albert berlari dan menampis bola basket itu agar tidak masuk ketengah-tengah ring. Dikursi penonton Alana memperhatikan pertandingan mereka.

Tapi mata Alana hanya menuju kepada Albert. Saat sedikit melihat Louis hanya tatapan sinis saja yang dia lontarkan kepada Louis. Tatapan mata penuh dendam yang tidak jelas. Itulah wanita apapun yang mereka perbuat selalu saja benar dalam kamusnya. Angka pertandingan antara tim Albert dan tim Louis berimbang. Terlihat dipapan score terpampang angka 3-3. Karena score mereka berimbang. Guru olahraga pun mengusulkan adanya pertandingan tambahan beberapa menit untuk menentukan siapa pemenang dari pertandingan ini.

Pertandingan itu sangat menantang bagi kedua tim. Terlebih lagi dari Albert dan Louis. Hanya demi merebut perhatian Alana mereka rela bertanding dengan sengit. Itulah cinta apapun rela dilakukan, kata orang tua jaman dulu. Detik-detik terakhir penetuan babak final pertandingan bola basket antara kedua tim itu mulai menegangkan. Didetik-detik terakhir tembakan bola jarak jauh dilemparkan oleh Albert menuju ring, Louis dengan sigap mencoba menangkis bola tersebut namun sayang usahanya gagal. Tembakan jarak jauh bola yang dilemparkan oleh Albert menuju ring itu membawa timnya menuju kemenangan. Tentunya dengan kemenangan itu membuat tim Albert mendapatkab nilai terbaik dalam ujian praktek itu.

Walau hanya sebatas ujian, tapi seperti berada ditengah-tengah pertandingan sebenarnya yang sering disiarkan stasiun televisi secara langsung. Tanpa disadari Alana sangat senang ketika mengetahui bahwa bukan Louis yang menang melainkan Albert. Alana berdiri dan mengucapkan “Yes”. Dari kejauhan Alana melambaikan tangan untuk memberi kode kepada Albert agar dia menoleh kearahnya. Alana hanya membentuk jarinya dengan simpul “Ok”, Albert pun menjawab sinyal yang diberikan Alana dengan mengangkat kedua jempol tangan kanan dan kirinya kepada Alana.

Belum sempat tim wanita melakukan pertandingan, bel selesai pelajaran berbunyi. Guru olahragapun mengumumka bahwa ujian praktek bagi siswa wanita akan diadakan minggu besok dan guru olahraga membubarkan mereka semua. Bel selesai pelajaran olahraga itu sekaligus merupakan bel istirahat makan siang. Albertpun segera menuju kearah alana dan mengajaknya kekantin.

“Makan yuk, asli laper banget!” ajak Albert kepada Alana sambil memegang perutnya yang kelaparan itu.

“Hayuk, sama laper juga masa. Pengin makan yang banyak, tapi takut ngantuk nanti kan kita masih ada satu mata pelajaran lagi,” ucap Alana dengan raut mukanya yang sedih.

“Ya, sudah yuk jalan dulu kekantin. Nanti keburu jam istirahatnya selesai,” ucap Albert kepada Alana.

Mereka berdua berjalan menuju kantin. Sesampainya dikantin mereka disambut oleh kegadudan Louis yang mengumpulkan para murid kelas mereka untuk mentraktir mereka semua makan siang. Dari kejauhan Alana menatap dengan tatapan sinisnya kepada Louis.

“Apa lagi yang anak itu perbuat!! Entah kenapa dia selalu membuatku illfeel. Biar dibilang apa coba traktir satu kelas? Ingin banget dibilang kaya apa ya? Jauh-jauhin deh gue dari manusia kaya begitu.” Ucap Alana dalam hatinya.

Hal yang sangat dibenci Alana tiba-tiba saja berjalan menuju arahnya. Dengan senyum manisnya Louis mendekati Alan dan berkata.

“Alana aku traktir sekalian mau?” ucap Louis dengan senyuman kepada Alana.

“Ga usah, gue punya duit kok buat beli makanan gue sendiri. Mending simpan saja uang lo itu ga usah jadi pahlawan kesiangan deh,” ucap Alana dengan sangat ketus kepada Louis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status