Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 25 PoV Fahri "Sepertinya suami kamu tetap akan kembali sama Ranti." Dea tiba-tiba berbicara kepada Dania di taman ketika aku lewat di depannya. Meksipun dengan menggadaikan harga diri, tapi aku tidak punya pilihan lain selain pulang ke rumah ini selama proses pembalikan nama dari aset selain yang sudah pindah tangan atas nama Haikal dan Kania. "Biarkan. Namanya lalat pasti akan lebih tertarik pada sampah meksipun bunga lebih menggoda, karena di matanya hanya sampah yang terbaik," kekeh Dania tanpa memikirkan bagaimana perasaanku. Kalau aku tidak ada perlu dengan Papa, aku pasti sudah membalas perkataan mereka. Aku tidak suka jika harus seperti ini, apalagi Dania hanyalah mantan istri, bukankah seharusnya dia yang tidak ada di sini? Bukan aku. Tanpa memedulikan mereka, aku langsung pergi ke ruangan kerja Papa. Aku tahu setiap jam segini, Papa pasti ada di dalam ruangan ini. Tanpa mengetuk pintu, aku langsung masuk dan duduk. "Ada apa kau ke si
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 26 PoV Fahri Aku langsung mengambil makanan yang diberikan Ranti dengan sendok yang sudah tersedia dan mendekatkannya dengan mulut Dania. Selagi tidak ada orang, aku harus bergerak cepat supaya tidak ramai jika terjadi sesuatu. "Berhenti, Mas. Apa yang sedang kau lakukan?" Dania menatapku lekat, ia langsung menjauhkan sendok yang sedari tadi aku pegang. "Kamu belum makan, kan? Tadi Mama memberitahu katanya kamu belum makan dari pagi," jawabku mencoba untuk menghilangkan rasa gugup. "Mimpi kamu, ya, Mas. Aku tahu Mama tidak akan mungkin bilang padamu meksipun aku belum sarapan. Hubungan di antara kalian sedang berlobang, lagipula tadi aku sarapan. Jadi, Mama yang mana yang mengatakan hal itu padamu?" Dania menatapku lekat sambil meminta penjelasan. Aku sendiri tidak tahu Mama yang mana, karena aku hanya sedang berbohong. Aku hanya mengatakan apa yang terlintas di pikiranku. Aku sungguh tidak menyangka kalau Dania langsung menolak mentah-menta
Alasan Lembur Suamiku Setiap MalamPoV Dania Aku benar-benar panik ketika melihat Mas Fahri tiba-tiba terjatuh setelah memasukkan beberapa sendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Dari awal, aku sebenarnya tidak curiga apapun. Hanya menganggap nasi goreng yang dibawanya hanyalah nasi goreng biasa. Namun, siapa sangka akan terjadi hal seperti ini. "Jangan panik." Dino langsung mencoba menghubungi ambulans. Gimana aku gak panik, dia tiba-tiba terjatuh di depan mata karena nasi goreng yang hampir aku makan tadi. Kami langsung membawanya ke rumah sakit. Lalu, menelpon orang tuanya untuk datang. Meskipun Mama dan Papa selama ini hanya menunjukkan ketidakpedulian pada Mas Fahri, aku yakin mereka masih sayang. Namanya juga ke anak. "Bagaimana? Apa yang dikatakan dokter?" tanyaku pada Dino yang tadi berbicara dengan dokter. Katanya mereka saling kenal, jadi mereka tadi bicara berdua. "Katanya keracunan makanan. Makanya nasi goreng tadi dijadikan bukti," ucapnya dengan badan yang berker
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam PoV Dania "Kau sudah merusak kehidupan anakku, dari dulu aku memang sudah tidak setuju dengan hubungan kalian," teriaknya lagi. Mama langsung memisahkan wanita itu dariku. Seorang wanita yang kuperkirakan sudah berusia lebih dari enam puluh tahun. "Apa yang kau lakukan?" Mama bertanya ke arahnya. "Siapa mereka, Ma?" Aku menatap ke arah Mama heran, kenapa muncul orang seperti ini di depan ruangannya Mas Fahri? Ah, sepertinya perkejaanku semakin bertambah, yang jelas aku harus mengubah nama yang ditempati Ranti atas nama anak-anak. Aku yakin Mas Fahri pun sudah bertindak. Paling Yoga yang bertanggung jawab atas semuanya. "Dia teman Mama dari jauh, Sayang. Karena persahabatan kita yang dekat, dia sudah menganggap Fahri seperti anaknya sendiri," jelas Mama yang membuatku ragu. Namun, aku tetap harus percaya. Setelah menyelesaikan semua teka-teki yang belum aku pecahkan selama ini, aku akan berusaha untuk mencari tahu masalah ini. "Asal kamu tah
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 29 PoV Fahri Jangankan Dania, aku pun sangat terkejut ketika Tante Irma. Apa katanya tadi, aku anaknya? "Jangan katakan hal-hal yang tidak masuk akal. Aku bukan anakmu yang berarti kau bukan ibuku," bentakku penuh emosi. Bagaimana aku tidak marah, dia seenaknya saja mengaku kalau aku adalah anak kandungnya. Heh, mana ada. Dasar orang-orang zaman sekarang, terlalu banyak berkhayal. "Em, itu, itu." Dania di sini hanya menjadi pengamat. Dia sepertinya sangat ingin tahu ada hubungan apa sebenarnya di antara kami. "Pergilah dari sini, aku tidak ingin melihat anda." Aku kembali berteriak, tapi wanita itu malah semakin tidak tahu malu. Dania melangkah keluar dari ruangan ini, tapi dia kembali masuk dengan orang tuaku, dan Dino. Ah, kenapa laki-laki itu ikut datang? Aku belum bisa membereskan masalah nasi goreng itu dengan Ranti, sekarang sudah muncul masalah baru. Membuatku jengah saja. "Kau tidak dibutuhkan di sini," tegasku kepada Dino dengan
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 30 PoV Dania Aku baru mengerti kenapa Dino begitu panik dan khawatir ketika melihat Mas Fahri tergeletak di depan matanya ketika keracunan makanan beberapa hari lalu, ternyata Mas Fahri adalah anak angkat dari orang tua yang selama ini aku sangka ibu kandung. Jangankan Mas Fahri, aku pun begitu terkejut ketika mendengar cerita ini. Ditambah lagi ibunya Mas Fahri alias Tante Irma mempunyai sifat yang hampir sama dengan anaknya, atau laki-laki yang selama ini menjadi suamiku. "Kamu gak nyesel karena anak-anak mempunyai ayah yang ternyata berasal dari keluarga yang tidak baik," ucap seseorang menyadarkan aku dari lamunan. "Mas Adnan?" Aku sangat terkejut ketika melihat seorang lelaki yang sudah hampir satu tahun tidak bertemu. Dia adalah kakak lelakiku. Orangnya sangat baik, tapi tidak dengan istrinya yang lebih suka berpura-pura baik daripada berbuat baik beneran. Mas Adnan langsung duduk di sampingku tanpa bicara. Aku yakin saat ini yang ditung
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 31 PoV Dania Aku baru saja membuka mata dari tidur malam yang panjang, kulihat jam baru menunjukkan jam empat pagi, tapi suara gaduh di luar membuatku tertarik untuk melihat siapa yang sudah membuat onar. Usai melakukan kewajiban, aku berjalan ke ruang depan, dan menyingkap gorden sedikit untuk melihat situasi dan kondisi yang ada di luar. Aku sama sekali tidak terkejut ketika suara Tante Irma mulai terdengar. Bodo amat. Aku perlu membangunkan anak-anak untuk menunaikan sholat bersama mbak, lalu menyiapkan sarapan. Keributan di luar aku anggap tidak ada. Semalam Dino sudah memberikan pesan agar aku tidak melayaninya. Anggap saja dia tidak ada dan harus tenang, begitupun dengan Mama dan Papa. Di rumah orang tuaku pun mulai panik. Dapat kupastikan kalau papaku langsung ingin menghukum Mbak Tari, tapi mama pasti melarang. Karena selama ini mamalah yang selalu membelanya. Entah apa maksudnya, yang jelas mama memang cuek terhadapku. Tidak seperti ke
PoV Fahri "Bagaimana, kamu selalu kasih rutin serbuk itu di minuman dan makanannya Dania, kan?" tanya Tante Irma yang ternyata adalah mamaku sendiri. Aku bener-bener enggak nyangka kalau selama ini aku tinggal dengan orang tuanya Dino. Ah, sial*n. Kenapa hidupku selalu begini, sedangkan kehidupan Dania malah semakin bahagia? Begitupun Dino. Hanya aku di sini yang semakin tersiksa dan menderita. "Iya, Tan." Aku menjawabnya asal. Padahal, aku tidak berani untuk melakukan hal itu. Meskipun aku kejam, tapi aku tahu aturan. Nyawa terlalu berharga jika hanya untuk disia-siakan. Apalagi ketika aku berada di ambang kematian karena keracunan nasi goreng yang diberikan Ranti, Dania dan Dino yang membawaku langsung ke rumah sakit tanpa mengingat apa yang sudah aku lakukan kepada mereka. Sejujurnya aku berada dalam dilema, pilihan apa yang harus aku pilih. Apakah Tante Irma yang ternyata adalah mamaku atau kebenaran yang tidak bisa aku lepaskan dari jiwaku. Meskipun aku bukan orang yang bai