Share

Bab 6

last update Last Updated: 2022-08-18 12:03:59

 "Adam?" Aku mengucapkan nama itu dan membuat Mas Fahri menatap tajam ke arahku.

 "Jangan ganggu privasi suamimu, Dania!" bentaknya membuatku sangat terkejut.

 Oh, jadi dia mau bermain lembut? Baiklah. Aku akan dekati Ranti tanpa sepengetahuanmu, Mas, dan lihat bagaimana hasilnya nanti.

 Karena takut anak-anak sudah kembali ke kamar dan melihat pesan dari Ranti alias Adam itu. Aku akan mengumpulkan bukti yang cukup untuk membuat keluarga besar kami berdua percaya dengan apa yang akan aku katakan.

 [Kenapa, Mbak? Mbak terkejut, ya? Aku pacaran dengan Mas Fahri meksipun masih status istri karena suamiku suka main kasar, Mbak. Bukan hanya itu, dia juga suka main perempuan. Tidak pernah kasih nafkah, jadi hanya bisa marah-marah, dan itu membuat Mas Fahri semakin peduli padaku.] 

[Apalagi anak-anak kekurangan kasih sayang dari ayahnya, jadi Mas Fahri yang menggantikan posisi itu.]

 Sederet pesan yang Ranti kirimkan membuat dadaku bergemuruh. Bisa-bisanya Mas Fahri peduli kepada anak orang lain, tapi malah menyengsarakan anaknya sendiri. Apa-apaan ini? Apa ini pantas?

 Selama ini anak-anak selalu menolak jika diajak bermain ke taman perumahan. Mereka hanya akan membeli rambut nenek, lalu buru-buru pulang. Itu karena banyak anak yang main di taman dengan ditemani orang tuanya. Bahkan hampir semua anak di temani ayahnya.

 Makan bersama saja bisa kehitung selama anak-anak besar. Bagaimana mau makan bersama kalau Mas Fahri saja jam tujuh belum bangun, sementara anak-anak harus sudah berangkat ke sekolah.

 Jam delapan, Mas Fahri sudah siap kembali untuk pergi ke kantor, dan pulang jam dua atau jam tiga pagi di saat anak-anak sedang tertidur lelap.

 Aku belum sanggup untuk membalas pesan Ranti, aku mau menata hati lebih dulu, agar sanggup untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk.

 "Hari ini, aku mau mau bersama anak-anak. Mereka ke mana?" Suara Mas Fahri terdengar di depan pintu setelah suara ketukan terdengar.

 "Mereka sudah bahagia dengan dunianya sendiri, jadi kamu tidak usah meluangkanwaktu waktu untuk anak-anak," jawabku dari dalam.

 Kania, aku bisa maklum. Perasaannya belum begitu dewasa, tapi berbeda dengan Haikal yang sudah tahu apa itu rasa sakit.

 Brakkk ... pintu dibuka dari luar dengan penuh emosi.

 "Maksudnya apa?" Mas Fahri menatapku tajam. Rahangnya kembali mengeras. Sementara aku masih fokus dengan laporan keuangan sambil menghitung keuntungan.

 "Maksudnya sudah jelas. Aku tidak butuh suami yang gemar berbohong, begitupun dengan anak-anak." Aku berbicara tanpa melihat ke arahnya.

 Aku tahu dia akan marah, tapi aku adalah orang yang tidak pandai untuk menyembunyikan rasa sakit. Namun, ini hanya tarik ulur saja, aku ingin Mas Fahri merasakan sakit seperti yang aku dan anak-anak rasakan selama ini.

 "Jangan kau kita aku akan menceraikanmu, jangan gegabah, Dania. Anak-anak tentu saja membutuhkan kehadiranku. Kalau kau tidak percaya, lihatlah!" Ia berbicara dengan penuh percaya diri dan memanggil anak-anak ke kamarnya.

 Aku pun ikut penasaran dengan apa yang akan ia lakukan, jadi mengekor di belakangnya.

 "Mas, Dek, main sama Papa, yuk?" anaknya membuat Mbak langsung terdiam. Semenjak Mbak kerja di sini, ia belum pernah bertemu dengan Mas Fahri. Jadi pasti sangat ketakutan dan serba-salah.

 Wajah Kania langsung berseri dan akan segera berlari ke arah Mas Fahri, tapi Haikal melarangnya. "Jangan, Dek. Papa kan sedang sibuk," ucapnya membuatku tertawa lepas.

 "Tapi aku kangen Papa." Mata Kania berkaca-kaca.

 "Iya, Mas tahu. Tapi kan Papa sibuk. Bagaimana kalau kita telpon Papa Dino?" Haikal mengusulkan.

 "Enggak, Mas. Kamu jangan kaya gitu. Papa kalian cuman ada satu, Papa yang sekarang ada di hadapan kalian. Bukan laki-laki yang mengaku-ngaku itu," cegahnya, lalu mengambil ponsel Haikal yang hendak menelpon Dino.

 "Loh, kamu kan pulang juga karena sudah kepergok dengan istri mudamu, Mas. Kalau enggak, mungkin kamu juga gak akan pulang sampai jam tiga nanti." Aku mendekat ke arah anak-anak dan memeluk mereka satu persatu.

 "Kalian harus bisa mengiklaskan Papa kalian, ya, mungkin Papa asli kalian memang Papa Dino." Aku kembali memanas-manasi.

 Mas Fahri langsung menarikku kembali masuk ke dalam kamar. "Istighfar kamu, Dania! Kamu sudah berdosa banget sama suami," ucapnya sambil memegang pundakku.

 "Aku sadar kok, Mas, yang harusnya rajin istighfar itu kamu. Sudah kepergok di tempat umum, masih saja ngeles." Aku langsung menimpali.

 Mas Fahri tidak mendengarkan apa yang aku katakan, ia malah kembali keluar kamar, dan masuk ke kamar anak-anak.

 "Papa mohon sama kamu, Mas, jadilah anak yang baik." Mas Fahri memeluk kedua anaknya yang kini sudah menangis.

 Aku kembali masuk ke dalam kamar dan untuk menanyakan kepada Ranti jam berapa saja Mas Fahri ada di sana. Namun, sebelum aku mengetik pesan kepadanya, ada pesan dari kakak ipar, kakaknya Mas Fahri.

 [Dania, kamu harus hati-hati, katanya Mas Bagas melihat suami kamu selalu dijemput seorang wanita di kantor.] 

 Mataku terbelalak ketika membacanya. Wah, ternyata suaminya Kakak ipar juga sudah melihatnya? Baguslah. Aku ingin melihat mereka lebih memihak siapa, aku atau Ranti.

 [Bukannya Mas Fahri dan Mas Bagas satu kantor, berarti tahu, dong, wanita itu seperti apa?] 

 Aku sengaja mengirimkan pancingan kepada Mbak Mira, karena aku tidak yakin kalau mereka memang tidak tahu apapun.

 [Katanya enggak tahu. Karena beda divisi, Mas Bagas jadi tidak tahu lebih jelasnya. Kamu perhatikan saja gerak-gerik Fahri, ada yang mencurigakan, gak? Kalau Mas Bagas alhamdulillah aman. Kalau telponan juga sama yang namanya Ranto.] balasnya cepat dengan beberapa stiker kebahagiaan.

 Ranto? Kenapa namanya mirip Ranti?

Bersambung ....

 Wah, kok sama, cuman beda huruf "I" saja?

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
jangan" selingkuhan Fahri itu asli istrinya suaminya Mira Ranti ranto
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 47 TAMAT

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam Kini aku sedang menunggu Haikal bicara, apa maksud dari pergi jauh yang dia katakan tadi. Namun, orang yang kutunggu itu hanya diam saja sambil beberapa kali memasukan makanan ke dalam mulutnya. "Kami hanya akan datang kalau Kania kembali merindukan orang yang tidak seharusnya dirindukan," ucap Haikal tiba-tiba membuka suara setelah melap bibirnya yang penuh saus dengan tisu. Merindukan orang yang seharusnya tidak dirindukan? Apa aku memang pantas untuk tidak dirindukan? Ya Allah, apa yang sebenarnya sudah aku lakukan di masa lalu, sampai lukanya Haikal sebesar ini? "Sayang, Papa adalah ayah kandung kalian. Bukankah rasanya tidak mungkin kalau kalian tidak merindukan Papa?" Aku kembali bertanya dengan basa-basi. Padahal tubuhku sendiri ingin membawa mereka ke dalam pelukan. Kini aku tahu bagaimana rasanya tidak dianggap ada. Baru sebentar saja, aku merasa sudah mengalami hal ini sangat lama. Aku juga menjadi tahu bagaimana rasanya dibenci oleh

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Pertemuan yang Singkat

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 46 "Katakan padaku, apa papanya Dania telah berbohong padaku?" tanyaku pada Chris sambil mencengkram erat bajunya. "Saya tidak tahu, Pak. Saya tadi sudah mengatakan pendapat tentang alamat yang diberikannya ini, tapi Bapak menolak untuk tahu." Ia menjelaskan dengan jujur. Benar, ini adalah kesalahanku sendiri. Harusnya aku belajar dari pengalaman, dan tidak lagi tertipu oleh tipuan murahan. Aku tidak pantas diperlakukan seperti ini. "Kembali ke kantor. Kita kerjakan pekerjaan yang sudah lama kita tinggalkan," titahku dan Chris langsung menjalankan mobilnya. Aku benar-benar tidak habis pikir, sikap Dino dan Dania ternyata sangat ke kanak-kanakan. Kalau dari awal mereka memang tidak berniat untuk bertemu denganku, kenapa mereka muncul di taman waktu itu? Terus kenapa papanya Dania pun ikut memberikan alamat yang salah padaku. Apa memang aku pantas diperlakukan seperti ini? Sungguh terlalu. Aku bekerja keras untuk kebahagiaan mereka, tapi inik

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 45

    PoV Fahri Oke, aku mengaku kalah. Sudah 7 x 24 jam aku mencari mereka tanpa kenal lelah dan makan pun sudah tidak aku ingat, tapi sama sekali tidak ada jejak apapun. Mereka seperti menghilang ditelan bumi. "Kenapa, Pak?" Chris tiba-tiba mendekat ke arahku. Aku yang hanya ingat kalau dia adalah orangnya Dino pun langsung emosi dan menarik kerah bajunya. "Katakan di mana majikan kamu itu berada?" tanyaku sambil menatap manik matanya. Aku sudah tidak bisa lagi bersabar apalagi menahan amarah untuk tidak memberikan pelajaran kepada orang yang ada di depanku ini. "Maaf, Pak. Saya memang tidak tahu lagi mereka ada di mana. Tadi saya diberitahu oleh orang khusus mereka kalau Bu Dania dan keluarganya sedang ada di taman," jelasnya membuatku semakin marah. "Kalau begitu sekarang tanya orang khusus itu dia di mana. Jawab sekarang juga, jangan sampai membuatku marah!" "Baik, Pak. Tapi tolong lepaskan dulu cengkraman tangan bapak ini." Tanganku seketika terlepas dari kerahnya. "Cepat t

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 44

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 44 Berada di kamar terlalu lama membuatku penat. Apalagi suara anak-anak sudah tidak terdengar lagi. Baik Haikal, Kania, Raya, ataupun Rani. Rumah ini seperti kosong. "Mas, sarapan!" teriak Mbak Jum setelah mengetuk pintu. "Iya, Mbak. Sebentar lagi saya keluar." Aku langsung mandi dan bersiap untuk kembali ke kantor. Namun sebelum berangkat, aku harus sarapan dulu. Sekaligus untuk melihat bagaimana sikap Dania dalam melayani Dino di pagi hari seperti ini. Apa sama seperti apa yang kulakukan dulu, atau berbeda. Namun, pikiranku mengatakan kalau sikap Dania pasti berbeda. Sikapnya padaku tentu akan lebih spesial. Setelah siap aku langsung keluar dari kamar menuju tempat makan dengan sangat gembira. Namun ketika sampai di sana, aku hanya mendapatkan kekecewaan. "Kok, hanya ada Mama sama Papa, yang lainnya ke mana?" tanyaku heran sambil menatap makanan yang tertata rapi di meja hanya sedikit saja. Tidak ada makanan kesukaan Dania ataupun anak-ana

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 43

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 43 PoV Fahri Setelah sempat bangun dan menyaksikan kemesraan mereka berdua, aku ternyata kembali tidak sadarkan diri. Sekarang aku baru membuka mata dan sangat lapar, sementara di dalam kamar hanya ada aku sendiri. Memang kebangetan semua penghuni rumah ini, setidaknya tinggalkan makanan atau buah di dekat tempat tidurku agar aku tinggal makan pas bangun. Mana badan sakit semua lagi. Baru saja aku membuka pintu kamar, terdengar perbincangan dari kamar sebelah yang kutahu adalah kamar anak-anak. "Apa nama benda ini, Pa?" terdengar Haikal bertanya. "Ini adalah kelereng. Permainan anak-anak zaman dulu, biasa dimainkan oleh laki-laki ataupun perempuan. Cuman dulu papa gak bisa memainkannya, selalu kalah." Dino pun menjelaskan. Mendengar kedekatan mereka, hatiku kembali teriris, lalu tersiram perasaan air jeruk yang asam. Sangat menyakitkan. Dulu aku tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan mereka, yang ada di pikiranku hanya ada Rani dan Raya.

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 42

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 42 PoV Fahri "Kamu pasti terkejut, kan? Padahal tidak perlu, karena kami sudah merencanakan hal ini dari jauh-jauh hari. Bahkan tahun." Mas Bagas berjalan mendekat ke arahku sambil meracau. "Asal kamu tahu, aku selalu iri melihatmu begitu diperhatikan oleh Dania. Dari pagi sampai malam, hanya kau yang dia perlakukan istimewa. Sementara aku, aku hanya bisa menjadi penonton dari kemesraan kalian," lanjutnya. Aku benar-benar tidak faham dengan apa yang dia katakan. Sepertinya dia sudah salah minum obat, jadi mengatakan hal yang tidak-tidak. "Cukup, hentikan sandiwara ini!" Aku berjalan ke arah pintu dan mencoba untuk membukanya, tapi tidak bisa. Ternyata mereka kembali mengunci pintunya. Aku membalikkan badan dan menatap ke arah mereka satu persatu. "Jadi maksudnya kalian bersekongkol?" "Seperti yang kau lihat dan kita sama-sama menginginkan orang yang berbeda," jawab Mas Bagas mantap. Sebenarnya siapa yang mereka inginkan? "Aku menginginkan Diana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status