Share

Bab 3

Jika anda yang membuat saya kecewa, maka jangan harap saya kembali seperti dulu!

---------:-------

ALICE turun dari kamarnya, ia melihat Papinya duduk di sofa dengan koran ditangannya.

Alice hanya acuh tak acuh melihat Papinya yang duduk disana. Hingga langkah Alice terhenti ketika Dion memanggil namanya.

"Alice, nanti kamu ikut papi ketemu klien na—"

"Saya tidak ada waktu untuk klien tidak penting anda, Tuan Dion" potong Alice tanpa menatap sedikitpun ke arah Dion.

Duk! Duk! Duk

Alice mendengar suara langkah sepatu, yang sudah mendekat ke arah dirinya.

"Jangan membantah perkataan papi Alice!" bentak Dion sambil menepuk pundak Alice kasar.

Alice menghembaskan tangan Dion dari pundaknya, dan kini ia menatap ke arah Dion. "Saya tidak boleh membantah perkataan anda, tapi anda sendiri yang sering membantah perkataan saya tuan Dion yang terhormat!" ucap Alice dengan nada tertekan.

Dion nampak mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia merasa tak suka jika Alice memanggilnya dengan sebutan tuan berkali-kali.

" Ka—"

" Sudahlah tuan Dion, saya hampir telat untuk kesekolah. Good bye and have fun! "

Alice langsung pergi meninggalkan Dion yang masih diam disana, ia masuk ke mobilnya dan segera mengendarai menuju sekolah.

Di perjalanan Alice nampak santai, sambil memutar lagi favoritnya. Sesekali ia mengikuti irama lagu, dan tak berapa lama ia sudah sampai di sekolah.

Ia langsung memarkirkan mobilnya, Siswa sudah sangat ramai di sekolah. Alice memasang earphone sebelum keluar, karena ia tau banyak siswa yang akan membicarakan ya.

Alice keluar dari mobil, namun baru saja ia keluar ia dikagetkan dengan sosok yang berdiri di samping mobilnya.

"Astagfirullah!" ucap Alice sambil memegang dadanya kaget.

Yang berdiri disamping mobilnya hanya memutar bola matanya malas. "Lo fikir gw setan?" tanya laki itu dengan ucapan ketusnya.

Alice menatap laki itu dari atas hingga ujung. "Hmmm, lo anak baru itu kan?" tanya Alice sambil menutup pintu mobilnya.

"Gak usah basa-basi, gw mau bikin perhitungan sama lo" ucap Laki itu tajam membuat Alice mengerutkan keningnya.

Alice melepaskan earponenya. "Perhitungan? Perasaan gw gak ada hutang sama lo" ucap Alice santai membuat teman laki itu sontak menahan tawa.

Laki itu mengeram kesal, ia menatap Alice tajam-tajam. "Lo ngapain bubarin Alaska kemarin? Lo tau gw mau buktiin bahwa geng kita pa—"

"Oh gara-gara itu, suka-suka gw lah" jawab Alice santai dan hendak mendahului Laki itu namun, laki itu dengan cepat mencekal tangan Alice.

Alice merasa tangannya di pegang, ia memelintir tangan laki itu membuat empunya merintis kesakitan.

Teman-temannya yang tadi duduk santai melihat perdebatan mereka berdua, kini mendekati mereka.

"Lo apa-apaan sih!" bentak Dirga sambil menarik temannya.

Alice menghembuskan nafasnya kasar, ia mengusap tangan yang dipegang Devan. Ya laki itu adalah Devan.

"Gak usah pegang sembarangan" ucap Alice kemudian pergi meninggalkan mereka.

Namun, ia berhenti dan membalikkan badannya. "Wakil kok lemah, wlee" ucapnya sebelum pergi dari hadapan mereka.

***

"El, lo serius tadi berantem sama murid baru itu?" tanya Auri dengan nada pelannya.

Alice yang awalnya bermain handphone, kini menatap mereka tajam - tajam. "Murid baru songong itu?" tanya Alice dengan nada yang dibuat keras membuat Diamond menatap kearah mereka.

"Iya, lo sih asal bubarin geng Alaska aja!" bentak Gatha sambil memasang wajah kusutnya.

"Trus? Gw peduli?" jawab Alice acuh tak acuh.

"Selamat pagi anak-anak!"

Semua siswa yang tadi berkeliaran kini mencari posisi tempat duduknya, namun Alice ia masih memainkan ponselnya.

"Alice taruh ponsel kamu, ibu mau kasih informasi ke kalian semua" ucap guru itu sambil menatap ke arah Alice.

Alice yang merasa disebut pun mendongakkan kepalanya. "Kan yang bermain handphone tangan buk, kalau ibu mau kasih info yaudah kasih aja, kuping saja alhamdulilah masih sehat" jawab Alice asal.

Guru itu nampak menghembuskan nafasnya. "Baiklah, ibu mau kasih informasi kalau nilai ulangan kalian dalam Sastra Indonesia itu remedi semua!" ucap guru itu membuat semua siswa melongo tak percaya.

"Buk! Termasuk Alice?" tanya Adit sambil melirik sedikit ke arah Alice dengan lirikan mengejek.

"Kecuali dia"

HAHAHA

Alice tertawa keras membuat mereka semua menatap dirinya, Alice berdiri dan menatap kearah Adit.

"Lo mau ejek gw kan? Tapi lo gak akan pernah bisa ejek gw, cubby" ucap Alice sambil menggembungkan pipinya dan kembali tertawa.

"Lo ya, suka banget ngejek orang, el" ucap seorang siswa membuat Alice menghentikan tawanya.

"Gw ejek orang? Gak pernah tuh!" jawab Alice dengan santainya

"Sudah-sudah, hari ini k—"

Tringgg!

"Pas banget!"

"buk udah bel!"

"Jangan belajar dah buk!"

Guru menghembuskan nafasnya kasar, tanpa mengucapkan salam guru itu langsung pergi meninggalkan mereka.

"Asal keluar aja tu guru!" ucap Gatha ketus sambil merapikan buku-bukunya.

"AYO GUYS! KITA KEKANTIN GW DAH LAPER!" Teriak Alice sambil berjalan keluar kelas.

"Sumpah ya! Temen lo gak punya sopan santun dikit apa!" celutuk Satria ketika melewati meja Angle Wing

"Emang lo punya sopan santun?" tanya Nia dengan nada ketusnya.

"y-ya gw si punya lah! Masak enggak!" jawab Satria sambil memalingkan wajahnya.

Abi datang dari belakang sambil merangkul pundak Satria. "Eh ada cecan nih! Minta nomornya dong" ucap Abi sambil mengeluarkan ponselnya dan mengarahkannya kepada Gatha.

Gatha tersenyum gentir. "OGAH!" bentaknya dan pergi meninggalkan mereka disusul oleh teman - temannya.

"Gila, mereka semua suaranya udah kayak toa aja" ucap Abi sambil memasukkan ponselnya ke saku celananya.

Satria melepaskan rangkulan Abi. "Udah ah, Dir yo—" ucapan Satria terhenti ketika ia menoleh ke belakang dan udah tidak ada siapa-siapa.

"Loh, mereka kemana?" tanya Satria.

"Udah ah cabut!"

***

Teman-teman Alice yang baru memasuki kantin, langsung mendekati Alice ketika ia beradu mulut dengan Dirga dan juga Devan.

"Pergi gak lo!" bentak Alice dengan nada kasarnya.

"Emang ini kantin punya lo? Sok banget jadi orang!" kini Devan ikut membentak Alice.

Alice berkacak pinggang. "Sekolah ini emang punya gw, mau apa lo?" tanya Alice dengan nada angkuhnya.

"El udah, kita c—"

"Oh gak Auri! Lo lupa kita pakai meja ini udah 3 tahun! Gak boleh gitu, Noo" ucap Alice dengan ketus.

Dirga mendengus kesal. "Trus mau lo apa?" tanya Dirga membuat Alice membolakkan matanya.

"Lo gak ngerti? Astagfirullah! Ini nih kurang update, gak peka!" Jawab Alice sambil mengalihkan pandangannya.

Dirga acuh tak acuh, ia kembali memakan makanannya membuat Alice mendengus kesal. "Pergi lo!" bentak Alice sambil mengeprak meja, hal itu juga tak luput dari pandangan siswa siswa dikantin.

"Murid baru sok-sokan"

"Baru cowok belagu!"

"Sok keren!"

"Tapi emang keren kali!"

Satria dan Abi yang baru memasuki kantin, menatap mereka dengan tatapan bingung.

"Kenapa nih?" tanya Satria sambil duduk di depan Dirga.

Alice menghentakkan kakinya keras. "LO NGAPAIN DUDUK DISINI? PERGI KALIAN INI MEJA GW! KALIAN BUTA, ITU UDAH ADA TULISAN LAMBANG ANGLE WING!" Teriak Alice membuat mereka semua menutup telinganya.

Dirga mengelus telinganya dan menatap tajam Alice. "Oke!" bentak Dirga dan mengangkat makanannya kemudian pindah ke meja lain.

"Nah gitu kan—"

Byurr

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status