Jika anda yang membuat saya kecewa, maka jangan harap saya kembali seperti dulu!
---------:-------
ALICE turun dari kamarnya, ia melihat Papinya duduk di sofa dengan koran ditangannya.
Alice hanya acuh tak acuh melihat Papinya yang duduk disana. Hingga langkah Alice terhenti ketika Dion memanggil namanya.
"Alice, nanti kamu ikut papi ketemu klien na—"
"Saya tidak ada waktu untuk klien tidak penting anda, Tuan Dion" potong Alice tanpa menatap sedikitpun ke arah Dion.
Duk! Duk! Duk
Alice mendengar suara langkah sepatu, yang sudah mendekat ke arah dirinya.
"Jangan membantah perkataan papi Alice!" bentak Dion sambil menepuk pundak Alice kasar.
Alice menghembaskan tangan Dion dari pundaknya, dan kini ia menatap ke arah Dion. "Saya tidak boleh membantah perkataan anda, tapi anda sendiri yang sering membantah perkataan saya tuan Dion yang terhormat!" ucap Alice dengan nada tertekan.
Dion nampak mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia merasa tak suka jika Alice memanggilnya dengan sebutan tuan berkali-kali.
" Ka—"
" Sudahlah tuan Dion, saya hampir telat untuk kesekolah. Good bye and have fun! "
Alice langsung pergi meninggalkan Dion yang masih diam disana, ia masuk ke mobilnya dan segera mengendarai menuju sekolah.
Di perjalanan Alice nampak santai, sambil memutar lagi favoritnya. Sesekali ia mengikuti irama lagu, dan tak berapa lama ia sudah sampai di sekolah.
Ia langsung memarkirkan mobilnya, Siswa sudah sangat ramai di sekolah. Alice memasang earphone sebelum keluar, karena ia tau banyak siswa yang akan membicarakan ya.
Alice keluar dari mobil, namun baru saja ia keluar ia dikagetkan dengan sosok yang berdiri di samping mobilnya.
"Astagfirullah!" ucap Alice sambil memegang dadanya kaget.
Yang berdiri disamping mobilnya hanya memutar bola matanya malas. "Lo fikir gw setan?" tanya laki itu dengan ucapan ketusnya.
Alice menatap laki itu dari atas hingga ujung. "Hmmm, lo anak baru itu kan?" tanya Alice sambil menutup pintu mobilnya.
"Gak usah basa-basi, gw mau bikin perhitungan sama lo" ucap Laki itu tajam membuat Alice mengerutkan keningnya.
Alice melepaskan earponenya. "Perhitungan? Perasaan gw gak ada hutang sama lo" ucap Alice santai membuat teman laki itu sontak menahan tawa.
Laki itu mengeram kesal, ia menatap Alice tajam-tajam. "Lo ngapain bubarin Alaska kemarin? Lo tau gw mau buktiin bahwa geng kita pa—"
"Oh gara-gara itu, suka-suka gw lah" jawab Alice santai dan hendak mendahului Laki itu namun, laki itu dengan cepat mencekal tangan Alice.
Alice merasa tangannya di pegang, ia memelintir tangan laki itu membuat empunya merintis kesakitan.
Teman-temannya yang tadi duduk santai melihat perdebatan mereka berdua, kini mendekati mereka.
"Lo apa-apaan sih!" bentak Dirga sambil menarik temannya.
Alice menghembuskan nafasnya kasar, ia mengusap tangan yang dipegang Devan. Ya laki itu adalah Devan.
"Gak usah pegang sembarangan" ucap Alice kemudian pergi meninggalkan mereka.
Namun, ia berhenti dan membalikkan badannya. "Wakil kok lemah, wlee" ucapnya sebelum pergi dari hadapan mereka.
***
"El, lo serius tadi berantem sama murid baru itu?" tanya Auri dengan nada pelannya.
Alice yang awalnya bermain handphone, kini menatap mereka tajam - tajam. "Murid baru songong itu?" tanya Alice dengan nada yang dibuat keras membuat Diamond menatap kearah mereka.
"Iya, lo sih asal bubarin geng Alaska aja!" bentak Gatha sambil memasang wajah kusutnya.
"Trus? Gw peduli?" jawab Alice acuh tak acuh.
"Selamat pagi anak-anak!"
Semua siswa yang tadi berkeliaran kini mencari posisi tempat duduknya, namun Alice ia masih memainkan ponselnya.
"Alice taruh ponsel kamu, ibu mau kasih informasi ke kalian semua" ucap guru itu sambil menatap ke arah Alice.
Alice yang merasa disebut pun mendongakkan kepalanya. "Kan yang bermain handphone tangan buk, kalau ibu mau kasih info yaudah kasih aja, kuping saja alhamdulilah masih sehat" jawab Alice asal.
Guru itu nampak menghembuskan nafasnya. "Baiklah, ibu mau kasih informasi kalau nilai ulangan kalian dalam Sastra Indonesia itu remedi semua!" ucap guru itu membuat semua siswa melongo tak percaya.
"Buk! Termasuk Alice?" tanya Adit sambil melirik sedikit ke arah Alice dengan lirikan mengejek.
"Kecuali dia"
HAHAHA
Alice tertawa keras membuat mereka semua menatap dirinya, Alice berdiri dan menatap kearah Adit.
"Lo mau ejek gw kan? Tapi lo gak akan pernah bisa ejek gw, cubby" ucap Alice sambil menggembungkan pipinya dan kembali tertawa.
"Lo ya, suka banget ngejek orang, el" ucap seorang siswa membuat Alice menghentikan tawanya.
"Gw ejek orang? Gak pernah tuh!" jawab Alice dengan santainya
"Sudah-sudah, hari ini k—"
Tringgg!
"Pas banget!"
"buk udah bel!"
"Jangan belajar dah buk!"
Guru menghembuskan nafasnya kasar, tanpa mengucapkan salam guru itu langsung pergi meninggalkan mereka.
"Asal keluar aja tu guru!" ucap Gatha ketus sambil merapikan buku-bukunya.
"AYO GUYS! KITA KEKANTIN GW DAH LAPER!" Teriak Alice sambil berjalan keluar kelas.
"Sumpah ya! Temen lo gak punya sopan santun dikit apa!" celutuk Satria ketika melewati meja Angle Wing
"Emang lo punya sopan santun?" tanya Nia dengan nada ketusnya.
"y-ya gw si punya lah! Masak enggak!" jawab Satria sambil memalingkan wajahnya.
Abi datang dari belakang sambil merangkul pundak Satria. "Eh ada cecan nih! Minta nomornya dong" ucap Abi sambil mengeluarkan ponselnya dan mengarahkannya kepada Gatha.
Gatha tersenyum gentir. "OGAH!" bentaknya dan pergi meninggalkan mereka disusul oleh teman - temannya.
"Gila, mereka semua suaranya udah kayak toa aja" ucap Abi sambil memasukkan ponselnya ke saku celananya.
Satria melepaskan rangkulan Abi. "Udah ah, Dir yo—" ucapan Satria terhenti ketika ia menoleh ke belakang dan udah tidak ada siapa-siapa.
"Loh, mereka kemana?" tanya Satria.
"Udah ah cabut!"
***
Teman-teman Alice yang baru memasuki kantin, langsung mendekati Alice ketika ia beradu mulut dengan Dirga dan juga Devan.
"Pergi gak lo!" bentak Alice dengan nada kasarnya.
"Emang ini kantin punya lo? Sok banget jadi orang!" kini Devan ikut membentak Alice.
Alice berkacak pinggang. "Sekolah ini emang punya gw, mau apa lo?" tanya Alice dengan nada angkuhnya.
"El udah, kita c—"
"Oh gak Auri! Lo lupa kita pakai meja ini udah 3 tahun! Gak boleh gitu, Noo" ucap Alice dengan ketus.
Dirga mendengus kesal. "Trus mau lo apa?" tanya Dirga membuat Alice membolakkan matanya.
"Lo gak ngerti? Astagfirullah! Ini nih kurang update, gak peka!" Jawab Alice sambil mengalihkan pandangannya.
Dirga acuh tak acuh, ia kembali memakan makanannya membuat Alice mendengus kesal. "Pergi lo!" bentak Alice sambil mengeprak meja, hal itu juga tak luput dari pandangan siswa siswa dikantin.
"Murid baru sok-sokan"
"Baru cowok belagu!"
"Sok keren!"
"Tapi emang keren kali!"
Satria dan Abi yang baru memasuki kantin, menatap mereka dengan tatapan bingung.
"Kenapa nih?" tanya Satria sambil duduk di depan Dirga.
Alice menghentakkan kakinya keras. "LO NGAPAIN DUDUK DISINI? PERGI KALIAN INI MEJA GW! KALIAN BUTA, ITU UDAH ADA TULISAN LAMBANG ANGLE WING!" Teriak Alice membuat mereka semua menutup telinganya.
Dirga mengelus telinganya dan menatap tajam Alice. "Oke!" bentak Dirga dan mengangkat makanannya kemudian pindah ke meja lain.
"Nah gitu kan—"
Byurr
"Udah, kenyang." Alice menutup mulutnya, dan menggelengkan kepalanya. Makanan yang ada dihadapannya itu , sangatlah tidak enak. Hambar.Dion menganguk, dia menaruh nampan berisi makanan dan menyondorkan segelas air putih."Temen-temen kamu, nanti malem datang ke sini," ujar Dion, agar Alice tidak bertanya lagi dimana Teman-temannya berada.Karena semenjak dia bangun, tidak ada Teman-temannya disamping dirinya. Hanya Dion seorang diri berada disampingnya."Anda ngapain disini? Saya bisa sendirian," ujar Alice.Dion menghembuskan nafasnya. "Papa Minta maaf."Sedetik...Dua detik...Tiga detik...Alice masih diam, dia tak menatap dan menghiraukan ucapan Dion."Papa minta maaf, papa terlalu tegas buat kamu bahkan papa cuman ngur—""Kenapa baru nyadar sekarang?" Potong Alice cepat, yang kini sudah menatap Dion dengan mata berkaca-kaca. Sebisa mungkin dia menahan air matanya agar tidak jatuh."Kemana papa yang dulu? Kemana papa yang selalu ada buat aku?" Alice menggelengkan kepalanya. "bahk
Jangan pernah harap, saya akan menyatukan kamu dengan kakak kamu-—---:-—---Di ruangan serba putih, Alice berbaring dengan lemah di bankar rumah sakit. Setelah 3 jam di larikan ke rumah sakit, tak ada tanda-tanda Alice sadar.Teman-teman Alice, sudah berada di kamar vip Alice. Terkecuali keluarga Alice, mereka masih merahasiakannya terkecuali Sendy."Serius Dir, Devan yang nyelakain Alice?" tanya Abi setelah mendengarkan cerita Dirga.Dirga Mendesah. "Gue gak tau, tapi pas gue datang Devan bawa tongkat Base Ball, trus berdiri di hadapan Alice yang udah kayak gini," jawab Dirga.Mereka semua bimbang, harus percaya yang mana dan siapa."Kalau bener Devan, apa maksud dia? Piala diamond udah dia yang ambil, ya kali dia nyelakain Alice juga," imbuh Satria."Jadi, Dirga jauhin Devan karena dia ngambil piala diamond?" tanya Gatha cepat, membuat mereka menatap dirinya."Lo kenapa kayak, sok perhatian gitu baru bahas Devan?" tanya Sendy dengan nada, yang mungkin tak pernah Gatha dengar."Gue
Gue udah percaya sama lo, tapi kenapa lo bertindak lebih? -Dirgantara putra Alvaska Drt... Dirga membuka matanya, mendengar handponenya berbunyi. Dia menatap jam dinding yang baru menunjukkan pukul 12 malam.Dirga mengambil handpone dengan mata tertutup sebelah, dia mengucek matanya dan membaca nama yang tertera.Alice memanggil.. Dirga tersenyum simpul, ketika membaca nama yang tertera dilayar ponselnya."Jam segini udah kangen," monolognya dan menekan tombol hijau."Ha—""JANGAN TELFON DIA!" "Bisa diem gak sih lo?" Deg! Nyawa Dirga dengan otomatis begitu saja langsung terkumpul, hati nya w
Halo semua, maaf ya baru bisa update! Ini adalah hasil cerita revisi nya ya, buat kalian yang belum baca versi revisi bisa baca ulangAku udh lama gak update karena lagi revisi dari awal sampai bab ini heheSemoga suka dengan versi revisinya Thnks you HAPPY READING Entah apa salah diriku, hingga aku dilibatkan dalam masalah mereka
"DIR KALI LO, BERDARAH!" *** "Ciee, lo khawatir ya sama gue," Ledek Dirga ketika Alice yang sudah selesai mengobati luka dikaki Dirga. Luka di kaki Dirga tidak terlalu parah, hanya terdapat luka di bagian tumit dan telapak kakinya saja. Alice menutup p3k dengan ketus, dia berdiri dan hendak pergi tanpa mengucapkan satu kata apapun namun Dirga menariknya dengan keras, membuat Alice menunbruk dada bidang milik Dirga. Dirga tersenyum, dia mendekatkan bibirnya di telinga Alice. "Makasih," bisiknya membuat Alice berngidik ngeri..
Cari dimana piala Diamond berada, kalau lo bisa nemuin kita bakal maafin lo. Salah gak salah, lo harus temui itu, paham?"*** Terkadang teman baik bisa saja berubah menjadi teman bangsat----:----- Pritt! Suara peluit memberhentikan seluruh siswa yang tengah berlari di pinggir lapangan, mereka mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal. Beda hal nya dengan seorang gadis yang bukannya berlari, tapi malah berjalan dengan santainya di tengah lapangan. "ALICE CHARLOTTE!" teriak pak Sanjaya, selain sebagai penjaga perpustakaan, kini dia dijabat sebagai guru olehara, te