Share

13 - Juna

Kehidupan selalu punya misteri

"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.

Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera  bertemu dengan mimpi.

Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.

Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.

Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.

Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.

Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf," ucap Juna.

Mendengar itu, Aiys segera menoleh ke Juna. "Kenapa minta maaf, kamu tidak salah," balas Aiys.

Juna terdiam mendengar respon Aiys, namun tidak berniat membalasnya. Menganti topik pilihannya.

Juna menatap, "Aiys, ngantuk?" tanya Juna.

Aiys menggelengkan kepalanya, melihat itu Juna mengangguk paham. Aiys melihat Juna sekilas, dan teringat keberangkatannya besok. Hingga saat ini Aiys belum memberitahu Juna tentang kepindahannya. Aiys berencana di depan rumahnya nanti akan berkata sejujurnya kepada Juna.

"Bosan," kata Aiys.

Juna segera mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi yang sangat trending belakang ini, ya Tiktok. Aiys dan Juna pun segera membuat tiktok. Banyak tawa yang tercipta di sela mereka buat tiktok.

"Juna," panggil Aiys.

Juna mengangkat satu alisnya. "Tadi Juna menang, jadi permintaan Juna apa?" tanya Aiys pelan.

"Apa bagusnya?" tanya Juna menatap Aiys.

Aiys lumayan kesel diperlakukan seperti ini. "Iiihhh," sebel Aiys.

Juna menawan tawanya, "Makan bersama aku nanti," kata Juna.

Aiys mencerna permintaan Juna, hanya makan bersama? Pikirnya. Namun yang sebenarnya menjadi beban Aiys, Aiys harus pulang cepat.

"Aiys, haruss .... pulang cepat," ucap Aiys pelan.

Juna segara melihat jamnya. 15.48 WIB. "Ini masih belum jam empat Aiys," kata Juna sambil memperlihatkan jamnya ke Aiys.

"Perjalanan kita masih jauh?" tanya Aiys.

Juna melihat ke samping, "Tidak kok, 45 menit lagi sampai." Kata Juna.

Aiys mengangguk tanda paham, "Okey," senyunnya.

Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Aiys menciptakan lengkungan di sudut bibir Juna, "Gitu dong," katanya sambil.menggenggam tangan Aiys.

Aiys lumayan kaget, namun entah mengapa. Jurus seribu kantuk menyerangnya. Beberapa kali Aiys menguap, hingga tertidur. Juna yang mendapati tidak ada respon dari Aiys, segera menoleh.

"Putri tidur," lirih Juna.

Juna segera menyusul Aiys ke alam mimpinya, olimpiade membuat banyak tenaga dan pikirannya terkuras.

Mobil yang mereka tumpangi telah sepenuhnya berhenti di halaman sekolah, namun belum ada nyawa-nyawa yang bangkit dari dunia mimpinya. Guru pendampingpun ikut terlelap. Hingga supir membangun bu Anita yang duduk paling depan samping supir.

"Kita sudah sampai," himbau Bu Nita ke belakang.

Bu Nita yang menggunakan pengeras suara, sontak membuat penghuni mobil terbangun san segera mengumpulkan nayawa mereka. Samahal dengan Aiys, Aiys segera merenggangkan tangannya hingga mengenai Juna yang tertidur di sampingnya.

Juna menguap, "Udah sampai?" tanyanya.

Aiys hanga mengangguk pertanda sudah sampai. Di dalam mobil sudah sepi, sebagian udah keluar dan berkumpul di lapangan. Bu Nita telah berdiri di depan dengan beberapa piala kejuaraan.

"Terimakasih anak-anakku," ucap Bu Nita mengawali sambutannya.

Di media sosial mereka telah banyak ucapan, selamat. Pejuang dari SMA NUSANTARA. Bu Nita telah selesai memberi sambutan 5 menit yang lalu dan telah banyak yang pulang ke rumah masing-masing. Aiys dan Juna segera menuju pakiran untuk pergi menuruti permintaan Juna. Namun sebelum Aiys dan Juna sampai di mobil. Tasya segera menghampiri Juna dan langsung memeluknya. Juna kaget dan tidak membalas pelukannya. Tasya tidak melepaskan hingga,

"Hhmm," Juna berdehem.

Tasya segera melepaskan pelukannya dan Juna segera menatap Aiys. Tasya masih menatap Juna dalam dengan mata yang bersinar, "Terimakasih Jun," peluk Tasya lagi.

Juna masih tidak membalas pelukan Tasya, "Sama-sama Tasya," jawab Juna dingin namun ada senyuk kecil di bibirnya.

Tasya melepaskan Juna dan segera memeluk Aiys sebentar, "Terimakasih juga Aiys,"

Aiys membalas pelukan Tasya, "Sama-sama kak, terimakasih juga," katanya.

Mereka bertiga terdiam sebentar, "Yaudah, aku duluan ya," kata Tasya sambil melambaikan tangan.

Juna dan Aiys membalas lambaian tangan Tasya. Sebelum mereka masuk mobil, "Kamu tidak mau mengucapkan sesuatu gitu?" sindir Juna ke Aiys sambil melebarkan tangan meminta di peluk.

Aiys segera menghampiri Juna, "Modus," kata Aiys lalu masuk ke mobil.

Juna terdiam di tempat, Juna pikir bakalan dapat pelukan dari Aiys. Ternyata tidak, tidak mau ambil pusing Juna segera masuk dan mengemudikan mobil menuju salah satu mall di dekat sekolahnya.

Juna dan Aiys masuk ke salah satu cafe yang berada di lantai lima mall tersebut, tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Juna memilih duduk di tepi jendela. View yang ditampilkan sangat bagus, membuat mata yang menatapnya berhenti berkedip.

Aiys masih memandangi, "Bagus," ucap Aiys pelan namun masih di dengar Juna.

Juna hanya membalas dengan senyuman yang terus menatap ke depan. "Terimakasih kak," kata Aiys lagi.

Mereka segera duduk dan memesan makanan dan minimum. Tidak lama kemudian pesanan mereka datang, "Makan Aiys," kata Juna.

Aiys mengangguk dan segera makan. Selama makan tidak ada obrolan yang tercipta. Mereka asyik dalam pikiran masing-masing sambil menatap langit sore. Awan putih yang ditumpahi sinar orange.

Setelah menyudah makan, "Aiys, aku  ke toilet bentar," kata Juna.

"Iya Juna," kata Aiys yang juga menyudahi makannya.

Juna segera melangkah namum tidak ke toilet namun ke mobilnya. Di dalam mobil Juna telah menyiapkan hadiah untuk Aiys. "Semoga kamu suka," kata Juna sendiri lalu menutup mobilnya.

Aiys memandangi sekeliling, banyak pasangan muda mudi disini. Aiys melihat penampilannya lewat kamera ponsel. Rok abu-abu dengan baju kemeja putih dibalut jaket olimpiade silver membuatnya tersenyum. Aiys berniat  berdiri untuk melihat pemandangan.

[Dek, kenapa belum pulang? Udah pukul 18.00 wib lebih ni. Kamu harus istirahat!] Mama.

Aiys membaca pesan dari mamanya dan segera melihat jam tangannya. Aiys harus segera pulang namun Juna masih belum kelihatan.

[Sebentar lagi, adek pulang mom] balas Aiys.

Aiys lega membalas pesan mamanya, Aiys berdiri menikmati siraman mentari senja. Juna yang telah masuk langsung berdiri dibelakang Aiys dengan bunga mawar yang sangat harum dan indah, ditambah satu kalung di tangannya.  Juna langsung mengalungkan ke leher Aiys secara perlahan dari belakang.

Aiys kaget langsung menoleh ke belakang, "Juna," lirihnya.

Juna tidak menjawab, dengan tenang tetap memasangkan kalung senyum selalu menghiasi wajah Juna. Setelah Juna selesai, Juna memberikan bunga mawar ke Aiys dengan berlutut di depan Aiys.

Melihat aksi Juna tersebut, banyak pasang mata yang melihat mereka. "Aiys, maukan jadi pacarku?" ucap Juna pelan di depan Aiys.

Aiys diam, "Aiys mau kak, Aiya mau, sangat mau," kata Aiys dalam hatinya. Namum mengingat besok ia telah berpindah pulau. Membuat Aiys meneteskan Aiys mata. Juna yang menyadari Aiys menangis segera berdiri menghapus air mata Aiys dengan jarinya.

"Maaf Juna," ucap Aiys pelan.

Juna masih tenang mendengar jawaban Aiys. "Aiys tidak bisa," jawab Aiys dengan satu air matanya.

Bunga yang di pegang Juna jatuh begitu ke lantai, pengunjung yang melihat langsung dapat menyimpulkan kalau cintanya di tolak. Banyak kata yang terlontar dari mulut pengunjung secara pelan, namun masih bisa Aiys mendengarnya.

"Padahal mereka cocok,"

"Kenapa di tolak?"

"Itu kenapa nangis?"

"Terima Tasya," ucap Aiys pelan. "Dia sayang kamu," tambah Aiys.

Juna mencerna ucapan Aiys, "Aku sayang Aiys," balas Juna menggenggam tangan Aiys. "Apa kamu di ancam Tasya?" tanya Juna.

Aiys menggelengkan kepalanya, "Terus kenapa?" tanya Juna menatap Aiys. "Belum bisa move on dari Daffa?" tanya Juna lagi.

Aiys menggelengkan kepalanya lagi, "Aiys udah move dari Daffa karena bantuan kamu, Aiys ingin menjadi pacar kamu, tapi tidak mungkin Juna," kata Aiys dalan hatinya. Hanya air mata yang menetes membasahi pipi Aiys.

Melihat Aiys menangis lagi, Juna segera merangkul tubuh kecil Aiys. Aiys menangis lagi, berat baginya meninggalkan semua ini.

Aku mencintaimu,

Namun membalas rasa itu,

Membuatku tak mampu berdetak

Barat bagiku,

Pergi dari kehidupanmu

Kenapa disaat aku menemukan

Aku harus melepaskan?

"Aku tidak masalah di tolak, namun kenapa Aiys menangis?" tanya Juna ketika Aiys melepas pelukannya.

"Go..ood Bye Jun," kata Aiys terbata.

Juna terdiam mendengar ucapan Aiys, wajahnya yang tadi tenanh sekarang berubah dengan seribu tanda tanya.

Juna masih diam, "Aiys bakalan pindah," katanya lagi.

Mendengar itu Juna merinding, kalimat yang terucap dari mulut Aiys barusan seakan arus yang menyengat dirinya.

Juna menghirup napas dalam lalu melepaskannya, "Pindah apa maksudnya?" tanya Juna pelan.

Aiys berusaha menahan air matanya, "Aiys.. pindah ke desa," katanya dengan satu air mata yang lolos.

Juna terdiam, "Kapan Aiys?" tanya Juna.

Aiys menatap wajah Juna, "Besok," ucap Aiys pelan.

"BESOK??" ulang Juna.

Aiys mengangguk, "Kenapa baru bilang sekarang?" tanya Juna frustasi.

Aiys diam, "Aiys tidak mau Juna sedih," jujur Aiys.

“Ini yang membuatku, sedih Aiys,” jawab Juna pelan.

Aiys tersenyum dalam tangisnya, "Terima Tasya Juna," kata Aiys menggenggam tangan Juna.

Juna masih diam dalam pikirannya, berita ini sangat membuatnya terpukul. Bahkan ini jauh lebih rumit dari soal yang ia kerjakan tadi. "Pulang yok," ajak Aiys.

Juna masih berdiri di tempatnya, "Sekali ini, bersama akulah," ucap Juna pelan.

Aiys ingin menangis lagi, namun untuk kali ini. Aiys mampu menahannya. "Mama udah nyuruh pulang Juna," kata Aiys.

Mendengar itu, Juna segera mengeluarkan ponselnya dan menelpon mama Aiys.

[Hallo mama,] sapa Juna.

[Iya  Juna,]

[Ma, Juna mau ajak Aiys jalan dulu boleh?]

[Gimana ya? Besok..] Kata mama lalu terdiam.

[Juna udah tau, Ma. Sekali ini aja.]

[Iya Juna, jangan terlalu malam,]

Sambungan telefon itupun terputus. Aiys hanya diam mendengarkan obrolan Juna dan Mamanya.

"Udah dapat izin," kata Juna meraih tangan Aiys.

Aiys melihat Juna, "Kita mau kemana?" tanya Aiys.

"Kita buat kesan terindah," jawab Juna.

Juna dan Aiys keluar dari cafe tersebut. Bunga mawar nan indah dan harum masih tergeletak di lantai tersebut. Merekapun langsung mengarahkan langkah menuju bioskop disana. Sebelum masuk, telah banyak makanan yang mereka beli.

20.20 WIB mereka baru keluar dari bioskop, Aiys dan Juna segera kepakiran. Walau udah dapat izin dari mamanya, Juna tetap ingat kesehatan Aiys. Juna tidak mau Aiys jatuh sakit. Di dalam mobil hanya keheningan yang tercipta. Namun tangan Aiys dan Juna saling berkaitan tidak mau lepas sedari masuk ke dalam mobil.

Juna masih tenang, namun jauh di lubuk paling dalam. Juna menangis kehilangan Aiys. Sampai di depan rumah Aiys. Juna dan Aiys ikut turun masuk. Telah banyak oleh-oleh yang dibeli Juna untuk keluarga Aiys. Aiys melihat Juna yang begitu hangat dan dekat dengan keluarga Aiys, membuatnya tersenyum dan menilai plus Juna.

"Kalau kita jodoh bakalan ketemu kok," ucap Aiys pelan lalu langsung mendekat untuk memberi minum.

Juna pamit ketika pukul 23.08 WIB. Banyak obrolan yang mereka ciptakan. Aiys mengantar Juna ke depan. "Besok aku ke bendara juga," kata Juna melambaikan tangan ke Aiys.

Aiys membalas, "Terimakasih," ucap Aiys.

Juna segera mengemudikan mobilnya dan perlahan menghilang. Sepeninggal Juna, Aiys melihat kalung yang melingkar di lehernya. Aiys memegang, "Kalung love yang sangat indah," kata Aiys lalu masuk ke rumahnya untuk istirahat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status