Share

8 - Menuju Perpisahan

Biarkan membekas, jangan mencoba menghapus

Biarkan abadi, dalam bingkai bernama kenangan

Hari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik.

"Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.

Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya.

"Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.

Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu.

"Daffa," katanya.

Aiys tidak ingin seperti wanita lainnya, yang kalau putus semuanya kenangan di hapus. Bagi Aiys, kalau mau dihapus. Buat apa menciptakan kisah?

"Terimakasih Daffa," katanya.

Disamping itu ada fotonya bersama Papa, Mama, dan kak Amel, "Doain Aiys," katanya memegang foto tersebut.

Aiys lanjutkan langkahnya, terdapat fotonya dengan Keysa di tempat wisata, Keysa dan Aiys yang sama-sama memakai baju hijau dengan rambut masih sampai bahu dan tinggi yang belum sampai satu meter. Ya,   foto kecil mereka.

"Keysa," kaget Aiys.

Sampai saat ini Aiys belum ada memberitahu siapa-siapa tentang kepindahannya. Seminggu ini pikiran Aiys selalu terbagi-bagi dan itu semua begitu dirasakan oleh Juna. Sudah berkali-kali Juna menanyakan Aiys, namun Aiys selalu menjawab dengan senyum dan, “Ayo belajar."

"Besok Aiys harus memberitahu Keysa," katanya sendiri.

Aiys memilih merebahkan tubuhnya, sejenak mencoba keluar dari lika liku kehidupan. Masih berat bagi Aiys untuk meninggalkan kota sejuta kenangan ini. Di tatapnya langit-langit loteng kamar, dan Aiys berpindah ke dunia mimpi.

***

Juna masih sibuk dengan beberapa soal dihadapannya. Tanpa ia sadari hari telah berganti. H-2 perlombaan, Juna yang dipercaya sebagai ketua tim harus extra dari Aiys dan Tasya. Bayangkan Aiys melintas dipikirkan Juna, sampai saat ini. Juna belum menyatakan rasanya pada Aiys dengan sungguh-sungguh. Diperhatikannya foto dirinya dan Daffa. Ya, Daffa adalah sepupu Juna. Juna  telah tau permasalahan cinta Daffa dengan Aiys. Juna dan Daffa sejak awal sama-sama menyukai Aiys, namun Juna memilih mengalah dan membiarkan sepupunya maju. Sebelum Daffa daftar ke Australia, Juna diberi kepercayaan oleh Daffa. Masih teringat oleh Juna waktu itu di cafe Janji Jiwa.

***

"Ada apa Bro?" tanya Juna masih dengan seragam sekolahnya.

"Duduk," datar Daffa.

Juna segera mengikuti intruksi Daffa, "Tidak seperti biasanya," kata Juna.

"Kamu masih suka Aiys?" tatap Daffa datar.

Juna memperhatikan raut wajah Daffa, kenapa Daffa bertanya demikian. "Masih," jujur Juna.

Mendengar pernyataan Juna yang masih menyayangi kekasihnya, Daffa menghirup nafas berat. "Kalau gitu, sayangi Aiys setelah gue pergi ke Jerman!" tegas Daffa dengan tatapan sendunya.

"Jerman?" ulang Juna.

"Iya," pasrah Daffa.

"Bukannya Alisya tidak bisa...?" Juna mengantungkan pertanyaan.

"Iya, Aiys tidak bisa LDR." Sambung Daffa, "Tapi gue tidak bisa melihat Aiys tersakiti nantinya," Daffa mengalihkan pandangan ke tempat lain.

"Tersakiti?" ulang Juna. Juna tidak paham dengan kondisi yang sedang dihadapinya.

"Tumor yang tumbuh di kaki gue semakin menyabar," kata Daffa serius.

Masalah penyakit Daffa, Juna sudah tau sedari dulu. Daffa mengidap tumor di kakinya akibat dulunya, Daffa terjatuh dan kakinya keseleo. Menganggap itu tidak kenapa-kenapa Daffa membiarkan saja. Hingga satu tahun kemudian kakinya bertambah parah dan harus dilakukan operasi kecil. Untung waktu itu keluarga Daffa segera mengantarkan ke rumah sakit sehingga kaki Daffa tidak di amputasi. Setelah operasi kecil berhasil, tiga bulan kemudian Daffa masih mengeluh sakit kakinya. Diperiksa ke dokter ternyata disana tumbuh sel kanker.

Juna masih terdiam, "Gue ke Jerman untuk belajar sekaligus berobat," terang Daffa.

"Gue harap lo bisa gantiin posisi gue bagi Aiys," tambah Daffa.

"Gue?" tanya Juna.

"Iya, hanya lo yang bisa gue percaya," tatapan Daffa serius.

Daffa mulai menceritakan kebiasaan Aiys yang ia tahu ke Juna, sampai dengan sikap dan sifat Daffa ke Aiys dan juga rencana Daffa yang akan close contak dan semua akun media sosialnya.

***

"Doain gue bro," kata Juna tepat di foto Daffa dan dirinya.

Juna mulai menyusun rencana untuk menyatakan rasa pada Aiys,  terlintas dalam pikirannya, "Waktu olimpiade fisika." Juna menimbang sebentar dan, "Ya, waktu olimpiade fisika," katanya.

Juna segera memilih tidur, besok pagi ia juga menjemput Aiys. Juna tidak mau buruk dihadapan Aiys.

***

Aiys keluar dari kamarnya dengan muka yang lebih fresh dari biasanya, seperti biasa Juna telah menunggu di luar. Sejak kabar ke pindahan Aiys dan keluarga Juna tidak diizinkan Aiys menunggu di dalam hanya sampai teras saja, bukan dengan kata tetapi dengan sikap Aiys yang tidak pernah mengajak Juna lagi ke dalam rumahnya. Aiys juga telah bilang hal demikian ke Mama, Papa, dan kakaknya. Aiys tidak mau banyak orang sedih kalau tau Aiys pindah.

"Pagi Juna," sapa Aiys ketika sampai di teras.

Juna sempat melihat sebentar ke dalam rumah Aiys, "Yok berangkat," ajak Juna.

Juna segera masuk ke dalam mobil diikuti oleh Aiys.

"Gimana persiapannya?" tanya Juna.

"Aiys berusaha kok Jun," jujur Aiys tanpa melihat Juna. Aiys capek, di siang hari harus memindahkan barang-barang dan malamnya harus bergadang untuk belajar.

Juna hanya mengangguk kecil pertanda paham. Banyak yang ingin Juna tanyakan pada Aiys, melihat mata Aiys yang sekarang sudah mulai ada kantong hitam.

"Junn," panggil Aiys kecil.

"Hhmm" Juna hanya mendehem dan mengarahkan pandangan ke Aiys sebentar lalu fokus lagi ke depan.

"Nanti pulang sekolah, boleh Aiys bareng Keysa?" tanya Aiys kecil.

Juna berfikir sejenak, sepulang sekolah Juna berencana mengadakan kuis seperti biasanya. Tidak apa-apalah, hari ini juga terakhir sekolah dan pengumuman pemuncak.

"Kenapa?" tanya Juna penasaran.

"Ada yang mau Aiys obrolin sama Keysa," ucap Aiys lembut.

Juna terdiam sejenak, "Maaf," ucap Aiys.

"Boleh," kata Juna.

"Makasih," senyum Aiys.

Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing. Aiys harus ngomong sama Keysa prihal kepindahannya. Aiys juga harus minta maaf ke tteman-temannya. Hari ini, hari terakhir Aiys sebagai siswi SMA Nusantara, hari terakhir Aiys ke sekolah. Surat kepindahan Aiys sudah sejak 3 hari yang lalu di selesaikan Mamanya, seperti pesan Aiys ke Mamanya, "Jangan beri tahu yang lain," juga disampaikan ke pihak sekolah demikian.

"Bakalan bawa piala?" tanya Juna dengan senyumnya.

Bahkan Aiys lupa, kalau hari ini pengumuman pemuncak, "Semoga," kata Aiys dengan senyum.

"Kalau bawa piala, traktir ya" tantang Juna.

"Oke, Juna juga," tantang Aiys balik dengan mengacungkan jari kelingkingnya.

Juna segera menautkan jari kelingking miliknya ke jari kelingking Aiys. Dengan cepat Juna mengubah posisi jari mereka menjadi genggaman.

Aiys kaget, "Biarkan begini," kata Juna dingin.

Aiys perhatikan Juna. Dengan tenangnya Juna mengemudi dan tatapannya fokus ke depan.

"Nyaman," kata Aiys kecil.

Kenapa disaat kutemukan warna

Sekejap kau buat keabuan

Bukan tentang rasa,

tapi arti kenyamanan

Namun,

Akan banyak titik yang kau ciptakan setelah ini

Aiys berjalan sejajar dengan Juna menuju lapangan, bukan pemandangan baru lagi bagi penghuni SMA Nusa. Kedekatan Juna dengan Aiys sudah menjadi gosip terbaru seantero sekolah.

Tasya yang milihat Juna dari kejauhan segera menghampiri, "Pagi Juna," sapanya.

Juna menatap Aiys sekilas, "Pagi Tas," senyum Juna.

"Pagi kak Tasya," sapa Aiys.

Tasya segera menoleh ke Aiys, "Pagi," senyum kecil Tasya.

"Jun, siang nanti jadi?" tanya Tasya ke Juna sambil mengulas senyum terbaiknya.

"Tidak Tas," dingin Juna.

"Kenapa?" wajah Tasya langsung berubah.

Juna segera mengarahkan pandangan ke Aiys,"Aiys tidak bisa," pelan Juna.

Tasya menatap Aiys dengan sinis,"Kenapa Aiys, udah H-2 ni," tegasnya.

Aiys kebingungan, ini kenapa? Di tatapnya Juna. Juna yang merasa bersalah tidak menjelaskan ke Aiys langsung bicara, "Tidak hanya Aiys, gue juga tidak bisa Tasya," kata Juna.

Tasya berfikir sejenak, ekspresinya langsung berubah. "Iya, tidak apa-apa Jun," senyumnya.

Aiys memilih diam, "Ayok Aiys," ajak Juna sambil menggandeng tangan Aiys.

Aiys membiarkan tangannya digandeng Juna, mengikuti dan melangkah berdua. Muka Tasya langsung berubah drastis melihat adegan di depan matanya, "Dasar wanita genit," umpat Tasya namun tidak kedengaran oleh Aiys dan Juna.

"Kemana?" tanya Juna.

"Ke gazebo aja," kata Aiys.

Juna tidak membalas kata Aiys namun langkah kakinya mengarah ke intruksi yang barusan Aiys lontarkan.

Di dalam gazebo telah duduk Keysa, "Sampai juga," kata Keysa.

Aiya segera duduk di samping Keysa dan Juna pergi, hari ini. Hari yang sibuk bagi Juna. Hari pengumuman pemuncak kelas.

"Key," panggil Aiys.

Keysa memperhatikan Aiys, "Hemmm," dehemannya.

Aiys terdiam sejenak, "Aiys bakalan rindu Keysa," peluk Aiys.

Keysa kaget dengan reaksi Aiys, "Sejak kapan kamu begini Aiys?" heboh Keysa.

Aiys diam dan mencoba menetralkan hatinya, "hehehe," tawanya.

"Key, kelas yuk," ajak Aiys.

"Mau mengapa? Berisik," kata Keysa kecil.

Aiys tidak mempedulikan kata Keysa, Aiys tarik tangan Keysa untuk mau ke kelas.

"AIYS," bentak Keysa.

"Kelas yuk," manja Keysa.

"Kamu kenapa, aneh begini," heran Keysa namun masih mengikuti langkah Aiys.

Sepanjang jalan menuju kelas, Aiys hanya terdiam menikmati detik-detik terakhirnya disini.

"Pagi," kata Aiys melangkah masuk ke kelas.

Penghuni kelas segera menoleh, "Eh, pagi Aiys.." sarentak jawab mereka.

Aiys memandangi sejenak, "Kenapa Aiys?" tanya Melati.

Aiys mengulas senyumnya, "Tidak mel,"

"Boleh Aiys, minta foto satu persatu?" tanya Aiys.

"Kita hanya libur 10 hari Aiys, tidak usah berlebihan," dingin Keysa.

"Bukan berlebihan Keysaaaa," kesel Aiys.

Keysa memandangi Aiys, belakangan ini sifat dan sikap Aiys sangat berbeda.

"Key, tolong.." pinta Aiys.

Keysa langsung mengambil ponsel milik Aiys dan mulai mengambil gambar Aiys satu persatu dengan penghuni kelas termasuk dirinya.

"Terimakasih Key," peluk Aiys sejenak.

Keysa hanya diam memperhatikan Aiys, Aiys mengeluarkan kertas origami, "Teman boleh Aiys minta satu lagi?" Tanyanya.

"Aiys kenapa?" heran penghuni kelas.

Aiys terdiam, Aiys tidak kuat lagi. Namun tetap mencoba mengulas senyumnya.

"Kan mau pisah," senyum Aiys. "Teman tolong dibuat pesan dan kesan buat Aiys, di tambah dengan harapannya buat Aiys," kata Aiys antusias sambil membagikan kertas origami ke masing-masing temannya.

Teman sekelas Aiys menerima dengan senang hati, dan mereka tidak adak berpikiran kalau Aiys bakalan pindah.

Aiys segera mendekati Keysa, "Key," sapanya.

Keysa memandangi Aiys sekilas, dan langsung melotot. "Aiys, kamu sehatkan?" tanya Keysa memperhatikan muka Aiys.

Aiys berusaha mengulas senyumnya, Aiys pandanggi muka Keysa,

Izinkan, engkau tetap disini

Melangkah dan berlari bersama

Mengaitkan jemari, hingga kita

Capai titik itu,

sahabat.

"Sehat," jawab Aiys dengan senyumannya.

Keysa menelusuri wajah Aiys, mencoba mencari celah kebohongannya.

"Key," kata Aiys.

Keysa tidak memperdulikannya, tetap Keysa lanjutkan misinya,"Key," panggil Aiys lagi.

"KEYSA," teriak Aiys.

Keysa kaget, "Diam," kata Keysa.

Aiys berusaha menatap Keysa,"Ada yang mau Aiys bicarakan," serius Aiys.

Keysa memperhatikan wajah Aiys yang mulai berkaca, "Apa Aiys?" tanyanya sesantai mungkin.

"Maaf, Aiys tidak bisa cerita disini. Pulang sekolah kita mall nanti Aiys traktir," ajak Aiys.

Keysa memdengar kata Traktir langsung  berdiri dan semangat 45 nya keluar. "Okee," katanya sambil mengidipkan sebelah mata.

Aiys segera memotret teman-temannya yang menulis origami tidak terlupa juga, Aiys memotret setiap sudut kelasnya.

"Kelas ini akan Aiys rindukan," katanya kecil dengan air mata berlinang.

"Key,"  panggil Aiys lagi.

Keysa segera menoleh, "Ya," sahutnya.

"Mau tidak menemani Aiys keliling sekolah?" tanya Aiys lembut.

Mata Keysa langsung melotot, "Keliling sekolah?? Panas Aiys," tegas Keysa. "Mau ngapain?" tanya Keysa lagi.

Aiy menengok ke luar sebentar, iya panas, "mau foto," kata Aiys manja.

"Aiys, kita hanya libur 10 hari lo," heran Keysa dengan sikap Aiys.

Aiys langsung terdiam sejenak, "Sekali ini Key," mohon Aiys.

Teman-teman kelas Aiys telah menyelesaikan origamininya. Segera Aiys kumpulkan.

"Temeni lah Aiys Keysa," kata Tahlita yanh sedari tadi menjadi pendengar obrolan mereka.

Beberapa teman kelasnya ikut menyahut, "Iya Key,"

Keysa memandangi mereka, "Capek," kata Keysa.

Muka Aiys langsung berubah drastis, "Sama aku mau?" tanya Tahlita.

Aiys terdiam, Aiys ingin Keysa sahabatnya yang menemani namun Aiys tidak bisa juga memaksa Keysa, "Bolehkah?" tanya Aiys memastikan.

Tahlita memandangi Aiys,"Tentunya," sambil tersenyum.

"Aku ikut boleh?" tanya Melati.

Aiys melihat Melati, "Tentunya," kata Aiys.

"Key, Aiys pergi bentar," katanya ke Keysa.

Keysa melihat Aiys dengan tatapan aneh, "Ya," sahutnya.

Sepeninggal Aiys, "Kenapa Aiys ini, ada-ada aja. Panas-panas gini mau keliling sekolah," kata Keysa sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status