Share

Bab 106

Author: Sunshine
Kartono memahami sifat Pati lebih baik daripada siapa pun.

Pati tidak pernah meninggalkan satu pun celah. Satu-satunya alasan Kartono masih hidup adalah karena Pati membutuhkannya ... dan orang-orang terdekatnya ... sebagai umpan.

Jadi, Kartono diam-diam tinggal di Kota Vilego bersama Celyn, melatihnya semua seni bela diri yang dia ketahui, bahkan membawanya ke Organisasi Kujaya.

"Ingat," ujar Kartono tegas. "Jangan pernah ceritakan tentang sang pangeran ... atau tentang aku ... kepada siapa pun. Cukup datang ke sini saat kau bisa datang."

Celyn menatapnya dengan cemas.

"Ayah, apa Ayah bakal baik-baik saja?"

Kartono mengangkat bahu dengan santai.

"Aku cuma pria tua lumpuh yang menjalani sisa hidupku. Aku bakal baik-baik saja selama aku tak menarik perhatian."

Bayangan melintas di wajah Celyn.

"Ayah ... ke mana Ayah mengirim Alvaro?"

Tatapan Kartono berpaling ke arah pintu, sadar bahwa Pati pasti sedang menguping dari balik bayangan.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya. Ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Asrial Duri
banyak misteri cerita ini belum di ungkapkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 424

    "Yohan kecil," kata Kartono, bibirnya membentuk seringai. "Jaga mulutmu. Aku bukan pemimpin pemberontak. Aku pemimpin rakyat. Sedangkan Febrian Kusuma? Dia pemimpin kaum elite."Kartono melanjutkan, "Jadi, menurutmu siapa yang akan didukung Raja? Pemimpin rakyat atau pemimpin kaum elite?""Kau cuma pemimpin pemberontakan," sembur Yohan. "Seorang teroris. Kau nggak akan pernah diakui sebagai gubernur.""Ngomong dengan orang bodoh memang butuh kesabaran, terutama orang terbodoh di negeri ini." Kartono memutar matanya, seolah-olah hinaan itu membuatnya bosan."Sejak kapan aku butuh persetujuanmu untuk menjadi gubernur Kota Rosia? Jangan berlagak seolah-olah kau orang penting."Melisa tertawa tajam dan angkuh. "Sudah kubilang selama berbulan-bulan, dia orang terbodoh di seluruh negeri. Akhirnya orang-orang melihatnya."Yohan berdiri lebih tegak. Postur militernya yang dulu kembali seakan dia sedang memakai baju zirah. Dia pernah menjadi komandan terkuat kedua di negara ini, dan dia tidak t

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 423

    Para gubernur duduk di ruang sidang, layar lebar masih menyala karena sesi online.Kursi Febrian Kusuma kosong, dia keluar di tengah rapat, membiarkan siaran tetap menyala tetapi tidak menunjukkan apa pun.Para gubernur yang tersisa melanjutkan agenda."Kalau Febrian meninggalkan Kota Rosia," ujar salah satu suara, memecah keheningan. "Siapa yang akan menggantikan dia sebagai gubernur?"Mata beralih ke layar, kecurigaan menggantung di udara.Julian mencondongkan tubuh ke depan. "Sudah jelas. Pemimpin pemberontakan seharusnya menjadi gubernur. Rakyat yang memilihnya."Dia sendiri pernah diangkat menjadi gubernur melalui proses pemberontakan."Aku nggak setuju," balas Yohan. "Kota Rosia selalu menjadi wilayah kekuasaan Febrian Kusuma. Dia akan merebutnya kembali dari para pemberontak. Dia satu-satunya gubernur yang sah."Satria tertawa sinis. "Sah? Febrian nggak pernah benar-benar menjadi gubernur. Dia diangkat oleh Raja setelah gubernur terakhir Kota Rosia tewas mendadak.""Sekarang? Ak

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 422

    "Yohan, egomu mulai membesar. Gimana kalau kita selesaikan ini malam ini, di tempatmu?" terdengar suara parau dari salah satu gubernur.Yohan menoleh ke arah si pembicara. "Dasar orang tua bodoh. Kukira kau sudah lama pergi. Terakhir kudengar, kau cuma berani mukul wanita muda.""Pria atau wanita, siapa pun yang egonya sebesar itu harus diberi pelajaran," kata Satria, tawanya kering seperti kayu tua."Yohan kecil, kita sudah bergulat ratusan kali. Kau belum pernah mengalahkanku. Tapi harga dirimu itu ... sepertinya memang harus dikasih pelajaran."Wajah Yohan memerah, amarahnya berusaha menutupi rasa takut yang muncul.Dia memikul beban pasukan yang kuat, kekuatannya dikenal di seluruh kota, tetapi Satria berbeda.Satria adalah legenda, seorang pria yang namanya saja cukup membuat para prajurit gelisah. Dan jauh di lubuk hatinya, Yohan tahu itu.Peringatan Yohan terdengar lirih dan tajam. "Hindari saja hal-hal yang nggak penting. Kau terlalu tua untuk cari gara-gara.""Terlalu tua?" ge

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 421

    Febrian Kusuma sedang berada di dalam rumahnya ketika alarm meraung di lorong-lorong."Apa-apaan ini?" gumamnya.Dia bergegas ke jendela dan melihat mimpi buruk di luar, ratusan orang mengerumuni gerbang, menggedor-gedor dan menjebol jeruji besi seolah-olah mereka bermaksud menghancurkan rumah itu.Di dalam, para petugas penjaga rumah sudah siap siaga.Satu regu berjongkok di dekat jendela aula masuk dengan senapan mesin terarah, keringat menetes di dahi mereka sambil menunggu perintah.Pemimpin mereka membentak, suaranya setajam baja."Jangan berani-berani mendobrak gerbang itu! Lewati batas dan kami akan menembak!""Dasar anjing Keluarga Kusuma!" sembur seseorang. "Kau nggak lihat dia sedang membunuh kita? Selanjutnya dia akan mengincarmu dan seluruh keluargamu. Bisa-bisanya kau berdiri di sana dan masih mendukungnya?" Kerumunan itu berteriak balik, tak tergerak oleh peringatan itu.Febrian menyambar ponsel pintarnya, putus asa mencari jawaban. "Kenapa aku nggak tahu apa-apa tentang

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 420

    Rumah Sakit Pusat Rosia.Jumadi Kusuma mendorong pintu kaca dengan langkah penuh percaya diri, seolah-olah dunia masih berpihak padanya.Di belakangnya, kekasihnya berjalan terpincang-pincang dengan wajah meringis, meski hanya ada goresan kecil di lengannya.Antrean panjang mengular melewati meja resepsionis.Jumadi tidak ikut antre. Dia langsung menyerobot ke depan, memotong antrean seorang pria tanpa pikir panjang."Hei," protes pria itu. Jumadi terus melangkah tanpa menoleh.Di meja resepsionis, dia mencondongkan tubuh, suaranya tajam. "Suster. Panggil dokter terbaik yang kau punya. Sekarang."Sang resepsionis, seorang perawat muda yang sudah jengkel karena antrean dipotong, melirik singkat ke arah wanita yang berpegangan pada Jumadi.Lengannya hanya tergores sedikit, darahnya pun sudah kering menjadi garis merah tipis. Namun, wanita itu terisak-isak seakan ajalnya sedang menjemput.'Bahkan anak umur lima tahun pun nggak akan menangis sekencang itu cuma karena luka sepele,' pikir pe

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 419

    Jenderal Minto duduk di ruang komando sementara yang menghadap ke Kota Rosia, yakin malam itu akan berakhir tanpa masalah.Dia memiliki seribu tentara di bawah komandonya. Para pemberontak? Mungkin hanya dua atau tiga ratus.Target mereka 8.000 orang yang miskin dan kelaparan, tersebar di jalanan, bertubuh kurus, lemah, dan tak bersenjata.Bagi Minto, mereka bukan apa-apa. Seribu senapan bisa melenyapkan mereka dengan mudah."Hei, ada apa ini? Sambungan kita terputus!" Salah satu petugas komunikasi tiba-tiba berteriak.Tentara lain mengangkat kepala, wajahnya pucat. "Di sini juga, Pak! Sinyalnya mati juga.""Komunikasi dengan Kota Rosia juga putus?" seru Minto, suaranya menggema di ruangan."Panggil orang ke sana sekarang. Suruh nyalakan lagi sambungannya."Saat prajurit itu bergegas keluar, Minto melambaikan tangan. "Kita masih punya telepon rumah dan radio militer. Pakai itu dulu."Prajurit yang bertugas di radio mengutak-atik tombol. "Pak, frekuensinya macet. Nggak ada suara sama se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status