Share

Bab 51

Author: Sunshine
"Alvaro." Jasmin menyenggolnya dengan cemas.

"Cepat, aku harus jawab apa? Ini pertama kalinya dalam hidupku seseorang memanggilku orang miskin."

Alvaro melirik ke arahnya. Jasmin Kusuma, ahli waris terkaya di Kota Vilego mungkin memang belum pernah mendengar kata itu ditujukan padanya.

"Tersenyum saja dan bilang makasih," saran Alvaro dengan tenang.

"Serius?" tanya Jasmin dengan mata terbelalak seolah tak percaya.

"Tentu. Saat mereka bertindak rendah, kita tunjukkan kelas kita."

Jasmin kembali menatap Candra dengan senyum anggun.

"Makasih sudah memanggilku orang miskin. Ini pengalaman yang baru untukku."

Wajah Candra langsung memerah.

Candra menghantam meja dengan kepalan tangannya. "Apa kau bodoh? Kalau seseorang memanggilmu miskin, kau seharusnya merasa tersinggung dan malu!"

"Kenapa aku harus merasa begitu?" jawab Jasmin. Dia sedikit memiringkan kepalanya.

"Aku bukan orang miskin."

Candra nyaris kehilangan kendali. Dia mengangkat tangannya frustrasi sambil bertanya, "Kau benar-benar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 409

    Keesokan paginya, suasana di Vila Keluarga Kusuma sangat tidak tenang.Febrian Kusuma telah mengadakan rapat keluarga darurat, memanggil semua orang kembali ke rumah lama.Dan satu per satu, setiap anggota Keluarga Kusuma tiba. Tak seorang pun berani absen.Sebagai anak tertua, Febrian selalu menjadi tulang punggung. Namun hari ini tatapannya memancarkan sesuatu yang berbeda, tekad sekuat baja dan api amarah yang membara.Saudara-saudaranya, Dendi dan Sandi, serta adik perempuannya, Sabrina, semuanya sudah menikah dan berkeluarga, memenuhi meja panjang, anak-anak mereka duduk dengan tenang di dekatnya.Dendi bersandar, kekesalan terlihat jelas di wajahnya. "Febrian, aku lagi sibuk waktu terima pesan darurat darimu. Ada apa ini?"Sabrina mendengus sambil memamerkan gelang berliannya."Kak, uang yang kau kirim nggak cukup buat aku hidup layak. Gara-gara kau panggil kami begini, kami harus tinggalkan semua urusan. Jadi, habis segala kekacauan ini selesai, sebaiknya kau transfer uang tamba

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 408

    Polisi sudah memenuhi jalan, mengepung Organisasi Kujaya dan ratusan preman yang berlutut.Dan sirene masih meraung-raung, semakin keras, semakin dekat, seolah-olah seluruh pasukan Kota Vilego diturunkan ke jalan itu.Malam penghakiman itu telah memanggil semua polisi di kota.Maximus Kei berteriak panik, suaranya pecah karena putus asa."Tolong! Tolong kami! Orang-orang ini gila, membunuh dan melukai orang nggak berdosa seperti kami! Tolong, Pak Polisi yang baik, selamatkan kami!"Dari tepi lokasi kejadian, para warga yang menonton meluapkan amarah mereka."Lagi-lagi?! Polisi-polisi sialan itu datang untuk menyelamatkan para bajingan itu?" geram salah satu dari mereka."Aku sudah melapor, tapi nggak pernah ada hasil. Polisi cuma duduk bareng para preman, menghitung uang kita bersama-sama."Warga lain menggelengkan kepala dengan getir."Kita bayar pajak untuk memberi makan polisi, lalu kita diperas untuk memberi makan para preman. Pada akhirnya, kita cuma sapi perah buat mereka."Alvar

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 407

    Alvaro berdiri di atas para preman yang babak belur, matanya sedingin batu pualam.Ratusan pria berlutut di jalan, sebagian gemetar, sebagian lain terkulai tak bernyawa di aspal.Udara berbau darah, keringat, dan ketakutan.Mereka sudah merasakan neraka. Dan surga tidak pernah memberi jalan masuk bagi para preman, pemeras, atau parasit.Tidak ada izin masuk untuk orang-orang seperti mereka."Cedric," kata Alvaro, suaranya setajam baja. "Singkirkan Sindikat Cicara dari Kota Vilego. Setelah malam ini, nama mereka akan mati bersama mereka.""Baik, Pak," jawab Cedric tanpa ragu."Pastikan tidak ada yang bangkit lagi untuk menindas yang lemah. Biarlah ini jadi yang terakhir, untuk selamanya. Yang lemah sudah cukup berdarah-darah, air mata mereka sudah terlalu lama membasahi bumi ini.""Setiap tangisan, setiap luka, setiap kehidupan yang hancur adalah noda bagi kita semua. Seharusnya kita gemetar malu di hadapan Yang Mahakuasa, yang sudah meletakkan kekuatan dan wewenang di tangan kita untuk

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 406

    Sepuluh menit berlalu.Jalanan tetap kosong selain dua puluh pria yang berkerumun di tepi jalan, mata mereka terpaku pada kegelapan seolah-olah seseorang akan muncul dari balik bayangan.Alvaro mendekat dengan ketenangan seseorang yang sudah mengambil keputusan."Sepuluh menit," katanya. "Nggak ada teman yang datang. Seperti janjiku, setiap jari kelingking akan patah. Jadi tahan sakitnya.""Jangan coba-coba!" teriak Maximus, kepanikan meruntuhkan keberaniannya."Kami sudah hubungi Sindikat Cicara. Seribu orang kami lagi jalan ke sini. Sebaiknya kau kabur selagi bisa, atau kami bakal bikin kau remuk.""Yang benar?" Alvaro maju sampai Maximus bisa merasakan napasnya. "Aku nggak lihat seribu orang itu."Wajah Maximus memucat. Dia mencoba memaksakan suara mengancam."Kau bakal menyesal. Kau bakal menyesal seumur hidupmu!"Alvaro tidak memberi peringatan. Dia meraih jari kelingking Maximus yang lain dan mematahkannya seperti ranting.Jeritan Maximus pecah, serak dan liar, mengoyak malam yan

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 405

    "Dasar wanita." Salah satu preman mencibir sambil melangkah maju, matanya mengawasi Joselin dengan tajam."Wajahmu cantik, tapi aku nggak tahu kau punya cakar. Bikin aku penasaran seberapa liar kau di ranjang."Dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Tendangan Joselin menghantam selangkangannya, membuatnya meringkuk sambil menahan jeritan."Jangan berani ngomong kotor di depan anak-anak!" bentaknya."Dasar jalang!" teriak preman lain, menerjang untuk meraih lengannya.Namun, Joselin bukan lagi gadis yang dulu.Dia sudah melewati banyak malam melatih tubuhnya dalam diam, menguasai aliran tenaga dalam yang diajarkan Alvaro kepadanya.Dunia seakan melambat di matanya. Dia melihat setiap gerakan, setiap langkah sebelum semuanya terjadi.Telapak tangannya menghantam wajah pria itu dengan keras, seperti petir yang menyambar.Pria itu tersungkur, pingsan bahkan sebelum menyentuh trotoar."Tangkap dia!" pemimpin mereka meraung.Joselin tak ragu sedikit pun.Dia memang selalu suka melawan or

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 404

    Taman Kota Vilego biasanya terbuka untuk umum, tetapi malam ini berbeda. Malam ini, taman itu berubah.Gerbangnya terbuka lebar, berkilauan dengan untaian lampu yang membuat seluruh tempat itu tampak seperti negeri ajaib.Biasanya, taman itu sepi di malam hari, hanya ada beberapa pelari, pejalan kaki yang mabuk, atau pasangan yang mencari sudut tersembunyi.Namun, malam ini berbeda.Taman itu tidak sekadar dibuka. Taman itu terasa hidup, seolah-olah keajaiban sudah menunggu untuk disambut.Dua puluh truk makanan berjajar rapi di sepanjang jalan setapak. Penjual mainan mendirikan kios, dan di pintu masuk, papan neon besar menyala dengan huruf-huruf terang. Tulisannya berbunyi, "Selamat Ulang Tahun Gita Lucinta".Yang terlihat di matanya bukan sekadar pesta ulang tahun, melainkan keajaiban yang diselimuti cahaya."Apa kalian … kalian yang melakukan ini?" bisik Gita, matanya masih tak percaya. Mereka baru meninggalkan lounge itu 30 menit yang lalu. Mustahil sesuatu sebesar ini disiapkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status