Share

Bab 80

Auteur: Sunshine
Saat Alvaro mengantar Joselin kembali ke panti asuhan, Regina dan anak-anak sudah berkumpul cemas di dekat pintu. Wajah mereka langsung berbinar begitu melihat Joselin kembali.

Begitu Joselin melangkah masuk, anak-anak yang lebih kecil langsung berlari dan memeluk pinggangnya erat-erat.

"Kak Joselin, kami khawatir banget!" seru salah satu dari mereka. Air mata terlihat jelas di matanya.

"Apa mereka menyakitimu?" tanya anak lainnya dengan suara bergetar.

Joselin berlutut, lalu memeluk mereka hangat. "Aku baik-baik saja kok. Serius," ujar Joselin lembut. "Semuanya sudah aman sekarang."

Rudi berdiri sedikit terpisah dari kerumunan sambil menatap Alvaro.

"Makasih sudah membawanya pulang."

Alvaro tersenyum pelan. Dia meletakkan tangan di bahu anak itu sebagai tanda menenangkan.

"Kau sudah ambil keputusan yang benar dengan meneleponku. Kau telah ikut menyelamatkannya."

Wajah Rudi pun bersinar. Campuran antara bangga dan lega terlihat jelas.

Saat anak-anak menarik Joselin masuk dan berbicara
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 419

    Jenderal Minto duduk di ruang komando sementara yang menghadap ke Kota Rosia, yakin malam itu akan berakhir tanpa masalah.Dia memiliki seribu tentara di bawah komandonya. Para pemberontak? Mungkin hanya dua atau tiga ratus.Target mereka 8.000 orang yang miskin dan kelaparan, tersebar di jalanan, bertubuh kurus, lemah, dan tak bersenjata.Bagi Minto, mereka bukan apa-apa. Seribu senapan bisa melenyapkan mereka dengan mudah."Hei, ada apa ini? Sambungan kita terputus!" Salah satu petugas komunikasi tiba-tiba berteriak.Tentara lain mengangkat kepala, wajahnya pucat. "Di sini juga, Pak! Sinyalnya mati juga.""Komunikasi dengan Kota Rosia juga putus?" seru Minto, suaranya menggema di ruangan."Panggil orang ke sana sekarang. Suruh nyalakan lagi sambungannya."Saat prajurit itu bergegas keluar, Minto melambaikan tangan. "Kita masih punya telepon rumah dan radio militer. Pakai itu dulu."Prajurit yang bertugas di radio mengutak-atik tombol. "Pak, frekuensinya macet. Nggak ada suara sama se

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 418

    Melisa duduk di ruang komando seolah-olah dirinya adalah ratu di atas singgasana.Di sekelilingnya, 20 sekretaris menunggu. Mereka bekerja seperti mesin dengan nama dan tugas mereka masing-masing. Mata mereka menelusuri setiap layar, jari-jari mereka melayang di atas keyboard.Mereka menunggu perintah Melisa berikutnya."Internet Kota Rosia mati," kata Melisa."Febrian perintahkan pemadaman, tanpa update berita, tanpa kebocoran informasi. Dia ingin kota ini buta sementara dia melakukan apa yang sedang dia lakukan."Di luar pemadaman listrik itu, pihak militer, polisi, dan para elite yang benar-benar terhubung masih mendapatkan informasi lewat tautan satelit.Mereka tidak buta. Hanya massa yang dibutakan."Aku mau setiap saluran diputus. Putuskan akses kota ini dari dunia. Baik itu saluran telepon kabel, telepon seluler, maupun satelit. Enam jam. Pemadaman total."Dia menatap dua sekretarisnya. "Kalian berdua, bisa bikin itu terjadi?""Baik. Kami akan hubungi hacker dan aktifkan alat pe

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 417

    Di dalam ruang kerja, Febrian sedang bercakap-cakap dengan Dokter Hilmi ketika ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja yang mengilap."Ayah," panggil Jumadi dengan suara parau, napasnya terengah-engah lewat pengeras suara. "Para pemberontak menembaki kami. Aku kena tembak."Febrian berdiri dari kursinya, kepanikan mengoyak ketenangannya yang biasanya kokoh. "Nak! Kau baik-baik saja? Ada yang luka?"Jumadi tertawa kecil, suaranya bergetar."Nggak apa-apa, cuma memar di lenganku. Celyn dorong aku terlalu keras tadi. Dia masih perlu dikasih pelajaran, kau harus hukum dia nanti. Tapi pacarku ... dia terluka parah."Matanya menatap luka kecil di lengannya, darah merembes tipis. Bagi kebanyakan penduduk desa, luka semacam itu hanya dianggap remeh. Mereka akan meludah ke tanah, menepuk-nepuknya, lalu menganggap selesai.Namun melihat cara Jumadi bereaksi, orang-orang mungkin akan mengira wanita itu sedang hamil sembilan bulan dan akan melahirkan bayi kembar tiga di tengah jalan.Tiba-tiba l

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 416

    "Tutup mulutmu! Kau cuma pelayan tua, jangan sok bicara tentang hal-hal yang nggak kau mengerti!" Suara Jesika menggelegar memenuhi ruangan.Matanya menyala marah saat dia menunjuk ke arah pintu. "Pergi! Panggil Dokter Hilmi. Dia harusnya ada di ruang makan!"Pelayan itu langsung berlari tanpa ragu."Sialan!" Febrian menghantam meja dengan tinjunya. Urat-urat di dahinya menonjol."Dia nggak boleh mati! Dia masih harus menikahi Yohan. Dia masih harus mengamankan Kota Vilego!"Amarah Febrian meluap seperti api. Semua yang dia bangun, semua yang dia rencanakan, serasa lenyap dalam sekejap. Dunia seakan mentertawakannya, dengan lancang menghalangi kebangkitannya.Dia ingin memegang kendali. Dia harus menang melawan Raja, bagaimanapun caranya.Wajah Jesika berubah panik."Sialan kau, Febrian! Kau tahu dia rapuh, tapi kau menyerangnya dengan sepenuh tenaga seperti prajurit! Dia putrimu, bukan musuh! Siapa yang akan mengendalikan Kota Vilego sekarang? Apa yang harus kita katakan pada Yohan?"

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 415

    Febrian Kusuma duduk di meja makan panjang bersama istrinya, Jesika, dan putri mereka, Jasmin.Beban di udara terasa lebih berat daripada piring-piring di hadapan mereka."Jasmin," kata Febrian. "Aku akan mencabut status tahanan rumahmu. Kau akan kembali ke Kota Vilego, dan mulai sekarang kau harus menuruti semua perintahku.""Kakakmu sedang bekerja sama dengan temannya dari Kota Rosia. Kau akan membuka perjanjian tambang di Kota Vilego untuk mereka."Garpu Jasmin terlepas dari tangannya dan berdenting di piring."Ayah, ini salah. Kalau kau serahkan tambang itu ke mereka, Kota Vilego akan kehilangan segalanya. Pendapatan kita akan anjlok.""Itu bukan urusan kita!" bentak Febrian. "Ikuti saja perintahku. Mereka sudah menjanjikan 30 persen keuntungan untuk Jumadi, kita nggak perlu repot lagi.""Ayah." Jasmin memohon, "Tanpa mereka, pemerintah Kota Vilego masih menyimpan 50 persen keuntungan. Itu uang rakyat.""Kalau tambang itu kau serahkan, Jumadi memang dapat 30 persen, tapi teman-tema

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 414

    Keesokan harinya, berita utama berkumandang di seluruh kota.Jebran Kasmir, gubernur Kota Verma, beserta istrinya Lela, kakak perempuannya Bonny, dan lima dokter, semuanya tewas karena racun.Berita itu menyebar ke seluruh negeri bagai api yang berkobar.Karena racun di tubuh mereka begitu mematikan, pemakaman tidak mungkin dilakukan. Tidak ada peti mati terbuka.Tidak ada upacara berkabung. Jenazah dikremasi dengan cepat, abunya diangkut, dihapus dari tanah.Di salah satu kapal pesiar besar milik keluarga, Melisa berdiri di haluan bersama Alvaro di sampingnya.Laut membentang tak berujung dan dingin.Dia memegang sebuah guci, abu ayahnya berputar-putar tertiup angin sebelum jatuh ke ombak gelap.Wajahnya kering, tanpa air mata. Bibirnya bergerak lembut."Selamat tinggal, Ayah."Alvaro menatapnya dalam diam.Setelah hening beberapa saat, Melisa menoleh. "Kau heran kenapa aku nggak nangis?""Mungkin," kata Alvaro."Aku sudah cukup menangis kemarin," jawabnya datar."Dan aku ingat apa ya

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status