Share

34. Mau Kamu

Penulis: dtyas
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 21:37:22

“Besok … bisa, pak,” jawab Luna.

Hanya makan malam, tidak ada alasan untuk menolak. Apalagi sampai berbohong, toh Sadam sangat profesional. Tidak ada ucapan atau sikap pria itu yang membuat tidak nyaman. Meski Luna pernah mendengar ada saja atasan yang bersikap kurang ajar pada staf wanita, tidak terlihat pada diri Sadam.

“Oke, sampai ketemu besok.”

Luna tersenyum dan mengangguk. Tidak langsung beranjak, ia menunggu sampai mobil yang dikendarai Sadam perlahan menjauh dan bergabung dengan kendaraan lain di jalan raya.

Jarak ke rumah sudah dekat, ia tidak menghubungi Irwan untuk menjemput. Berjalan sambil menyeret koper.

“Luna, lo dari mana bawa koper?”

“Tugas luar kota mpok,” jawab Luna.

“Oh. Hebat ya kerja lo, tapi si Irwan gimana? Udah kerja dia?”

“Belum, masih cari. Belum ada yang cocok,” sahut Luna lagi. Wanita paruh baya itu, tetangga Luna berpapasan saat akan ke warung. Baru beberapa langkah, tapi sudah ada yang memanggilnya lagi. Ternyata Sani, tetangganya juga.

“Gimana Lun, yan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ambil Saja Suamiku   82. Gila, Tak Masuk Logika

    Untuk meredakan emosi dan menenangkan Luna, Sadam mengajak pulang saat jam kerja selesai. Bahkan langsung mengantar ke kosan memastikan wanita itu aman dan tidak menyusul Sherin ke rumah.Ada rasa bahagia luar biasa karena Sadam akhirnya yakin dengan Luna yang memiliki perasaan sama dengannya. Saat mobil berhenti karena lampu lalu lintas, Sadam meraih tangan Luna yang sejak tadi menatap ke arah luar dan refleks langsung menoleh.“Pak Sadam,” panggil Luna karena Sadam mencium punggung tangannya.“Hm. Jangan melamun terus. Kurang bagus apa wajahku sampai kamu abaikan begini.”“Ck, nggak usah gombal pak. Nggak pantes.”“Hah.” Sadam menoleh sambil terkekeh. “Masa sih, padahal cuma kamu yang aku gombalin loh.”Mobil perlahan kembali melaju. Sempat menanyakan apakah Luna ingin membeli sesuatu dan hanya dijawab dengan gelengan. Sampai di kosan Sadam masih diperbolehkan bertamu. Keluar dari mobil ia menghampiri Luna, kembali meraih tangan dan menggenggamnya.“Masalah tadi jangan dipikirkan. A

  • Ambil Saja Suamiku   81. Tidak Akan Kubiarkan

    “Jangan bilang orang itu Luna?” tanya Sherin.Saat melihat Sadam dalam postingan Ardan, ia sudah tertarik ditambah pertemuan di rumah sakit. Apalagi dari penampilannya jelas Sadam bukan dari kalangan menengah ke bawah seperti Irwan.Menyingkirkan rasa malu dengan mendekati lebih dulu, demi masa depannya juga Beni. Lowongan pekerjaan hanya alasan agar bisa lebih dekat.“Ya … begitulah.”“Jadi, selama ini kalian memang ada hubungan?”Sadam berdecak kecil. Padahal ia mengatakan itu agar Sherin mundur dan tidak lagi mengganggunya, malah memberikan tuduhan.“Tidak begitu, aku masih waras untuk tidak berhubungan dengan istri orang.”“Tapi Luna baru resmi menjanda beberapa hari yang lalu,” seru Sherin. Merasa kalau Sadam dan Luna memang ada hubungan sebelumnya.“Proses perceraian sudah beberapa bulan lalu dan aku semakin tertarik belum lama ini. Jangan berpikir negatif, kamu lebih kenal Luna daripada aku.”Tanpa Sadam dan Sherin tahu ada seseorang yang memperhatikan mereka. Ratna yang akan p

  • Ambil Saja Suamiku   80. Siapa?

    “Kenapa?” tanya Sherin melihat Ibu sudah dalam posisi duduk dan wajah Luna terlihat sedih.“Temui dokter, ibu mau pulang,” ujar Ibu.“bu, jangan gini. Ibu belum sehat, di sini dulu ya,” bujuk Luna sambil mengusap punggung tangan ibunya.“Pulang saja, nanti ibu sembuh. Kasihan kamu sampai bolos kerja. Beni gimana, sama siapa dia kalau kamu di sini?” tanya Ibu menatap Sherin.“Beni sekolah, aku kemari antar baju ibu. Bentar lagi pulang,” seru Sherin.“Bu, dokter mau melakukan general check up. Ibu lagi gak sehat, di sini dulu ya,” bujuk Luna lagi. “Ibu mikirin aku ‘kan?” tanya Luna dengan suara bergetar dan kedua mata berkaca-kaca. “Karena masalah aku sama Mas Irwan. Aku nggak pa-pa, bu.”Awalnya ibu memandang ke arah lain, akhirnya ia menoleh dan menatap Luna. Tangannya meraih wajah Luna mengusap air mata di pipi putrinya.“Aku nggak pa-pa, ibu jangan sedih dan jangan merasa bersalah.”“Ibu ingin melihat kalian bahagia,” seru Ibu. “Bukan seperti ini.”Luna sudah menduga alasan ibunya k

  • Ambil Saja Suamiku   78. Rencana Sherin

    “Bapak sudah ketemu ibu?” tanya Luna berbisik saat mereka sudah berada di kamar lain. Kamar VIP dengan suasana yang lebih nyaman karena lebih luas dan lebih lengkap dengan ranjang khusus pendamping pasien juga sofa.“Hanya sebentar, beliau mengeluh pusing lalu tidur lagi.”Luna menatap ibunya yang masih terlelap.“Tapi aneh nggak sih, dari kemarin tidur terus.”“Karena beliau memang butuh istirahat,” sahut Sadam. “Kamu sudah mandi?” Luna menggeleng pelan. “Mandilah, lalu sarapan.”Sadam fokus dengan ponsel menunggu Luna membersihkan diri, setelah ini dia akan pamit karena harus ke kantor. Pakaian kerja ada di dalam mobil. Tiba-tiba pintu kamar dibuka, menduga perawat yang datang.“Bener-bener lo ya, pindah kamar nggak ngabarin.”Mendengar itu, Sadam pun menoleh dan bertatapan dengan seorang wanita membawa goodybad yang berdiri mematung.“Loh, anda siapa?” tanyanya menatap Ibu yang berbaring di ranjang memastikan tidak salah masuk kamar.Sadam pun berdiri. “Saya Sadam, rekan kerja Luna

  • Ambil Saja Suamiku   78. Sakitnya Ibu

    Luna berlari di sepanjang koridor menuju UGD karena masuk melewati lobby utama membuatnya harus memutar. Tadi sore ia baru sampai rumah, kebetulan pulang tepat waktu tanpa lembur. karena Sadam sedang berada di luar kota.Nyatanya baru beres mandi, ia dihubungi oleh Aceng -- tangan kanan sang ibu di toko. Menyampaikan sore tadi ibunya pingsan dan sudah berada di rumah sakit. Untuk persiapan, Luna membawa pakaian ganti.“Bang, Ibu gimana?” tanya Luna dengan nafas terengah.Aceng sedang bicara dengan Sherin yang juga baru tiba bersama Beni.“Lo duduk dulu, nafas ngos-ngosan gitu,” titah Aceng.“Ibu kenapa?” tanya Luna lagi mengabaika perintah Aceng untuk duduk. Beni langsung menghampiri, ia usap pelan kepala bocah itu.“Dari pagi Ibu kalian memang bilang nggak sehat, kepala dan pundaknya berat. Gue udah suruh pulang dari siang, tapi masih ngeyel aja. Pas sore kita mau tutup toko, dia pingsan.”Luna menarik nafas lalu bersandar pada tiang koridor dan mengusap dahinya. Ia merasa bersalah a

  • Ambil Saja Suamiku   77. Ketuk Palu - Resmi Menjanda

    Luna meremas jemari tangannya menatap hakim dan para panitera saat sidang perceraiannya dengan Irwan. Mendengarkan penjelasan dan sesekali mengangguk. Tidak dapat menahan air mata, tangan Luna merogoh tisu dalam saku celana panjangnya.Tidak pernah membayangkan ia akan duduk di dalam ruang sidang sebagai penggugat. Momen kebersamaan bersama Irwan serasa terjadi kemarin, tapi sekarang ia duduk bersama untuk mengakhiri kebersamaan itu.Perasaan kasih dan sayang seakan lari entah kemana. Janji manis di depan Ibu, saksi dan disaksikan pula oleh Tuhan yang pernah diucapkan Irwan seakan bukan hal yang akan menjadi pertanggung jawabkan. Hancur, rasanya lebih hancur saat Luna menyaksikan perselingkuhan suaminya.Luna menyusut air matanya dengan tisu sambil menggigit bibir menahan tangis. Masih belum mengerti kenapa Tuhan memberikan cobaan seberat ini.“Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status