Winter Stevens is a college student visiting her mom for the holidays and for her mom's wedding. She plans to move home from Georgia back to West Virginia after her break-up. Winter is witty and not afraid to speak her mind, especially when it comes to a certain she-wolf. Blake Conners is the future Alpha of the Snowstorm Pack who hasn't found his mate yet. Until he meets Winter. Blake's wolf, Shadow, is already in love with Winter the moment they meet and Blake matches Shadow's love. Blake learns of Winter's family history after following her one day where he will learn of the auburn hair girl who captured his heart as a pup. Secrets will unravel and truths will be told as Winter is confronted by a jealous she-wolf. Will Winter accept Blake once she learns the truth about herself? Dear Readers, I love reading stories of werewolves so I wanted to try my hand at writing a novel. This is not your typical “abused omega” wolf story. I hope you fall in love with the characters as much as I have. I am still currently in the process of writing so please bear with me. My goal is to upload a chapter or two everyday. Please show your support by commenting and sending gifts. Thank you for giving my story a chance <3
View MoreMartin Dailuna tengah mengendarai mobilnya, raut datar selalu nampak di wajah kharismatiknya. Seperti biasa, tak ada yang menarik, baik di kantor maupun di rumah, semuanya monoton! Itulah pikirnya, bahkan istrinya pun sudah tidak menarik di matanya.
Pria berusia 43 tahun itu sama sekali tak tertarik lagi dengan apapun. Kerja, pulang, sarapan, dan tidur, hanya itu rutinitasnya setiap hari. Hal biasa yang tak menantang. Gurat lelah setelah bekerja terlihat di matanya yang dibingkai kacamata minus.
Dan akhirnya mobil warna putih miliknya memasuki gerbang besar, yang dibuka oleh seorang satpam di kediaman Dailuna. Kini, Martin berada tepat di depan pintu rumahnya.
"Sial," umpatnya saat sadar bahwa dia lupa membawa kunci rumahnya, dia terpaksa harus menekan bel di rumahnya sendiri.
Ting Tong!
Ting Tong!
"Apa aku harus menekan lagi?" Kesal karena sudah sebanyak 2 kali dia menekan bel namun tidak ada yang membuka pintu.
Dia lalu menggedor-gedor pintunya dengan tangan kasar miliknya, lelah, dan emosi sudah memuncak pada dirinya. Panas dalam hati karena lama menunggu membuatnya harus memarahi orang yang akan membukakan pintun untuknya.
Tok tok tok!
Gedorang tangan Martin semakin terdengar, hingga suara datang dari balik pintu,"Tunggu!" Tidak lama kemudian terbukalah pintu lebar milik Dailuna.
"Oh makasih, akhirnya dibuka juga!" Kasar, dia lalu mendorong sayap pintu dengan agak keras dan masuk ke dalam rumah tanpa melihat siapa yang membukanya, karena asing dengan bentuk tubuh yang dimiliki oleh orang yang membukakan pintu rumahnya, Martin berhenti dan berbalik memandangi tubuh gadis yang menunduk, dengan pakaian memasak yang ada pada dirinya menandakan bahwa dia adalah pekerja di rumah Dailuna, namun Martin tidak pernah melihat gadis itu berada di rumah sebelumnya.
"Kenapa masih di sini?" tanya Martin dengan tatapan tajam pada si gadis.
Lalu kemudian gadis tersebut mendongak pelan dan menatap wajah serius yang ada di hadapannya. Saat si gadis mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah cantiknya, seakan mata Martin tersangkut pada mata yang sejak dari tadi sudah berkaca karena sikap kasar Martin, mata yang membuat pria setengah baya itu takjub dan menganga tipis, dengan kulit seputih susu, bibir semerah delima, dan alis melengkung indah layaknya panah dan saat itu, seakan Martin belum pernah melihat gadis cantik sebelumnya.
Dia menelan ludah, lalu berkata, "Maaf Tuan, tadi saya sedang memasak untuk makan malam, jadi saya sedikit terlambat membukakan
pintu buat Tuan," ucapnya menunduk.
"Sedikit? Kau membuat pemilik rumah ini
menunggu di hadapan rumahnya sendiri," balas Martin dengan tegas pada gadis di hadapannya.
Walau cantik, dan membuat Martin takjub, itu tidak akan mampu membuat Martin Dailuna luluh sedikitpun, sikapnya akan selalu seperti itu,
kejam dan tidak banyak bicara.
Tanpa bertanya siapa gadis yang di hadapannya itu, dia langsung berjalan mendaki tangga menuju kamar tidurnya.
Martin memandangi wajahnya di hadapan cermin, terlihat beberapa kerutan di sela-sela matanya, Martin melepas kacamata dan memajukan wajahnya ke depan cermin melihat mata lelah dan sedikit kerutan di samping dan di bawah kelopak matanya, lalu sesaat kemudian terbayang mata indah yang baru saja ia pandangi, dan wajah polos nampak di benaknya.
Martin melepas rompi hitam dan kemejanya menggantinya dengan baju biasa, walau tanpa rompi dan kemejanya dia tetap terlihat gagah karena memiliki postur badan yang atletis.
Lalu kemudian seseorang membuka pintu, istri elegan nan cantik dari Martin, yang bernama Sarah Nadia Dailuna.
"Kau pulang lebih awal Mart," ucapnya, dan langsung memeluk suaminya dari belakang.
"Aku yang pulang lebih awal atau kau yang terlalu lama di kantormu?" Perkataan yang tentu menyakiti hati sang istri.
Martin kemudian melepas pelukan sang istri dan berjalan seakan ingin keluar dan meninggalkan sang istri sendiri di kamarnya.
Namun sebelum membuka pintu kamarnya
Martin berhenti dan berbalik.
"Kau tahu gadis yang baru aku lihat tadi berada di rumah kita?"
"Oh, dia anak Bi Ana, Andira, dia menggantikan ibunya karena sedang sakit, semoga dia sepandai ibunya dalam memasak dan merawat rumah kita," jawab Sarah.
Martin dan Sarah menuju meja makan untuk makan malam, terlihat dua anak mereka Nadira dan Randy Dailuna sudah berada di kursi mereka masing-masing namun anak sulung Martin Dailuna yaitu Raisi Dailuna tidak terlihat di antara mereka, atau mungkin masih sibuk mengurus organisasi yang dia miliki di kampus itu membuat sulung dari Dailuna selalu telat makan malam di rumahnya.
Andira Mirat namanya, gadis yang sekarang menyediakan makanan di setiap piring yang ada di meja makan dan tiba saatnya dia menyediakan makanan untuk Martin Dailuna, disaat tangan Andira menaruh makanannya, tangan berkulit putih terlihat jelas indahnya di mata Martin, dan bau parfum yang dihirup langsung oleh hidung mancung milik Martin Dailuna membuat Martin ingin sekali menempelkan hidungnya tepat pada tubuh yang berbau harum itu, ingin sekali dia menyentuh tangan lembut nan putih layaknya kapas yang menaruh makanan di setiap piring di meja makannya, ingin sekali dia puas memandangi lekat-lekat mata cerah milik Andira, tak sedikitpun gerakan milik Andira yang tak ditatap oleh Martin, tak sedikitpun. LAda sesuatu yang tidak biasa terjadi pada Martin setelah makan malamnya, matanya selalu saja memandangi setiap gerakan Andira, disaat Andira keluar masuk dapur, maka tatapan Martin pun akan keluar masuk dapur, saat mereka sedang berada di ruang utama menonton telivisi bersama anak-anak dan istrinya bukannya menonton acara yang ada di televisi matanya malah menonton setiap gerakan dari Andira.
Andira masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan untuknya mata Martin pun tetap mengikuti. Lama kemudian Raisi Dailuna datang, pria yang jika dilihat sangat mirip dengan Martin namun sikapnya sangat berbeda, Martin yang dikenal dengan sifat cueknya maka anaknya dikenal dengan karakter yang begitu supel.
"Putraku sudah datang rupanya," sambut
Sarah, dia langsung menghampiri sang anak
dan memeluknya, sedang Martin dia bukannya
menyambut anaknya dia malah masuk ke ruang
kerjanya dan merenungkan sesuatu di dalam ruang yang penuh dengan buku dan berkas kerja
"Apa aku terlambat lagi makan malamnya?" tanya Raisi, setelah melepas pelukan sang mama.
"Ah Kakak selalu tepat waktu di kampus tapi tidak pernah tepat waktu di rumah," ucap Nadira, lalu menjulurkan lidahnya mengejek kakaknya.
Kesal sekaligus gemas dengan tingkah adiknya membuat Raisi berlari dan menuju adiknya berniat mencubit pipi milik Nadira namun sebelum itu Nadira sudah berlari duluan. Sedang Randy, si bungsu masih asik menonton acara televisi dan datang sang mama duduk di sampingnya merangkul anak bungsunya itu.
Raisi masih berlari mengejar sang adik dan tanpa sengaja matanya tersangkut pada Andira yang baru saja keluar dari kamarnya. Tatapan Raisi sama terpukaunya seperti Martin saat memandang Andira untuk pertama kalinya.
Sedang Martin dia terlihat duduk dan menggambar sesuatu di atas kertas di meja kerjanya, dia terlihat sangat tenang dan terus menggambar wajah Andira menggunakan pensil dan dengan warna hitam putih. Setelah meluangkan waktu yang cukup lama menggambar wajah Andira akhirnya selesai dan terlihat sempurna, wajah yang dalam setengah hari ini, menari di benak Martin Dailuna. Setelah menggambarnya, Martin kemudian menulis di bagian bawah kertas itu dengan tulisan 'MILIKKU' tulisnya.
Winter- Six months laterMarried life and Luna life have been pretty amazing. Our parents took a well needed vacation on a cruise and Brad and Jani went to Europe.Jade and Maddie became official Beta and Lady Beta of the pack. Since Maddie has Lady Beta duties, she quit her job at the pack hospital, but still volunteers there every week.Alpha Stephan and Luna Samantha have welcomed their second pup, Ashlynn. We rotate visiting them each month so we can see them and our godpups. Samantha enjoys being Luna and the Black Howl Pack seems to really love her. She is striving and I couldn’t be more proud to have met her and become friends with her.Lydia is currently serving her sentence at the Black Howl Pack just as Alpha Stephan said she would. Two times a day for four hours in the pillory. I don’t know if she will ever understand the damage she has caused between our packs, but I hope that she will realize it and feel guilty about it for the rest of her life.Lydia’s father met his sec
Nine Months Later.Today is the day. My wedding day. My Luna ceremony. And it’s Christmas. My stomach is filled with butterflies and I barely slept the night before. Blake stayed at the pack house in his old suite since it’s bad luck to see the bride before the wedding. That’s probably one of the reasons why I barely slept.Maddie stayed with me last night so we could go over last minute wedding details and so I wouldn’t be alone. My mom brought my wedding dress over first thing this morning and Gloria and Jani came over to help calm my nerves. My wedding/ceremony isn’t until tonight so we plan on having a full spa treatment. After the spa, we are scheduled for our nail appointment, then following hair and make-up.Nancy will meet us at the salon with Paige so that she can look her best as well. For the past nine months, Paige has been so excited about being the flower girl. She takes the role very seriously. It’s rather adorable to be honest.“Alright ladies, it’s almost time for our
Two Weeks LaterThings around our pack have been quiet and peaceful. I feel a little piece of my heart left when Samantha went to Black Howl with her new mate.Maddie‘s wolf, Blaire, finally came forward and tonight is Maddie’s first shift. She’s excited and nervous, but mostly excited. Maddie has been busting her ass making sure she’s strong enough thanks to Samantha helping train Maddie.I was able to round up some volunteers to help build the apartment complexes for new members. Construction has started and of course everything is a mess. I have drawn up blueprints of how I would like the apartments to look.The first two floors are going to be a mix of studio apartments and two-bedroom ones. the third and fourth floors are going to be two- bedroom and three-bedroom ones. And the fifth and sixth floors are going to be larger apartments for larger families. Each apartment will contain soundproof walls so that everyone will live peacefully.Every kitchen will have state of the art ap
The courtroom area in the pack house is filled to the brim with pack members. Everyone is eager to see what Lydia‘s punishment would be. Since my dad and Alpha Stephan have agreed to split up Lydia’s punishment, Alpha Stephan will be joining my dad, Jared, and Gramps at the judge‘s desk.The rest of us are sitting in the front row waiting patiently for the trial to start. I wrapped my arm around Winter to comfort her. I can feel her body relax the instant I touch her. “Are you okay?” I ask, knowing she’s probably raging underneath her tense facade.“I’m okay, but Avalanche is pacing around in my head. She‘s growing impatient.” Winter confessed.Shadow whined in my head, sensing Avalanche’s uneasiness. I kiss Winter on the temple to hopefully help Ava relax a little bit. Winter sighed a breath of relief which I take as a sign that Ava calmed down.Two warriors stood on each side of Lydia. Though I can’t see her face, her blonde hair is a complete disaster as though she’s been pulling a
Having a lazy day with Blake is just what the doctor ordered. I feel completely refreshed and ready to take on the day. Lydia’s trial is tomorrow and I am curious as to what her punishment will be. But for now, I am not going to think about her and all the damage she’s caused.Today, me, Maddie, mom, Gloria, and Jani are going wedding dress shopping. The five us piled into Jani’s large SUV and headed to the closest town where the cutest bridal boutique is.Forty-five minutes after leaving the pack border, we arrived at Enchanted Bridal Haven. The shop is a quaint little hole in the wall and has everything a bride can dream of. Dresses upon dresses lined the walls, tiaras, earring, and necklaces, were in enclosed cases in each corner of the shop. Different veils, all sizes, hung on the wall behind a counter.Four massive mirrors graced the main wall with small circular platforms in front of them. The dressing rooms were off to the side down a small hallway. All of us were in awe of thi
********MATURE CONTENT********Yesterday was certainly a wild ride. No one expected Lydia to be behind the attacks on Black Howl. Although, now it made sense why Winter’s ex looked familiar to me.He was the one I caught with Lydia in the woods right before I broke up with her. I don’t know how we didn’t know he was a rogue let alone the feral leader.When I met him in Georgia, he had no scent of a wolf on him. He smelled strictly of human. I won’t dwell on it because I’m glad he’s dead. Lydia has proven she’s a psychopath and Winter has decided that Lydia deserves to be executed. I stand by my mate a thousand percent and Shadow huffed in agreement.Winter may be a sweet and caring person, but I would not want to cross Avalanche by any means. I woke up early in the morning to meet with my dad and go over Lydia’s hearing.A few of the guards have been complaining about Lydia‘s obnoxious behavior down in the cells. I apologize to them as though there isn’t anything I can do. I give them
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments