Share

14. Surat Pertama

Lisette menyadari perubahan air muka Karleen. Pipi Karleen bersemburat merah muda terlihat seperti buah persik. Karleen menggelengkan kepalanya dengan kencang.

“Karleen, apa kau demam?” Lisette menaruh telapak tangannya di kening Karleen.

“Meskipun kau tidak panas, ada baiknya kau melanjutkan istirahatmu. Kalau begitu aku pamit ya! Besok aku ke sini lagi.” Lisette mengusap kepala Karleen gemas. Dia tidak memiliki ide apa yang dirasakan Karleen barusan.

“Baiklah, hati-hati! Sampai ketemu besok!” Karleen tersenyum melihat punggung Lisette yang hilang setelah pintu kamar Karleen.

“Ah! Aku baru sadar bahwa minggu depan aku sudah harus berada di asrama.” Karleen berdiri dari baringnya dan membuka lemari. Dia berniat untuk memilah baju yang akan dibawanya nanti. Saat membongkar lemari, dia menemukan sebuah kotak. Karleen sudah sangat lama tidak membuka kotak tersebut. Isi kotak itu adalah kalung. Kalung berliontin batu rubi peninggalan orang tuanya. Sewaktu masih di panti asuhan, Karl
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status