Kuranji

Kuranji

last updateLast Updated : 2024-05-25
By:  Lathifah NurOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
33Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kuranji tumbuh besar di Perguruan Pedang Emas yang tersohor, tetapi diperlakukan tidak manusiawi oleh saudara-saudara seperguruannya. Dia diperlakukan layaknya pesuruh dan disiksa hingga sekarat dengan tulang-tulang yang patah dan mata dalam kondisi buta, kemudian dibuang ke gua angker. Lima tahun kemudian, Kuranji kembali dengan Runduih Ameh yang tak tertandingi—sebuah pusaka misterius yang diburu dan diperebutkan oleh para pendekar di dunia persilatan. Disclaimer: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh, tempat, dan peristiwa sejarah, itu hanya sebuah kebetulan, bukan unsur kesengajaan.

View More

Chapter 1

Bab 1

“Berhenti!”

Lima orang pria bertopeng melompat dari pepohonan yang berdiri di kedua sisi jalan, mengadang kereta kuda yang dinaiki Kuranji dan Puti Tan.

Dua di antara mereka menyerang Kuranji dan Puti Tan. Tiga sisanya menghentikan laju kereta kuda.

“Aakh!” Kuranji jatuh terjengkang akibat tendangan yang menghantam dadanya.

Puti Tan, dengan kemampuan bela dirinya yang mumpuni, melesat tinggi dan mendarat di atas atap kereta.

“Siapa kalian!” hardik Puti Tan. Matanya yang bulat memancarkan hawa dingin.

“Hehe … cantik! Aku akui kau cukup hebat—”

“Berhenti basa-basi! Katakan, siapa kalian?! Dan apa mau kalian mengganggu perjalanan kami?!”

“Wah, wah! Jangan galak-galak, Nisanak!” Lelaki yang menyerang Puti Tan berdiri di atas punggung kuda dengan bersedekap tangan, seolah-olah ia tegak di atas permukaan datar. Matanya memicing, memindai sekujur tubuh Puti Tan. “Kelihatannya Nisanak bukan dari keluarga sembarangan. Kami tidak akan cari masalah, asal … kalian menyerahkan semua perbekalan itu kepada kami.”

Lelaki itu menunjuk tumpukan barang dalam kereta, kemudian mengalihkan jari telunjuk pada Kuranji. “Juga dia.”

Bias kekagetan dan kekhawatiran beriak dalam manik mata terang Puti Tan tatkala menyaksikan kedua lengan Kuranji dicekal oleh dua lelaki bertopeng yang bertubuh kekar. Mereka bukan lawan yang seimbang untuk Kuranji.

Tatapan khawatir itu hanya bertahan sekilas, lalu kembali tenang dan dingin, terarah pada pria di atas kuda.

“Apa hak kalian merampas milik kami?” Puti Tan melirik sesaat pada Kuranji. “Dia … manusia, bukan barang yang bisa kalian minta seenaknya.”

“Persetan dengan apa pun alasanmu, Nisanak!” tegas lelaki di atas kuda, menahan jengkel. “Kami akan mengambil semua yang kami inginkan. Kalau kau masih ingin hidup, sebaiknya kau bersikap patuh.”

Puti Tan berpikir sejenak, kemudian sampai pada sebuah keputusan. “Baiklah. Terserah kalian. Bawa saja tumpukan barang tak berguna itu! Tapi … tidak dengan dia.” Puti Tan menunjuk Kuranji dengan ayunan dagunya. “Langkahi dulu mayatku!”

Bersamaan dengan berakhirnya kalimat di bibirnya, Puti Tan mengibaskan selendang berwarna emas miliknya kepada dua lelaki yang mengapit Kuranji. Gerakannya cepat dan tak terduga.

Pemuda di atas kuda bahkan tak sempat melihat kapan Puti Tan melepaskan selendang yang membelit pinggangnya, atau mungkin dia yang terlalu tenggelam dalam pesona kecantikan Puti Tan hingga luput mengamati gerakan tangan gadis itu.

Dua lelaki bertopeng terpaksa melepaskan Kuranji demi menghindari serangan mendadak Puti Tan.

Melihat Kuranji nyaris tersungkur karena dorongan dua pria yang menyanderanya, Puti Tan bertindak gesit. Namun, sebelum jemarinya berhasil menyambar tubuh Kuranji, lelaki yang semula berdiri di atas kuda telah lebih dahulu menarik Kuranji dan melemparkan pemuda malang itu ke arah komplotannya.

“Bawa dia! Cepat!” titah lelaki itu sambil melompat tinggi, menghindari kibasan selendang emas Puti Tan.

“Lepaskan dia!” teriak Puti Tan, mengalihkan serangan pada dua orang lelaki yang siap membubung tinggi dengan mengapit Kuranji.

“Tidak semudah itu, Nisanak!” Kilatan kuning kemerahan dari ayunan cambuk memapas kibasan selendang emas Puti Tan, memaksa gadis itu untuk menarik mundur serangannya.

“Cambuk api,” gumam Puti Tan, mengenali senjata lawan.

“Ternyata kau berwawasan luas, Nisanak. Aku merasa tersanjung kau mengenali senjataku,” kekeh lelaki itu. Jemarinya bergerak membuka topeng yang menutupi wajahnya. “Kurasa … topeng ini sudah tidak berguna di hadapanmu.”

Seraut wajah bersih menampilkan seringai tipis. Sepersekian detik Puti Tan seakan terhipnotis oleh pesona lelaki itu. Rupa nan menawan dengan hidung yang mancung. Mata yang berwarna cokelat pekat dinaungi oleh helaian bulu mata yang panjang dan lentik, serta barisan alis yang hitam dan tebal, bak semut beriring. Bibir yang menampilkan seringai itu sungguh tipis, merah merona. Rahang yang kokoh dan tulang pipi yang menonjol tegas menampilkan fitur wajah 3D yang sempurna di mata setiap orang yang memandangnya.

‘Bagaimana bisa lelaki setampan ini menyia-nyiakan pesonanya dengan menjadi sosok penjahat?’ Puti Tan membatin kecewa, menyayangkan pilihan hidup lelaki itu.

“Kardit Masiak, tampang dan nama besarmu sebagai Pendekar Cambuk Api … sungguh tidak sesuai dengan perilakumu,” ejek Puti Tan setelah tersadar dari lenanya.

Netra pekat Kardit Masiak berkilat kaget. Untuk menutupi keterkejutannya, ia tertawa kecil.

“Nisanak, aku mengagumi kecerdasanmu. Kelihatannya kau sangat mengenalku.” Kardit Masiak memindai sekujur tubuh Puti Tan. “Tapi … aku merasa asing denganmu.”

Kardit Masiak mencondongkan tubuh ke depan. “Katakan … bagaimana kau bisa mengenaliku?” tanya Kardit Masiak setengah berbisik, mengingat jarak wajah mereka yang kurang dari sejengkal.

Walau merasa risi, Puti Tan tidak membiarkan lawan mengetahui bahwa dia merasa terintimidasi oleh tatapan lekat itu.

“Bukan urusanmu!” tegas Puti Tan diikuti dengan hantaman kuat pada dada Kardit Masiak. Lelaki itu terjajar mundur sejauh hampir tiga meter.

Di saat bersamaan, Puti Tan melesat, memburu Kuranji yang dibawa pergi.

Seringai geram bercampur kagum terbit di wajah Kardit Masiak ketika lelaki itu mengusap dada, sambil menatap ke titik di mana Puti Tan menghilang.

“Lumayan tangguh. Dia bahkan mengetahui identitasku. Siapa gadis itu?” gumam Kardit Masiak, merasa sedikit terusik dengan ilmu kanuragan dan wawasan Puti Tan.

Selama melanglang buana dan berbuat onar di dunia persilatan, belum pernah ia bertemu seseorang yang langsung mengenali jati dirinya pada pertemuan pertama. Orang-orang mungkin mengetahui julukannya sebagai Pendekar Cambuk Api, tapi tidak dengan nama aslinya.

Puti Tan sama sekali tak menyadari bahwa dia telah berhasil menggelitik rasa penasaran seorang Kardit Masiak. Gadis itu terlalu fokus memburu anak buah Pendekar Cambuk Api yang melarikan Kuranji.

“Berhenti!” teriak Puti Tan begitu matanya menangkap kelebat empat orang pria berjalan tergesa-gesa. Dua di antara mereka menyeret Kuranji yang tampak kelelahan.

Napas lelaki lemah itu tidak lagi beraturan. Butiran keringat membanjiri wajahnya, bahkan membasahi pakaian lusuhnya.

“P–Puti ….” Kuranji menoleh ke belakang, membeliak tak percaya. “Lari! Lari, Puti! Selamatkan dirimu!”

Saat itulah Puti Tan menyadari kondisi Kuranji. Tubuh pemuda itu penuh dengan bekas luka memar akibat pukulan. Bibirnya bonyok. Sebelah matanya membiru dan bengkak.

Walau ilmu bela dirinya tak seberapa, ototnya juga lemah bila dibandingkan dengan badan kekar anak buah Pendekar Cambuk Api, rupanya Kuranji tidak hanya bersikap pasrah pada nasib buruknya. Dia berusaha melawan agar bisa melarikan diri dari mereka. Namun, apa daya kekuatan dan kemampuan bela dirinya tidak sebanding dengan keempat lelaki gagah itu. Kuranji menjadi samsak hidup yang terlihat sangat menyedihkan.

Empat lelaki itu serentak menghentikan langkah dan berbalik. Tatapan nakal mereka seakan menelanjangi sekujur tubuh Puti Tan, disertai seringai melecehkan.

“Relakan saja laki-laki lemah ini, Nisanak. Kami tidak ingin menyakitimu, tapi ….” Tatapan nakal yang semakin liar memancar dari sepasang manik mata kelam lelaki di sisi kanan Kuranji. “Kalau kau mau menemaninya, kami akan dengan senang hati mengajakmu serta. Bagaimana?”

Godaan itu ditutup dengan kedipan mata si pria.

Gelegak amarah mendidih hingga ke ubun-ubun Puti Tan, dan semua itu tergambar jelas pada wajahnya yang merah padam.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Lathifah Nur
Halo sobat, Readers. Mohon maaf ya, setahun belakangan author fokus ke pemulihan kesehatan, jd blm sempat update. Biidznillah tahun ini author akan update, tp tuk sementara cerita Lelaki Penakluk Nona Muda dl. Kuranji akan menyusul setelah LPNM tamat. Terima kasih atas kesabaran sobat readers ...
2025-04-29 08:15:18
0
user avatar
Yanie Abdullah
sudah lama tak ada update bab terbarunya gimana nih ?
2024-06-12 09:28:38
0
user avatar
Lathifah Nur
Hi, Sobat readers! Gimana liburan lebarannya? Menyenangkan pastinya ya. Meski rada telat, dengan kerendahan hati, Iffah mengucapkan mohon maaf lahir dan batin kepada sobat readers semua. Semoga kalian sehat selalu dan terhibur dengan karya perdana Iffah yang bertema pendekar. Mohon dukungannya ya ...
2024-04-13 22:35:21
1
user avatar
Raff
Mulai aktif lg, Thor? Intip ah. Kayaknya bagus nih
2024-04-02 11:22:24
1
33 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status