Share

Bab 13

Author: Dsdjourney17
last update Last Updated: 2025-05-01 04:57:35

Setelah pulang dari Bandung, aku baru tahu kalau Bang Adam memutuskan tunangannya di kampung. Lalu dengan nekat, Bang Adam meminta izin pada Mama untuk bisa berkencan dengan Senja.

Hal itu yang membuat Mama marah besar, bahkan hampir meminta Papa untuk mencari pengganti Bang Adam. Untung Bang Adam cepat meminta maaf, jadi Mama cepat adem dan hanya meminta Bang Adam menjaga jarak dengan Senja.

Harus aku akui, Senja benar-benar ibarat Mentari, di senja hari. Teduh dan menenangkan.

Mama suka sekali, bepergian bersama Senja. Yang katanya, suka membuat celetukan-celetukan lucu dan konyol.

Entahlah, aku tidak pernah melihatnya secara langsung. Karena saat ada diriku, maka Senja akan kembali memberi ekspresi batu.

Banyak dari anak buahku, meminta Senja untuk ikut beberapa razia yang kami lakukan. Tapi Papa melarang, karena memang kehadiran Senja untuk menjadi ajudan Mama.

Tapi akhirnya, aku bisa melihat senyum dan ocehan manja Senja.

Saat sore hari, kala aku pulang dari bekerja. Senja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 14

    "Pa, nanti malam kami mau razia anak-anak yang balap liar. Biasanya kami bawa empat polwan, tapi hari ini tim polwan punya jadwal razia sendiri. Jadi aku pinjam Senja ya, takutnya ada perempuan yang tertangkap," ucapku saat sarapan. "Tanya Mamamu, Senja kan ajudan Mama bukan Papa.""Boleh, tapi jangan lama-lama. Dan jangan sampai lecet ya Bang, kamu jagain Adik kamu itu. Oke?"Aku mengangguk tidak ikhlas, karena emoh aku menjadi Adik Abang dengan Senja! Sementara Senja, dia hanya diam dan lanjut sarapan dengan wajah datarnya itu. Sebelum berangkat kerja, aku memanggil Senja yang sedang mengikuti langkah Mama ke taman belakang. "Kenapa Bang?" tanya Senja, setelah dia berada di hadapanku. "Kamu punya SIM A?" tanyaku balik. "Punya, SIM C juga ada.""Bagus, ini kunci mobil patroli yang ada di depan itu. Nanti habis sholat isya, kamu langsung ke Polres bawa mobil itu ya? Jangan makan malam di rumah juga, kita makan sama-sama dengan anggota yang lain. Masalah senjata dan kelengkapan,

    Last Updated : 2025-05-01
  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 15

    Kami memasuki perkampungan padat penduduk, dan kehilangan jejak Senja. Aku jadi panik, karena masih teringat badik yang dibawa oleh wanita itu. Tidak menutup kemungkinan, yang laki-laki juga membawa senjata tajam. "Sudah, hentikan! Kalian lebih baik menyerah saja, ada beberapa Polisi yang ikut mengejar juga. Nanti kalian bisa kena lebih banyak pasal, karena ini sudah melakukan pengancaman menggunakan senjata tajam!" "Suara Senja Ndan," ucap Bayu. "Ayo kesana!" ajakku, sambil berlari duluan di depan mereka. Begitu kami sampai di sebuah jalan buntu, mata kami disuguhi pemandangan Senja sedang dikeroyok oleh dua target kami menggunakan senjata tajam. "Berhenti, atau saya tembak!" ancamku, dengan pistol aku bidikkan kearah mereka. Yang laki-laki langsung menyerah, dengan melemparkan celurit yang dibawanya. Tapi yang wanita, malah menyerang Senja menggunakan badik. Senja bergerak cepat, dengan menangkap pergelangan tangan wanita itu. Lalu berhasil membuat badik, terlepas dari geng

    Last Updated : 2025-05-01
  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 16

    Malamnya, kami mengendap-ngendap keluar rumah sakit. Karena akukan masih terdaftar sebagai pasien, jadi tidak bisa sembarangan keluar hanya untuk nonton. Begitu sampai di mall, banyak pasang mata menatap ke arah kami. Tapi seperti biasa, Senja adalah manusia minim ekspresi plus tidak perduli dengan lingkungan sekitar! Jadi dia cuek saja, sampai aku gemas sendiri. Dan berinisiatif, menggandeng tangannya. "Kenapa, mau nyebrang!" tanyanya jutek."Bukan, mau siram tanaman!" balasku jengkel.Senja tersenyum, dan kami melanjutkan jalan menuju bioskop. Begitu memasuki bioskop, aku melihat Senja tersenyum kagum menatap sekeliling."Kenapa mukamu begitu, seperti belum pernah masuk bioskop saja?" tanyaku penasaran. "Memang belum pernah, kan di Tanjung Pandan nggak ada mall dan bioskop," jawab Senja lugu. Aku tercengang, mendengar pengakuan Senja yang pastinya itu jujur. Tapi ide usil, langsung berdenting nyaring di kepalaku. "Jadi, Abang yang pertama ajak kamu nonton bioskop?"Senja mena

    Last Updated : 2025-05-03
  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 17

    Setelah puas makan dan jalan-jalan keliling Ibukota, kami berdua kembali ke rumah sakit saat jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Kami kembali mengendap-endap, masuk ke ruang rawat inapku. "Astaghfirullah aladzim!" teriak kami berbarengan. Karena Papa dan keempat ajudannya, sudah duduk manis menunggu kami berdua di ruang rawat yang seharusnya menjadi tempatku beristirahat. "Bagus Bang, darimana kalian berdua!" tanya Papa dengan wajah murka. "Ohhh, itu jalan-jalan sebentar," jawabku gugup. "Jalan-jalan sebentar, tapi sampai jam dua pagi?" Senja terlihat takut, dan hanya menunduk menatap lantai. "Iya, itu ide Abang. Senja cuma ikut-ikutan saja, jadi jangan marahin Senja ya Pa.""Bagus, laki-laki sejati ternyata Abang ya? Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab. Sekarang juga kamu push-up seratus kali!"Aku mengangguk, dan langsung melakukan push-up. "Pak, bagi dua saja hukumannya dengan saya. Kasihan Abang baru sembuh," pinta Senja. "Jangan, kamu tenang saja Senja. Aba

    Last Updated : 2025-05-03
  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 18

    Setelah berganti dengan seragam, aku turun dan berpapasan dengan Senja. "Kata Ibu, Abang masih kurang fit. Jadi biar aku yang antar jemput.""Boleh, ayo sekarang kita perginya.""Enak juga ya jadi Mamaku, bisa jalan-jalan disupirin kamu," ucapku saat mobil sudah mulai jalan. "Kenapa memangnya?" tanya Senja dengan wajah bingung. "Ya enak saja, kamu lucu kata Mama," jawabku asal. "Salah, yang lucu itu Bapak. Beliau selalu punya cerita, kalau kami lagi terjebak macet."Tandukku langsung keluar, karena entah kenapa mendadak aku jadi cemburu pada Papa kandungku sendiri. "Memang Papa cerita apa?""Banyak, tapi seringnya cerita waktu Bapak masih ikut razia kayak Abang. Katanya pernah ketemu sekumpulan orang mabuk, di pinggir jalan. Padahal sudah jam tiga pagi. Ada yang kakinya diatas motor, tapi badannya sudah baring di aspal. Pas dibangunin, malah nyanyi lagu Indonesia raya. Lucukan Bang?" tanya Senja, sambil tersenyum bahagia. "Nggak lucu!" ketusku. "Maaf Bang, kalau aku yang cerita

    Last Updated : 2025-05-03
  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 19

    Begitu kembali ke Polres, ternyata sudah banyak orang tua para pelaku tawuran yang datang. Aku langsung bergabung dengan yang lain, untuk memberikan wejangan pada para orangtua dan para pemuda tanggung itu. Setelah satu jam berlalu, tiba-tiba Abeng yang aku minta ambilkan berkas di ruanganku datang dengan membawa sebuah handphone. "Ndan, Senja kemana? Kenapa handphonenya tidak dibawa?""Kenapa handphone Senja ada sama kamu!" tanyaku panik. "Kan tadi Komandan yang suruh Senja meninggalkan handphone. Karena takut, konsentrasi Senja terbagi kalau ada yang menghubungi," jawab Gading. Aku langsung panik, karena berarti tadi Senja aku tinggalkan di tempat sepi. Tanpa handphone dan senjata, seorang diri pula. Dengan berlari kencang, aku ke parkiran dan masuk ke dalam mobil. Lalu aku pacu mobil sekencang mungkin, menuju tempat Senja aku tinggalkan tadi. Pikiranku kacau, saat melihat ada mobil dinas Papa disana. Dan suasana ramai, ada banyak warga sipil berkumpul di sana. Aku langsung

    Last Updated : 2025-05-03
  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 20

    "Pagi juga Ibu Dokter," jawab kami berbarengan."Alhamdulillah, Mbak polwannya tangguh. Dia selamat, dan hanya butuh waktu untuk proses pemulihan saja. Saya harap, kalian bisa memberikan waktu satu Minggu untuk pasien beristirahat total."Kami semua langsung bernafas lega mendengarnya. Tidak lama Senja yang tidak sadarkan diri, didorong keluar menggunakan ranjang rumah sakit.Saat aku akan ikut, Mama mendorongku menjauh sambil melotot."Jangan ikut-ikutan kamu! Awas kalau kamu sampai ganggu Senja lagi, setelah ini!" ancam Mama."Abang mau ..."Belum selesai aku bicara, Mama sudah pergi sambil menggandeng tangan Papa."Ayo ngobrol," ajak Andrew.Aku sebenarnya malas, berbicara lagi dengan mantan sahabatku ini. Tapi memang ada banyak pertanyaan, di dalam kepalaku untuknya.Ternyata kantin rumah sakit, sudah mulai buka jam empat pagi ini.Kami memesan bandrek, dan beberapa potong gorengan."Kamu tahu, aku sudah tertarik pada Senja semenjak kami bertemu di bandara," ucap Andrew."Bandara,

    Last Updated : 2025-05-03
  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 21

    Malamnya aku pulang ke rumah, wajah cemberut Friska langsung menyambut. "Dasar, nggak pernah berubah! Untung Abang Johnson sayang, dan baik sama aku. Semoga saja aku nggak akan pernah ketemu laki-laki senewen, kayak Abang!"Dugghhh ... Aku menjerit kesakitan, saat Friska menendang tulang keringku sekuat tenaga. "Kamu kenapa sih!" teriakku kesal. "Balas dendam, atas nama Kak Senja! Tunggu saja sebentar lagi Kak Cepi pulang, katanya bakal pukulin Abang sampai babak belur. Seperti yang dialami Kak Senja! Weekkk!"Mama dan Papa terlihat keluar dari kamar, dan mereka juga buang muka saat melihatku. Akhirnya aku naik ke kamar, setelah meminta Bik Mumun mengantarkan makan malam ke kamarku. Karena aku tahu, untuk beberapa hari ke depan hanya akan mendapatkan tatapan sinis. Serta sindiran pedas, dari semua pendukung Senja di rumah ini. Setelah mandi dan makan malam, aku kaget mendengar suara berisik dari kamar Senja. Yang sedang pindah ke sebelah kamarku. Karena curiga, aku membuka pin

    Last Updated : 2025-05-04

Latest chapter

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 45

    Aku pulang ke rumah sebentar, untuk mandi dan berganti dengan seragam dinas Kepolisian. Setelah itu aku pergi bekerja, tanpa sarapan. Mama juga tidak terlihat, tapi aku juga masih kecewa dengan sikap yang Mama perlihatkan di rumah sakit tadi. Sesampainya di Polres, ada banyak wartawan menunggu. Karena memang kejadian kemarin, menjadi berita yang heboh. Untung rumah sakit tempat Senja dirawat, dirahasiakan tempatnya oleh pihak kepolisian. Karena ditakutkan, ada beberapa pihak yang terkait dengan pengeboman kemarin masih berkeliaran bebas di luaran sana. Aku turun dari mobil, dan dengan dibantu Bang Ucok serta anggota lion king yang lain aku bisa masuk ke ruanganku tanpa harus menjawab pertanyaan para wartawan. "Alhamdulillah, Senja sudah dirujuk ke rumah sakit yang lebih bagus ya Ndan," ucap Abeng. "Maksudnya apa!" tanyaku shock. "Lho, tadi ada telepon dari pihak rumah sakit. Katanya keberadaan Senja di rumah sakit yang itu diketahui oleh wartawan, sampai parkiran mereka dipenuh

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 44

    Untung ada rumah sakit terdekat, yang hanya berjarak lima menit dari lokasi kejadian. Begitu sampai di rumah sakit, aku memarkirkan mobil sembarangan. Lalu secepat kilat, aku menurunkan tubuh Senja yang sudah tidak sadarkan diri. Beberapa orang suster dan seorang Dokter wanita paruh baya mengenakan masker, bergerak cepat membawakan tempat tidur dorong.Aku letakkan tubuh Senja perlahan, diatas tempat tidur. Lalu secepat mungkin, Senja dibawa ke ruang operasi. Tidak lama rombongan keluargaku datang, dan Aim berwajah pucat sampai tubuhnya gemetar hebat. "Cece Cia, kenapa ini terjadi pada Cece Cia," ucapnya dengan wajah panik. "Tenang Im, InsyaAllah Cecemu akan selamat," hibur Kak Cepi. "Ini bukan yang pertama Cece Ciaku, mengalami hal buruk. Ini sudah kesekian kalinya, dan itu selalu terjadi karena dia ingin menolong orang. Kenapa Cece Cia selalu mempertaruhkan nyawanya, untuk orang lain! Kenapa dia tidak pernah memikirkan aku ... Aku akan sendirian di dunia ini, kalau dia mati!"

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 43

    Tidak terasa Hut Bhayangkara sudah di depan mata. Besok, kepolisian akan merayakan Hut Bhayangkara di gedung Serbaguna yang besar. Karena kami akan menyambut kedatangan Bapak Kapolri. Jadi acara dibuat besar-besaran, bahkan rencananya akan diadakan jalan santai untuk masyarakat yang hadiahnya juga beragam nantinya. Anggota lion king sudah tentu datang semua, di saat upacara. Sementara Senja, dia terus berada di dekat Mama dan Papa bersama ajudan yang lainnya. Hari ini dia terlihat begitu cantik, menggunakan seragam coklat polwannya. Aku sampai senyum-senyum sendiri, saat pertama kali melihatnya di rumah tadi. Berbagai perlombaan yang diikuti oleh polisi, Polwan, Ibu Jenderal dan ada masyarakat umum juga dilakukan. Mama dan Senja ikut lomba make-up. Jadi, para Ibu Jenderal akan didandani oleh ajudan mereka yang perempuan. Aim yang ikut, langsung memegang kamera yang dibelikan oleh Kak Cepi. Dia sibuk merekam Cece Cia kesayangannya, saat memoles make-up ke wajah Mama. "Waduh, Ib

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 42

    Karena Mama masih tidak enak badan, akhirnya aku memutuskan untuk membawa Senja ikut lagi dengan tim Lion king patroli malam. Kali ini kami menyusuri daerah, yang menuju ke pelabuhan. Jalanan terlihat ramai oleh mobil-mobil besar bermuatan berat. Seperti biasa, Senja ikut denganku berboncengan motor. "Bang, itu kenapa ada anak-anak dibawah umur kumpul-kumpul di depan minimarket," ucap Senja. Aku langsung memberikan kode pada anggota lion king yang lain, untuk mendekati anak-anak itu. Beberapa dari mereka berhamburan lari, tapi berhasil dikumpulkan lagi oleh anggota yang lain. Setelah semuanya berkumpul, baru terlihat kalau mereka berwajah anak SMP. Ada delapan anak perempuan, dan dua orang laki-laki dewasa seperti awal dua puluhan. "Ayo digeledah barang-barang bawaan dan tubuhnya," ucapku pada anggota."Siap Ndan!"Aku mendekati Senja, yang sedang menggeledah para anak perempuan. "Kalian masih kecil-kecil ya, usia berapa kalian?" tanya Senja. "Kelas tiga SMP kak," jawab merek

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 41

    Setelah acara pernikahan Kak Cepi dan Bang Fikri yang fenomenal, kami semua kembali ke rutinitas pekerjaan. Malam ini kami kembali patroli, dan Senja ikut. Karena Mama sedang tidak enak badan, jadi beliau hanya di rumah yang sudah dipenuhi oleh ajudan serta petugas jaga yang selalu siaga di post depan rumah. Aku dan Senja menggunakan motor berdua, dan kami berhenti di depan sebuah rumah susun yang di depannya penuh oleh pemuda dan pemudi tanggung sedang nongkrong. Senja turun, dan langsung menangkap seorang pemuda yang berusaha menyembunyikan sesuatu di pos satpam yang kosong dan kotor. "Kamu sembunyiin apa itu?" tanya Senja, sambil menunjuk ke arah bawah meja. "Nggak ada Kak, itu cuma sampah rokok," elaknya.Aku berdecak kesal, dan mengambil bungkus rokok yang pemuda itu buang. Saat aku buka isinya, ternyata paket kecil berisi sinte atau tembakau sintetis. "Kamu pengedar atau hanya pemakai?" tanyaku. "Nggak ada Pak, saya juga nggak tahu itu punya siapa. Lihatlah, ada banyak sa

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 40

    Akhirnya hari pernikahan Kak Cepi dan Bang Fikri datang juga. Tentu saja aku ikut bahagia, tapi lebih bahagia lagi saat mendengar berita Andrew ditugaskan ke Indonesia Timur. Karena hal itulah, pernikahannya dengan Senja terpaksa diundur sampai masa tugasnya selesai. Sebab tempat bertugasnya itu, tidak memungkinkan untuk membawa istri.Sebenarnya bisa saja mereka menikah, dan Senja tinggal bersama kedua orang tua Andrew. Tapi waktunya juga terlalu mepet, jadilah mereka terpaksa menunda pernikahan yang memang belum sempat mempersiapkan apapun itu. Alhamdulillah, pokoknya! Dari satu minggu yang lalu, rumahku sudah dipenuhi oleh berbagai macam barang hantaran. Banyak keluarga juga berkumpul, tapi mereka menginap di hotel yang sudah dibooking khusus selama sepuluh hari. Senja dan yang lainnya sudah berangkat ke gedung, dari jam empat pagi. Karena dia dan beberapa penari lainnya, harus bersiap-siap make-up serta memakai baju menarinya. Acara akad diadakan di sebuah masjid, yang letakny

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 39

    Malam minggu ini, aku berencana mengajak Senja nonton di bioskop lagi. Karena Aim sudah ikut dengan Friska dan Johnson, untuk jalan-jalan ke mall. Katanya Johnson ingin membelikan Aim peralatan renang yang lengkap. Aku mengetuk pintu kamar Senja, dan tidak lama sang pemilik kamar membukakan pintu. "Nja, kita nonton film di bioskop yuk," ajakku."Boleh, tapi izin dulu sama Ibu.""Tadi Abang sudah izin, soalnya Abang mau ajak kamu makan malam diluar juga."Senja langsung tersenyum senang, dan bersiap-siap. Tidak lama Senja keluar kamar, dengan menggunakan dress panjang berlengan pendek warna pink dipadukan dengan make-up tipis yang membuatnya terlihat menawan. Tidak lupa dia memakai rambut sambungnya, karena aku memang selalu request pada Senja untuk memakai rambut panjang setiap kami jalan bersama. Tapi mimpi buruk datang menyapa, saat kami sudah akan masuk mobil datang mobil Andrew. Dan yang lebih menyebalkan adalah, Sandra juga berada di dalam mobil itu. Keduanya turun, dan meny

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 38

    Alhamdulillah, operasi Bang Aidan berjalan dengan lancar. Tapi Bang Aidan masih koma, bahkan setelah dua minggu tetap tidak ada perubahan yang positif. Sampai akhirnya malam ini, Bang Sandi dan Kak Ani datang ke rumahku untuk menemui Senja. "Ada apa Sandi dan Ani?" tanya Papa. "Kami datang kesini untuk meminta maaf pada Senja. Karena Mami kami sudah mengatakan hal yang sangat menyakiti hati Senja. Aidan rencananya akan dibawa berobat ke Singapura, InsyaAllah besok pagi berangkatnya. Tolong bantu doa juga, semoga Adik kami itu bisa diberi kesembuhan dan bisa beraktivitas kembali seperti semula," ucap Bang Sandi. "Nggak apa Bang Sandi, dari awal saya nggak merasa marah ataupun tersinggung dengan ucapan Ibu Kamila. Dan doa terbaik, InsyaAllah akan selalu saya panjatkan untuk Bang Aidan," ucap Senja tulus. Bang Sandi dan Kak Ani tersenyum lega, lalu mereka pamit pulang. Karena keduanya ikut ke Singapura, menemani Bang Aidan sampai sembuh. Setelah semuanya masuk ke kamar masing-masin

  • Anak Jenderal & Ajudan   Bab 37

    Kami mendengar suara mobil digas dengan kencang, lalu berlalu dengan kecepatan tinggi. Ibu Kamila dan Bapak Jaya langsung panik, dan meminta para ajudan mereka untuk mengejar mobil Bang Aidan yang melaju dengan sangat kencang. Kami juga khawatir, akhirnya aku ikut berlari ke mobil untuk mengejar Bang Aidan. Ternyata Senja ikut, dan dia langsung masuk ke dalam mobilku duduk di sebelahku. "Bang, kenapa mobil Bang Aidan tidak terlihat?" tanya Senja khawatir. "Sepertinya Bang Aidan mengendarai mobil dengan kecepatan diatas seratus, tapi kita berdoa saja semoga tidak akan terjadi sesuatu yang buruk," ucapku, mencoba menenangkan Senja. Tapi tidak lama kami mendengar suara dentuman yang sangat keras. Aku menambah kecepatan mobil, dan tidak jauh terlihat mobil yang dikendarai Bang Aidan sudah terbalik. Para ajudan Pak Jaya berhamburan keluar mobil, mencoba mengevakuasi Bang Aidan. Karena takut mobil itu meledak. Sementara Ibu Kamila dan Pak Jaya terlihat syok. Aku ingin melarang Senja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status