Share

Pesona Kenanga si Gadis Desa

Setelah perbincangan yang hangat tadi, Bara kembali ke kamarnya dan mulai sibuk menulis jurnalnya perjalanannya. Sudah beberapa jam ia asyik mencatat pengalaman-pengalaman dan pikiran-pikirannya. Tiba-tiba, ia mendengar suara ketukan yang datang dari pintu kamarnya. Bara mengernyit heran, karena ia tidak sedang mengharapkan kedatangan siapapun.

Dengan hati-hati, Bara membuka pintu dan terkejut melihat seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu tersenyum manis, "Maaf menganggu Mas. Saya Kenanga, cucu dari Nenek Lastri yang tadi Mas tolong"

"Oh iya, saya Bara" Bara keluar dari kamar dan berdiri berhadapan dengan Kenanga

"Ini Mas, saya bawa makanan. Bentuk ucapan terima kasih saya karena Mas Bara sudah mau membantu Nenek saya tadi"

Kenanga menyodorkan sebuah rantang berisi makanan yang terlihat lezat. Bara merasa senang dan terharu dengan perhatian Kenanga.

"Wah, saya sangat berterima kasih." Bara menerima makanan itu dengan wajah yang bahagia

"Baiklah Mas, saya balik dulu. Mari!" Pamit Kenanga dengan suara yang lembut. Bara masih terpana dengan kecantikan Kenanga, tak bisa berbicara apa-apa. Ia hanya bisa terdiam sambil memperhatikan kecantikan wanita itu.

Sekar, melihat kejadian itu dari depan Pondok. Ia mendekati Bara dengan senyum menggoda di wajahnya. "Aku tau apa yang kamu pikirkan, Bara," ujar Sekar dengan nada jenaka. "Itulah sebabnya kenapa lelaki susah menahan nafsunya ketika melihat gadis-gadis cantik di desa ini."

"Ah, Sekar, kamu selalu saja bercanda," kata Bara sambil terkekeh.

Bara segera memalingkan pandangannya, merasa sedikit malu. Ia tersenyum dan masuk ke dalam kamarnya, mencoba mengalihkan perhatiannya kembali ke jurnal yang sedang ia tulis.

Namun, dalam hatinya, Bara merasa terpesona dengan kecantikan Kenanga. 'Tidak mungkin aku jatuh cinta dengan orang yang baru aku lihat sekali, itupun tak selang beberapa menit' Bara membantah pikirannya

Bara melanjutkan menulis jurnalnya, tetapi pikirannya terus melayang pada Kenanga. Ia merasa tertarik untuk mengenal Kenanga lebih jauh.

Tok..tok..

Mbok Marni mengetok pintu kamar Bara, "Mas, permisi makanan sudah siap, mari mas"

Bara keluar dan menuju arah dapur bersama Mbok Marni, di tangan Bara masih menenteng rantang yang berisi makanan pemberian Kenanga tadi.

"Mbok, hari ini ada yang di bawakan bekal loh sama seseorang" kata Sekar sambil senyum senyum

"Wah, sama siapa Mas? sudah punya teman di sini?" Mbok Marni menimpali

"Kayaknya bakal jadi teman deket deh" Sekar menatap Bara

"Hahah.. waduh jangan salah paham ini tadi cuma sebagai ungkapan terima kasih, karena tadi pagi saya bantuin neneknya" Bantah Bara saat memperlihatkan rantang itu di meja makan.

"Baiklah, kalau begitu mari makan." ajak Sekar.

Saat mereka menyantap hidangan di meja, Bara baru menyadari tak ada penghuni lain yang ikut makan bersamanya. Di meja itu yang duduk hanya dia, Sekar dan Mbok Marni. Bara mengunyah pelan makanannya, seolah sistem pencernaannya tak menerima makanan itu.

"Waduh Mas, nanti kembung loh." Mbok Marni menegur Bara yang sedari tadi makan, minum, makan, minum secara bergantian

"Heheh iya Mbok, ga tau kenapa tenggorokanku kayak kering" jawab Bara yang masih terus meminum air di gelasnya

"Oh iya, gelang kamu bagus. Dapat dari mana?" Sekar melirik pergelangan Bara

"Ini pemberian Bi Ningsih, pelayan di rumahku. Katanya biar aku selalu ingat pulang" Sekar yang mendengarnya , malah menatap datar ke arah Mbok Marni.

Saat sedang makan Bara malah merasakan kantuk yang tak tertahankan, matanya menjadi berat.

"Makanannya enak sekali, saya sampai ngantuk nih" Bara menyudahi makannya. "Saya pamit istirahat dulu yah" kemudian langsung menuju ke kamarnya.

Jam berganti begitu cepat, waktu itu hari sudah sore Bara memutuskan pergi ke rumah nenek dan Kenanga untuk mengembalikan rantang yang telah mereka berikan. Ia berharap bisa bertemu dengan Kenanga lagi dan berbincang-bincang dengannya.

"Permisi, Nek?. Kenanga?" Bara memanggil penghuni rumah itu dari luar

Nenek membukakan pintu, "Ada apa Nak? Mari masuk!" Nenek Itu cukup kaget dengan kedatangan Bara

"Tidak usah Nek, saya kesini untuk balikin rantang yang tadi Kenanga bawa aja" Bara menyerahkan Rantang yang sudah bersih itu pada nenek

Saat sedang mengobrol dengan Nenek, Bara melihat Kenanga di dalam rumah itu. "Hai, Kenanga! Aku datang untuk mengembalikan rantang dan mengucapkan terima kasih atas makanannya," sapa Bara dengan senyum hangat.

Tiba-tiba, wajah Kenanga menjadi serius. Dia langsung memotong pembicaraan Bara sebelum ia sempat mengucapkan hal yang lain "Bara, jangan lama-lama di desa ini. Jika kamu melakukannya, mungkin kamu tidak akan pernah bisa pergi," ucapnya dengan nada misterius.

Bara terkejut mendengar kata-kata Kenanga. Kebingungan meliputi pikirannya, dan ia tidak bisa memahami arti dari peringatan tersebut. Sebelum ia sempat bertanya untuk penjelasan lebih lanjut, Kenanga langsung tersenyum dan masuk ke dalam rumah, menutup pintu di rumah itu.

Bara berdiri di sana, bingung dan tidak yakin dengan apa yang baru saja terjadi. Ia berpikir untuk mengetuk pintu dan mencari penjelasan, tetapi sesuatu menghalanginya. Ia memutuskan untuk menghormati tindakan Kenanga dan perlahan-lahan berjalan kembali ke pondok.

Saat ia berjalan pulang, Bara tidak bisa menghilangkan ingatan akan peringatan Kenanga. Pertanyaan-pertanyaan berputar di kepalanya, dan ia tidak bisa menemukan jawaban yang memuaskan.

Saat kembali ke Penginapan, Bara bertemu dengan Sekar. Mereka duduk di bangku dekat sungai, samping Penginapan itu, menikmati suasana yang tenang.

"Sekar, sesuatu yang aneh terjadi ketika aku pergi mengembalikan rantang ke rumah Kenanga," Bara memulai, suaranya penuh dengan rasa ingin tahu.

"Kenanga mengatakan padaku untuk tidak lama-lama di desa ini atau aku mungkin tidak akan pernah bisa pergi. Apa yang menurutmu maksudnya?"

Sekar merenung sejenak sebelum memberikan penjelasan. "Nah, Bara, desa ini memiliki reputasi karena keindahannya yang memikat dan lingkungannya yang tenang," jelasnya. "Beberapa orang yang datang ke sini merasa sulit untuk pergi karena mereka terpesona oleh pesonanya. Mungkin Kenanga hanya memberimu peringatan tentang hal itu."

Bara mengangguk, mencerna penjelasan Sekar. Dia menyadari bahwa pesona desa bisa membuat orang terjebak, sulit untuk melepaskan diri dan mengejar impian di tempat lain dalam hidup.

Hari berganti minggu, dan Bara tidak bisa menghilangkan ingatan akan peringatan Kenanga. Ia merasa dorongan yang kuat untuk mencari jawaban dan memahami rahasia desa tersebut. Ia memutuskan untuk kembali mengunjungi Kenanga, dengan harapan bisa mendapatkan kejelasan.

Ketika Bara tiba di rumah Kenanga sekali lagi, ia mengambil napas dalam-dalam dan mengetuk pintu. Kenanga membukanya dengan senyum hangat, seolah-olah sudah menantikan kedatangannya.

"Bara, aku senang kamu kembali," ucap Kenanga dengan lembut. "Aku tahu kamu pasti punya banyak pertanyaan."

Bara melihatnya dengan campuran antara rasa ingin tahu dan antisipasi. "Kenanga, apa yang kamu maksud dengan tidak bisa pergi dari desa ini? Bisa jelaskan padaku?"

Kenanga mengisyaratkan agar Bara masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di ruang tamu, dan Kenanga mulai menceritakan kisah desa tersebut.

"Bara, desa ini memiliki pesona yang kuat. Ia bisa memikat hati orang-orang dan membuat mereka ingin tinggal selamanya," Kenanga menjelaskan. "Banyak yang datang ke sini dengan impian dan harapan, tapi mereka akhirnya terjebak dalam pesona desa dan sulit untuk pergi."

Bara mendengarkan dengan penuh perhatian, hatinya berdebar-debar dengan perpaduan antara ketertarikan dan kewaspadaan. Ia menyadari bahwa ada lebih banyak hal di balik desa ini daripada yang terlihat. Ia bertekad untuk mengungkap rahasia-rahasia tersebut.

"Aku memberimu peringatan karena aku melihat sesuatu yang berbeda dalam dirimu, Bara," sambung Kenanga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status