Share

Desa Baru

Setelah pemberhentian terakhirnya, Bara melanjutkan perjalanan melewati beberapa desa. Sebenarnya, dalam hati ia ingin berhenti sejenak untuk menikmati makanan khas desa tersebut atau bahkan menginap di salah satu desa tersebut.

Namun, dengan pertimbangan yang matang, Bara memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan dan berhenti di desa yang benar-benar ingin ia tinggali.

Beberapa menit kemudian dari kejauhan, Bara memperhatikan sebuah mobil Kijang yang terparkir di bahu jalan.

Seorang pria dengan kaos hitam dan celana jeans terlihat sangat frustasi saat menendang-nendang bagian tengah mobil tersebut, dan membuka kap mobil. Bara perlahan memperlambat laju motornya dan berhenti tepat di samping mobil tersebut, ingin memberikan pertolongan yang diperlukan.

"Mobilnya kenapa, Pak?" tanya Bara sambil melepas helmnya, memperhatikan dengan seksama kerusakan yang ada.

Pria tersebut menatap ke arah Bara dengan pandangan campuran antara harapan dan kekecewaan. "Ndak tau ini, Mas. Tiba-tiba mogok. Padahal baru minggu lalu di service," keluhnya

"Boleh saya bantu? Kebetulan paman saya memiliki mobil dengan tipe yang sama, jadi saya sedikit paham tentang perbaikan mobil," tawar Bara dengan sikap yang ramah.

"Silahkan, Mas," jawab pria tersebut dengan rasa harap.

Bara dengan cekatan memeriksa kondisi mobil tersebut, sementara pria tersebut memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh Bara dengan sangat detail.

"Selesai, Pak. Ternyata hanya ada beberapa kerusakan kecil, tapi sudah saya perbaiki," ucap Bara dengan senyum lega.

Pria tersebut masuk ke dalam mobil, tangannya memutar kunci, dan benar saja, mobil itu menyala dengan lancar. "Wah, keren, Mas! Mas ini montir ya?" tanya pria tersebut dengan rasa kagum.

"Bukan, Pak. Saya hanya sedikit paham tentang mobil," jawab Bara

Pria tersebut mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya. "Rokok, Mas?" Pria tersebut menyodorkan rokok tersebut ke arah Bara, menunjukkan sikap ramahnya.

"Makasih, Pak. Kebetulan mulut saya sudah terasa asem banget" ucap Bara sambil mengambil sebatang rokok dan membakarnya dengan hati-hati, menghirup asapnya dengan perlahan.

"Ngomong ngomong mau pergi ke mana, Mas? Ranselnya gede banget. Minggat atau diusir dari rumah?" tanya pria tersebut sambil tertawa kecil, mencoba mengobati suasana dengan sedikit humor.

"Saya perantau, Pak. Tapi belum ada tujuan mau kemana, makanya dari tadi jalan aja terus sampai ketemu Bapak," jawab Bara dengan hati-hati, tidak ingin ada yang mengetahui identitasnya yang sebenarnya.

Pria tersebut mengangguk mengerti, "Hebat sekali, masih muda sudah berani merantau. Keren! Saya juga dulu pernah seperti itu, tapi karena usia yang sudah tidak muda lagi, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke desa."

"Kalau mau, Mas bisa tinggal di desa saya saja. Tidak terlalu jauh dari sini. Nanti bisa mengikuti saya aja" lanjutnya

Bara merasa senang dengan tawaran tersebut. Dia merenung sejenak, mempertimbangkan pilihan yang ada di hadapannya. Akhirnya, dengan senyuman, Bara menjawab, "Terima kasih banyak, Pak"

Bara kembali ke motornya dan mulai mengikuti mobil Pria itu dari belakang, terlihat sesekali Pria itu menatap Bara dari spion mobilnya mungkin memastikan Bara tak kehilangan jejak.

Hampir sejam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah desa yang begitu ramai dengan warganya yang lalu lalang, pembangunan di desa ini terbilang sangat bagus, ada sekolah, tempat tempat ibadah yang cukup lengkap serta rumah rumah warga yang terlihat cukup modern.

Pria itu terlihat membuka kaca jendela mobilnya, "Mas, ini desa saya. Tapi saya tadi baru di telepon bos saya, jadi harus balik lagi. Ndak apa - apa saya tinggal?"

"Nggak apa - apa Pak, saya di antar ke sini aja udah syukur banget. Terima kasih banyak Pak, hati - hati" Bara memutuskan masuk ke desa mencari penginapan untuknya beristirahat.

"Permisi Mas, penginapan di sekitar sini di sebelah mana yah?" Tanya Bara pada seorang penjual sayur

"Itu mas bangunan warna Pink itu" jempolnya menunjuk ke arah sebuah bangunan yang terlihat warnanya sangat mencolok

"Loh warnanya merah muda, Mas?. Apa jangan jangan nerima yang cewek aja?"

"Ndak Mas, wong lebih banyak laki - laki yang kesitu dari pada perempuan" Si penjual sayur itu tertawa

"Syukurlah, terima kasih Mas. Saya kesana dulu" Bara beranjak dari sana menuju penginapan itu

'Gayanya keren sekali, motornya juga bagus. Pasti orang kota' kata Si penjual sayur saat melihat penampilan Bara

Sesampainya Bara ke depan penginapan itu Bara memarkirkan motornya lalu masuk dan memesan kamar.

"Permisi Mbak, saya mau pesan kamar,"

"Mau yang berapa jam, Mas?" Resepsionis itu memainkan rambutnya dengan jari, matanya seperti mencoba menggoda Bara.

"Ehm saya pesan untuk beberapa hari Mbak," Resepsionis itu sedikit terkejut, pasalnya jarang bahkan hampir tidak ada yang menginap di sana dengan hitungan hari

"Baik Mas, saya minta datanya dulu yah,"

Selesai menyelesaikan administrasi, Bara berjalan menuju ke kamarnya. Kunci di tangannya bernomor 32. Kamar yang dia pesan cukup nyaman, setidaknya sebelum dia mendapatkan rumah untuk tinggal lama di desa ini.

Bara membersihkan diri dan kembali menulis jurnal perjalanannya.

13 Juni, 2019

Desa yang baru, penginapan berwarna pink mentereng dengan kamar nomor 32...

Bara sibuk bercerita dalam jurnalnya, waktu terlihat sudah gelap dan perut Bara mulai keroncongan.

"Kayaknya harus cari makan dulu," Bara mengambil dua lembar uang seratus rupiah di saku yang tersembunyi di ranselnya

Dia berjalan ke luar penginapan, berusaha terlihat sama seperti warga lokal.

"Bu, saya pesan nasi sama lauknya yang ini yah" Bara menunjuk makanan yang ada di etalase itu

"Baik Mas," Si Ibu langsung mempersiapkan pesanan Bara, lalu mengantarnya pada pemuda yang terlihat lapar itu.

"Silahkan, Mas!" pesanan Bara lengkap di antar ke meja. Bara membalas dengan anggukan senyum, lalu menyantap makanannya.

"Mas warga baru yah?" tanya Ibu itu daru balik etalasenya

"Iya Bu,"

"Iya soalnya semua yang makan disini Ibu tau semua, soalnya pada suka ngutang" pungkasnya sambil tertawa. Bara merespon juga dengan hal yang sama.

Perutnya sudah kenyang, Bara kemudian memutuskan jalan - jalan menikmati suasana desa itu di malam hari.

Matanya tertuju pada sebuah bangunan bertuliskan "Metropolis" dengan penjagaan dua orang berbadan kekar di depannya, banyak motor motor dan beberapa mobil terparkir di sana, nampak seperti Bar atau lebih tepatnya tempat hiburan malam

Bara yang datang dengan gaya yang biasa saja langsung di persilahkan masuk, meskipun raut wajah si penjaga itu nampak tidak terlalu ramah. Namun pembawaan diri Bara bisa membuat dia tetap di persilahkan masuk.

"Cocktail satu, Bang," pinta Bara pada Bartender yang sibuk mengelap gelasnya

"Sip" tak perlu waktu lama segelas cocktail langsung disajikan untuk Bara

Bara yang mulai menikmati tempat itu, matanya memperhatikan orang orang di sana, tiba - tiba seorang pria berteriak ke arahnya

"Hei anak muda, kemarilah! Tak baik jika minum sendiri di tempat yang ramai, hahaha" semua orang di samping pria itu menatap ke arah Bara

Bara mengambil minumannya, dan duduk tepat di samping pria itu. Perawakannya tinggi dan terlihat semua orang yang duduk di sekelilingnya sangat menghormati pria itu.

"Siapa namamu Dek?" tanya pria itu dengan sedikit membelokan kepala ke arah Bara

Disitu cukup ramai dengan musik dan tawa orang orang, sehingga pria itu harus agak berteriak saat bertanya pada Bara, padahal Bara sudah tepat di sampingnya

Bara yang hendak memperkenalkan namanya di buat terkejut saat matanya melirik ada pistol yang terselip di celana seorang pria lain yang duduk di dekat mereka

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status