Nathan ingin tertawa, dia tahu jika Amala saat ini sangat gugup. Meskipun kepalanya mengangguk, tapi hatinya belum sepenuh hati. Itu terbukti saat Nathan mulai meraba pinggangnya. Suhu badan Amala tiba-tiba menjadi sangat dingin dan dia gemetaran.Nathan tersenyum melihat itu, kemudian mengecup singkat bibir mungil Amala."Aku sudah berjanji tidak akan melakukannya jika kamu belum sepenuhnya siap. Jadi jangan khawatir. Kita tidak akan melakukannya sekarang."Amala mendongak, menatap wajah Nathan. Dia sungguh merasa bersalah. "Tapi bagaimana dengan Kakek?""Hanya ada satu cara." Nathan langsung menarik tubuh Amala hingga terjatuh ke kasur. Nathan segera berada di atasnya.Kedua pasang mata mereka kita saling menatap. Jantung Amala kali ini benar benar berdegup sangat kencang."Aku mencintaimu, Amala. Tidak peduli bagaimana cara kita bertemu. Dan suatu saat, aku ingin kamu juga mengatakan itu padaku." Tangan Nathan merambat ke leher Amala dan menyikap rambutmya.Nathan mendaratkan bibir
Di dalam kamar, terdengar dua orang sedang bertengkar kecil dengan diselingi tawa kecil yang menandakan jika pasangan yang sedang bertengkar karena bahagia."Nath, jangan seperti ini. Aku malu." Amala menarik rambut panjang yang telah diikat oleh Nathan dengan sebuat ikat rambut kupu-kupu. Amala juga melebarkan rambutnya ke depan, sengaja untuk menutupi bagian lehernya yang punya banyak bekas kecupan Nathan semalam.Nathan malah berusaha menahan tawanya sampai bahunya terlihat berguncang."Biarkan saja diikat. Jika begitu, bagaimana Kakek akan melihat bukti dari kita?" Amala memajukan bibirnya, "Iya Kakek, lalu jika Glen melihat bagaimana? Dia tidak mungkin tidak akan bertanya. Anak itu sangat peka." Protes Amala.Nathan kembali tertawa. Kali ini dia tidak bisa menahannya. "Aku akan menjelaskan padanya."Amala melotot, "Menjelaskan apa?""Ayo, sudahlah. Kakek sudah menunggu kita untuk sarapan. Aku harus segera berangkat ke kantor.""Iya aku tahu. Tapi aku malu Nath," balas Amala deng
Kantor Group Dexon.Nathalie sudah pergi dari ruangan tamu. Wilan menatap punggung bekas sahabat Amala itu. Pada saat ini dia mulai curiga pada Amala. Tetapi tiba-tiba dia teringat bagaimana pertamanya dia tahu jika Glen adalah anak kandung Nathan. Bukan Amala yang memberitahunya, tetapi Nathan sendiri yang langsung memberitahunya. Bahkan Nathan mengatakan jika mengetahui jika Glen adalah putranya karena sebuah tes DNA.Wilan mendadak terkejut sendiri dengan ingatan ini. Dia hampir berburuk sangka pada Amala. Dia tidak bisa seperti ini. Tidak boleh mencurigai Amala. Meskipun ada kekecewaan dalam hatinya. Semua itu bukan salah Amala. Amala tidak tahu apa-apa.Dia memang merasa sedih, karena Nathan telah menikahi Amala. Tapi itu semua sudah ia anggap sebagai takdir mereka. Wilan memang menyukai Nathan, dia pernah berharap. Tapi dia tidak ambisi. Jadi baginya ini bukan lah suatu masalah yang harus dianggap membuatnya kecewa.Pada akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Amala. Berniat m
Saat ini Khale sudah mengendarai mobilnya untuk kembali ke Grup Larw. Sepanjang perjalanan pikirannya sungguh sangat runyam.Sampai detik ini Khale masih seperti bermimpi, seperti belum percaya jika selama ini dia telah hidup dengan orang-orang yang begitu kejam.Ibu yang ia sangat hormati, Nathalie yang dianggapnya sebagai wanita terbaik dalam hidupnya. Yang datang tepat waktu mengobati luka hatinya dan bahkan sanggup setia menunggu hingga ia bisa jatuh cinta padanya.Semua itu ternyata hanyalah omong kosong!'Amala.' mulutnya mendesis menyebut nama Amala. Dia merasa sangat berdosa. Amala disini adalah korban kejahatan Nathalie dan kedua orang tuanya. Lalu dirinya? Dia justru menjadi salah satu orang jahat yang ikut andil dalam menindas Amala. Memikirkan ini Khale seperti tidak dapat menatap dunia rasanya. Hatinya terasa hancur berkeping-keping.Khale menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia meninju stir mobil, membenturkan kepalanya beberapa kali sambil berteriak.Setelah sekian
Saat Amala sedang menimbang, Wilan datang menghampiri mereka. Dia melirik Khale yang berdiri disamping meja.Melihat Wilan datang Amala berdiri untuk menyambut. "Wilan. Kamu sudah datang? Mari duduk." Amala menarik kursi untuk Wilan."Maaf, aku terlambat." Wilan menjawab sambil duduk."Tidak apa, aku juga baru saja datang."Wilan melihat Khale dan bertanya. "Ada Tuan Khale juga disini. Apakah kalian juga ada janji makan siang?" Amala merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Wilan. Khale juga merasa seperti itu, dia langsung menjawab."Tidak. Aku sengaja yang mengikuti Amala. Tadi ada hal yang terlupa untuk ku bahas. Jadi aku menyusulnya kemari. Tetapi berhubung sepertinya kalian ada janji ketemuan, jadi aku akan permisi saja." Selesai bicara Khale memutar badannya. Tapi Wilan memanggilnya."Tuan Khale, tunggu sebentar. Sepertinya aku juga perlu mengajak anda bicara. Kebetulan anda disini, jadi mari kita duduk dan bicara bertiga."Pada akhirnya, Khale menarik kursi dan duduk.Amala memes
Melihat pesan chat dari ibunya, Khale langsung melakukan panggilan suara dengan ibunya."Ibu, jadi Nathalie hamil?" Dia bertanya."Benar Khale, kandungan Nathalie sudah jalan dua bulan. Dan kandungannya lemah. Kamu bisa ke rumah sakit kan? Nathalie membutuhkanmu."Khale terdiam cukup lama, kemudian berkata dengan pelan. "Aku masih banyak pekerjaan. Ibu saja yang menemaninya. Nanti aku usahakan pulang lebih awal." Lalu tanpa menunggu Sabrina menjawab, Khale sudah mematikan panggilan dengan sepihak.Khale melempar ponselnya di atas meja kerja. Dia melangkah, membanting tubuhnya di sofa dan meremas rambutnya. Mendengar kabar kehamilan Nathalie, entah kenapa dia sama sekali tidak senang. Dia tidak bisa untuk tidak mengingat bagaimana dia bisa menikahi Nathalie. Dia sama sekali belum bisa mencintai Nathalie sampai sekarang. Dia hanya sedang patah hati dan dorongan dari kedua orang tuanya.Tetapi, seberapa pun dia menyesali Pernikahan ini, semua tidak akan berguna. Nathalie telah hamil. M
"Khale, ini juga demi kebaikan kita. Aku tidak ingin ada pihak yang terus salah paham! Aku lelah jika suamiku maupun Nathalie akan selalu salah paham dengan kita! Kamu juga harus fokus pada istrimu. Dia sudah mengandung. Dia butuh perhatianmu!""Tidak Amala. Aku tidak pernah bisa mencintai Nathalie! Aku masih mencintai kamu!"Amala tersenyum. "Kamu ini keterlaluan. Kamu bilang tidak mencintainya, tapi menikahinya. Dan dia sekarang hamil. Kamu malah berkata seperti itu.""Tidak. Itu bukan salahku. Mereka telah mempermainkan aku, mempermainkan kita. Membuat kita berpisah. Amala, aku mencintaimu. Tidak yang lain." Khale tiba-tiba mendorong tubuh Amala hingga punggung Amala membentur tembok. Dia langsung mengunci tubuh Amala.Amala terkejut dan berteriak. "Khale, apa yang kamu lakukan?"Dia bisa mencium aroma alkohol yang kuat dari seru nafas Khale yang sangat kuat. "Kamu sedang mabuk! Jangan gila kamu! Lepas, atau aku akan berteriak!""Amala, aku merindukanmu. Aku sangat tersiksa. Beri a
Nathan sekali lagi memperhatikan foto itu, melihat Khale mencium bibir Amala hatinya sangat kesal. Dia langsung berdiri lalu menghubungi Kenzi."Aku ingin pulang sekarang." "Baik." Tanpa bertanya Kenzi langsung mengiyakan. Dia seperti sudah tahu jika bosnya dalam suasana hati yang sedang tidak baik-baik saja. Kenzi sudah bisa menebak jika semua ini pasti karena ulah wanita ular tadi.Dalam perjalanan pulang Kenzi melirik Nathan yang berwajah murung. Dia membuka suara dengan pelan. "Tuan, segera tingkatkan hubungan kalian. Agar tidak ada suatu hal yang menghalangi kalian lagi."Nathan mengangkat kedua alisnya. "Tingkatkan seperti apa lagi? Hubungan kami semakin dekat. Apa kamu tahu jika Amala juga sudah mengatakan jika mencintaiku. Lalu harus bagaimana lagi?"Kenzi tersenyum kecil, melirik Nathan dari kaca spion di depannya. "Ungkapan cinta bukan sekedar dari perkataan, tapi bahasa tubuh itu lebih baik. Seperti hubungan di atas tempat tidur contohnya."Setelah Nathan berpikir sejenak,