Home / Romansa / Anak Kembar Sang Konglomerat / 3. Mertua dan Ipar yang Licik

Share

3. Mertua dan Ipar yang Licik

Author: Audia
last update Huling Na-update: 2021-08-31 19:11:48

Elina mengusap bergantian kepala suami dan perut buncitnya dengan sayang. Sedangkan Aldi tengah memejamkan matanya menikmati usapan lembut istrinya.

Kalau boleh Aldi jujur. Jari-jemari Elina sangatlah halus dan cocok bersanding dengan kulitnya yang keras dan kasar.

"Kepalanya sudah tidak sakit Mas??" Elina memberanikan diri bertanya kepada sang suami.

Walaupun Aldi sangat mencintainya, namun suaminya tidak menyukai wanita cerewet. Jadi Elina cukup bertanya satu atau dua kali setelahnya Elina tidak berani.

Pernah dulu Elina bertanya berkali-kali bahkan ketika ngidam sangatlah cerewet membuat Aldi geram. Akhirnya Aldi membentaknya sampai ia terkejut. Sejak kejadian itu suaminya hilang bagai di telan bumi tidak pulang ke rumah selama dua hari.

Sebenarnya Elina ingin sekali marah dan protes. Namun apalah daya dirinya yang tengah mengandung tidak ingin membebankan pikirannya dengan semua masalah dan nantinya akan berakhir membahayakan anak mereka.

"Kamu masih takut sama aku??" Aldi mendongak menatap manik mata istrinya.

Elina menggelengkan kepalanya. Bohong kalau dirinya tidak trauma dengan bentakan suaminya beberapa bulan yang lalu.

"Sekali lagi mas minta maaf, ya. Ketika  kamu ngidam Mas pergi meninggalkan kamu sendiri dengan segala keegoisan Mas."

Waktu itu ingin sekali Elina menangis. Tidak ada yang peduli padanya. Hanya cacian dan makian yang ia dengar setiap saat.

Mama mertuanya menyalahkan dirinya. Gara-gara dirinya anak kesayangannya banyak pikiran dan marah-marah ke semua orang.

Elina ingin menelpon orang tuanya. Tapi ia urungkan karena ia tidak mungkin menceritakan semuanya pada keluarganya. Apalagi ayahnya yang tidak pernah menyetujui pernikahan mereka dari awal.

Untung ada bibi Minah yang selalu mengunjungi kamarnya, mengantarkan makanan dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Coba kalau bibi Minah tidak memaksanya untuk makan, pasti dirinya telah mati kelaparan di dalam kamar.

"Kamu menyesal menikah dengan Mas??" tanya Aldi dengan suara khasnya.

"Aku tidak pernah menyesal menikah sama kamu Mas. Bahkan aku sangat bahagia bisa merasakan hidup satu atap dengan orang yang aku cinta." Elina berbohong.

"Sini peluk!!" Aldi merentangkan tangannya. Elina dengan senang hati masuk ke dalam dekapan suaminya yang selalu membuatnya nyaman.

Hanya kamu Mas alasan aku tetap berada di rumah ini, batin Elina mengeratkan pelukannya di dada bidang suaminya.

Aldi menggeser dirinya ke tengah ranjang agar istrinya bisa ikut tertidur sambil memeluknya.

"Mas percaya kamu bisa meluluhkan semua orang di dalam rumah ini."

"Insyaallah Mas. Semoga Mama dan kedua adik Mas bisa menerima aku suatu saat nanti."

"Iya sayang pasti."

Ingin sekali Elina berbincang-bincang dengan bebas seperti dulu ketika mereka pacaran. Sekarang keadaannya sangatlah berbeda. Suaminya jadi lebih gampang marah dan juga menyalahkan dirinya.

Mungkin kerjaan di kantor membuat Aldi kelelahan dan melampiaskan padanya. Elina harus mengerti dengan keadaan suaminya.

Hal utama yang membuat Elina dulu untuk pertama kalinya berani menentang keputusan ayahnya, adalah karena Aldinata Maheswara selalu meyakini dirinya dengan semua kata-kata manis keluar dari bibirnya.

Elina sampai sekarang selalu merasa bersalah karena menentang perkataan ayahnya, yang tidak merestui hubungan mereka karena keluarga tidak sederajat.

Ternyata ini alasan ayahnya tidak menyetujuinya menjadi salah satu anggota keluarga Maheswara.

"Tidur sayang! Jangan banyak pikiran! Nanti dedek kenapa-kenapa di dalam."

Elina memejamkan matanya dan tertidur di pelukan suaminya. Biarlah takdir berjalan sebagaimana mestinya.

***

"Dokter Shanika jangan nikah dulu. Tunggu dudanya kak Aldi. Bentar lagi."

Shanika tidak salah dengar?? Yang dikatakan Naila itu serius atau hanya candaan semata.

"Benar yang dikatakan Naila. Kamu yang sabar. Tante tahu kamu masih mencintai Aldi kan??"

Kenapa sekarang dirinya merasa terpojokkan?? Ingat Shanika pria yang kamu sukai telah memiliki istri bahkan sekarang istrinya tengah mengandung. Kamu mau menjadi perusak rumah tangga mereka dan bagaimana nasib bayi yang ada di kandungan sang istri?? Pasti nantinya akan menjadi anak broken home, batin Shanika berpikir dengan cerdas.

"Tante hanya setuju kalau Aldi menikah sama kamu. Bukan sama Elina."

"Sudah Takdir Tante. Aldi juga sekarang tengah berbahagia sebentar lagi akan punya anak. Bukannya Tante senang keturunan keluarga Maheswara akan segera lahir??"

"Tante hanya ingin keturunan pertama Aldi terlahir dari rahim kamu. Bukan rahim Elina."

"Maksud Tante bagaimana, ya??" Sebenarnya dari tadi Shanika belum sepenuhnya mengerti akar dari semua pembicaraan mereka.

"Maksud Mama itu. Dokter Shanika direstui menikah sama kak Aldi." Keyra angkat bicara menjelaskan, karena merasa gemas dengan Shanika yang dari tadi tidak mengerti akar pembicaraan mereka.

"Tapi kan Aldi sudah memiliki istri. Saya tidak ingin menjadi pelakor," tolak Shanika dengan tegas. Biar Bagaimanapun dirinya adalah perempuan terhormat juga dari kalangan atas.

"Tenang saja! Kamu tinggal tunggu tanggal mainnya," ucap Tamara.

"Dokter Shanika tahu. Kak Aldi itu sebenarnya tidak cinta sama Elina. Kalau memang cinta kenapa pas Elina ngidam, kak Aldi marah-marah karena Elina cerewet dan hilang dari rumah tidak pulang selama dua hari."

Shanika terkejut mendengarnya. Bukannya Aldi sangat mencintai istrinya?? Atau Aldi tertekan menikah dengan Elina??

"Dokter Shanika mengikhlaskan kak Aldi sama Elina karena kakak pikir kak Aldi bahagia nikah sama Elina kan. Itu salah besar."

Memang benar fakta yang dijabarkan oleh Keyra. Ia sendiri yang menceritakan semuanya.

"Mama curiga Key! Nai! Wanita itu bermain dukun. Dulu pas pacaran kakak kalian bucin sama wanita itu. Tapi sekarang huh...."

"Yang dikatakan Mama ada benernya juga. Sampai dulu kak Aldi mengancam untuk keluar dari keluarga Maheswara. Hanya karena wanita itu," seru Naila menggebu-gebu.

Sedangkan dari arah dapur. Seorang wanita paruh baya menguping semua pembicaraan mereka.

Apa dengan menjelekkan Elina mereka semua akan selalu bahagia?? Apa keluarga Maheswara hobinya menjatuhkan anggota keluarganya sendiri.

walaupun Elina adalah orang luar dan sekarang menjadi istri tuan muda di rumah ini. Tetap Elina adalah anggota keluarga Maheswara. Bukan orang lain bahkan penyusup yang akan selalu tertindas.

"Kasihan ya Non Elina. Kalau aku yang jadi non Elina pasti tidak akan kuat bertahan di rumah ini." Salah satu maid muda bersuara.

"Benar katamu. Walaupun rumah ini seperti istana. Tapi kalau isinya jelmaan siluman semua. Aku memilih mundur."

"Apalagi sekarang Non Elina tengah mengandung. Semoga kandungannya selalu dijaga oleh sang kuasa." Bibik Minah berdo'a untuk majikannya yang malang.

"Amiin Bi. Pasti suatu hari nanti mereka akan sangat menyesal telah memperlakukan non Elina seperti ini."

"Aku akan paling bahagia kalau mereka semua nyesel dan minta maaf sama Non Elina besok."

Semua pembicaraan mereka tidak luput dari pendengaran dan perhatian dari tuan besar yang telah tiba sejak sejam yang lalu. Tapi mereka semua tidak menyadarinya.

"Apa sopan menjelekkan majikan di belakang!!" suara serak nan basah itu terdengar nyaring membuat seisi rumah tertuju ke suara yang sangat mereka kenali.

"Tuan Besar!"

"Papa!" Kebiasaan dari Keyra dan Naila adalah menyambut kepulangan papanya dengan sangat gembira.

Namun kebahagiaan mereka seakan musnah ketika melihat tatapan tajam dari papanya. Tuan besar mengangkat tangan kanannya tanda tidak ingin disentuh oleh siapapun. Mereka semua dalam  bahaya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dandi Tewah
wow mantap
goodnovel comment avatar
Rozi Ojik
up up up up donggg
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   97. Ending

    Elina tersenyum melihat kebersamaan mereka yang tengah bermain basket berempat. Terlihat Liam dan Liana merebut bola basket dari Aldi dan juga Andre yang tengah senang menggoda mereka yang masih pendek.Liam mengambil bola basket tersebut dan melemparnya dengan gaya memukau. Berhasil! Masuk dengan sempurna membuat mereka bersorak ria. Aldi menggendong Liana, sedangkan andre menggendong Liam yang dengan wajah membanggakan dirinya dan bertepuk tangan.Elina sampai meneteskan air matanya karena terharu. Akhirnya kehidupannya bisa ia rasakan sampai detik ini juga. Setelah badai begitu dahsyatmemporak-porandakan hidupnya.Tuhan memiliki rencana yang sangat indah, untuk kehidupan Elina. Elina selalu percaya, sk

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   96. Pelajaran Hidup

    Setelah acara pemakaman selesai, mereka semua sekarang berkumpul di kediaman dokter Andre. Memakai pakaian serba hitam dan duduk di sofa ruang keluarga.“Elina! Saya selaku kedua orang tua almarhum, ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada, Nak Elina. Atas kelakukan almarhum yang telah membuat Nak Elina hampir depresi karena trauma.”Elina mengusap kepala Liana, yang berada di pangkuannya, tersenyum dan mengangguk, “Saya sudah memaafkannya, sejak bertahun-tahun yang lalu. Bahkan saya berhutang budi kepada almarhum, karena telah menyelamatkan putri saya.”“Maafin, Nana!” lirih Liana menatap mereka semua dengan wajah polos dan sendunya.Mereka semua menghela nafas. Ini

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   95. Keikhlasan Hati yang Tulus

    “Bagaimana keadaan Naufal, Dokter Andre?” tanya Keyra langsung menghampiri Andre yang sudah keluar dari ruangan.Keyra tidak sabar menunggu kabar dari Andre. Jantungnya berdetak dengan cepat. Keyra khawatir dan juga takut. Dalam lubuk hatinya, masih tersimpan rasa cinta untuk Naufal walaupun hanya secuil.Andre menghela nafas pelan, membuat semua orang yang ada di sana was-was. Tidak biasanya Andre berbelit-belit seperti ini ketika menjelaskan sesuatu. Apalagi ini soal keadaan seseorang.“Naufal gak apa-apa kan, Dok?!” bentak Keyra menggoyang tangan Andre dengan keras. Ia tahu ini sangat lancang, namun Keyra merasakan perasaan yang tidak enak.“Saya sudah berusaha semaksimal mungk

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   94. Penangkapan Shanika

    "Masukkan ke dalam mobil!” perintah Shanika memperhatikan ke sekelilingnya, Shanika tahu mereka akan segera tertangkap karena melawan orang-orang yang berkuasa.Liana dimasukkan ke dalam mobil, namun dalam keadaan mulut disumpal dengan lakban dan tidak diikat seperti beberapa jam yang lalu.“Nana ngak mau ke luar negeri. Jangan paksa Nana. Bunda! Tolongin Nana!"Liana tidak ingin pergi jauh dari bundanya. Liana tidak bisa membayangkan nasibnya, apabila Shanika membawanya pergi sangat jauh dari negaranya.Liana telah masuk ke dalam mobil. Dijaga oleh dua anak buah Shanika. Mereka berbicara sebuah rencana selanjutnya. Apabila mereka gagal, maka mereka akan menga

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   93. Persyaratan Dari Naufal

    Liana menggelengkan kepalanya, ketika dua preman dengan tubuh kekar dan brewok yang terlihat sangat menyeramkan, menyuapinya roti untuknya. Liana yang diikat di kursi dengan tubuh mungilnya bergetar sedari tadi ketakutan.“Nana mau ketemu bunda. Nana mau pulang, Paman.”“Kamu tidak akan pernah pulang selamanya,” jawab mereka. Liana kembali menggelengkan kepalanya karena tidak ingin mendengar perkataan kedua pria menyeramkan itu.Liana, beberapa jam yang lalu , bangun dari pingsannya ternyata telah terikat di sebuah kursi. Liana ingin menangis, namun bundanya selalu berkata, jangan pernah takut. Hal itu akan membuat mereka semakin menindas kita. Liana masih mengingat pesan bundanya itu.

  • Anak Kembar Sang Konglomerat   92. Penculikan Liana

    Liana mengelilingi halaman rumahnya sendiri, dengan mengayuh sepeda. Ia tersenyum sembari menaruh boneka sapi berukuran sedang di ranjang sepeda sebagai temannya bermain.Kakaknya sedang belajar di dalam kamarnya, untuk persiapan olimpiade antar sekolah. Kedua anak laki-laki seperti Liam dan Devan mengambil mata pelajaran matematika dalam satu kelompok, yang sudah disaring dan dipilih.“Nana main sama Vivi, saja.” Nama boneka sapi berwarna pink dan putih itu adalah Vivi.Liana mengayuh sepedanya dekat dengan gerbang. Liana menatap aneh ke arah seorang wanita yang membelakanginya berada di luar gerbang. Penjagaan di rumah Andre, tidak seketat seperti dimension Syahreza. Bahkan satpamnya, entah pergi kemana.“Bunda!” Liana memanggil wanita itu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status