Masuk“Rahayu sepertinya meninggalkan rumah. Rumahnya kosong dan tidak berpenghuni selama beberapa hari. Aku tanya sama tetangga, katanya Minggu kemarin mereka berkemas dan membawa banyak barang.” ucap Cahyani.“Masa? Kok dia nggak pamitan sama ibu?” tanya Sekar.“Bagus dong kalau nggak pamitan. Jadi uang Paramita yang dikirimkan buat Rahayu bisa kita kuasai. Memang ibu nggak mau apa jatah Rahayu buat ibu?” ucap Kartika.“Mau lah, dikasih uang masa nggak mau. Tapi kalau nanti Paramita nanyain tentang uang itu ke mana kalau bukan ke Rahayu, gimana?”“Gampang, tinggal bilang aja Rahayu menolak. Beres!”Cahyani tidak bisa berkomentar dengan rencana kakak dan ibunya. Dia masih remaja, tidak begitu paham dengan konspirasi Buruk keluarganya. Yang dia pikirkan hanya uang yang bisa dapatkan setiap hari tanpa harus bekerja.Sekar mengernyit, gelisah. “Tapi… kalau Rahayu tiba-tiba pulang? Atau dia kontak Paramita langsung?”Kartika tertawa kecil, sinis. “bu, ibu tuh terlalu banyak mikir. Rahayu perg
Besok jam 10 pagi pesawatnya. Mama Mita urus semuanya. Kamu tinggal berangkat. Jangan bikin keadaan makin buruk. Kalau kamu sayang adik kamu, ikuti omongan kami.Kaisar menatap pesan itu lama.Sangat lama.Lalu ia mematikan ponsel, memasukkannya ke saku, dan menarik napas dalam.“Mami…”“Heh?” Rahayu mengusap air matanya.“Aku pergi,” ucap Kaisar dengan suara pelan tapi mantap. “Tapi bukan karena mereka. Aku pergi karena Mami minta. Dan… demi Kenzi.”Rahayu langsung menggeleng cepat, seperti menyesal dengan apa yang ia ucapkan sebelumnya. “Kaisar, nggak… Mami cuma takut. Mami cuma bingung—”“Sudah nggak apa-apa.” Kaisar tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip luka. “Kadang… orang yang kuat pun boleh takut, Mi.”Rahayu terisak.Kaisar mendekap ibunya sekali lagi, lebih erat dari yang pernah ia lakukan.“Besok aku pergi,” ucap Kaisar sambil menatap langit yang sudah hampir gelap. “Tapi setelah aku balik… kita rebut semua hidup kita lagi dari mereka.”Rahayu memejamkan mata, hatinya sea
“Tidak. Kaisar harus kuliah di luar negeri seperti keinginan Arya. Sedangkan Kenzi, biarkan saja dia pesantren. Orang Paramita bilang sanggup untuk membiayai semuanya. Situ gak usah memper sulit keadaan.”Kartika ngotot untuk tetap mengirim Kaisar untuk kuliah ke luar negeri karena anaknya dijanjikan untuk di kuliahkan juga di sana jika Kaisar mau kuliah jauh sama dengan Kaisar. Cahyani yang merasa perdebatan kakak nya tak penting, memilih pergi tanpa pamit. Paramita dan Sekar juga ngotot ingin Kaisar tetap sekolah di luar negeri.“Semua keputusan kan sudah diambil. Kamu nggak usah sok bisa membiayai anak-anak. Pokoknya Kaisar jadi urusan ibu. Kamu nggak ada hak buat ngambil keputusan itu!” Ucap Sekar.“Tapi kaisar bisa menolak!”Pintu terbuka dan Kaisar muncul dengan wajah kesalnya. Dia tahu ibunya dipanggil oleh sang nenek hanya untuk di hakimi. Dia sudah diminta untuk tidak ikut campur tapi jangan ngotot untuk datang tanpa sepengetahuan ibunya ke rumah sang nenek yang tidak jauh da
Hari itu udara begitu cerah, seakan ikut merayakan momen penting dalam hidup dua anak Rahayu. Sejak subuh, rumah kecil itu sudah penuh kesibukan. Kaisar bangun lebih cepat dari biasanya, menyetrika kemeja putihnya sendiri sambil bersenandung pelan.“Mam, nanti datang ya. Teman-teman banyak yang bawa orang tua,” kata Kaisar sambil merapikan dasinya di depan cermin.“Pasti, Nak. Semoga hasil nanti, kamu bisa mendapatkan yang terbaik.”“Aamiin, makasih mam. Oma jangan dikasih tahu lah, ribet nanti di sana heboh sendiri.”“Ga dikasih tahu, pasti tahu. Tetangga kita kan banyak yang sekolah di sekolahmu juga.”“Iya sih, tapi gak usah bilang bilang. Kita langsung berangkat sekolah aja.”Rahayu mengangguk, dia juga tak berniat memberi tau mertuanya karena jelas, urusannya akan ribet dan ribut ujung ujungnya.Halaman SMA penuh sesak oleh siswa dan orang tua. Balon warna-warni menghiasi gerbang, spanduk besar bertuliskan “Selamat Atas Kelulusan Siswa Angkatan ke-27” berkibar gagah.Ketika nama
Setelah kesepakatan yang ditandatangani Rahayu didapatkan Paramita, janji mensejahterakan Sekar benar bener dilakukan. Wanita tua itu mendapatkan semua keinginan. Dari rumah yang direnovasi, sampai membeli banyak sekali barang barang di rumahnya. Kehidupan Sekar meningkat, sampai orang sekitar menjuluki Sekar sebagai orang kaya baru. Rahayu yang rumahnya tak jauh dari sana hanya bisa melihat, dia sendiri merasa kehidupannya biasa biasa saja. Bahkan, Paramita hanya memberinya uang saku yang dipergunakan Kaisar sekolah saja. Itupun tak setiap bulan. Kehidupan yang lain, dia harus memikirkan sendiri. Terlebih, untuk biaya Kenzi mondok. Paramita sama sekali tak peduli.Rahayu seperti di tipu. Namun, setiap kali dia protes pada mertuanya, mertuanya akan membela Paramita dan mengatakan jika dia adalah wanita yang tak bersyukur. Jelas yang diceritakan Paramita pada Sekar berbeda dengan aslinya, membuat keduanya sampai sekarang tidak berhubungan baik dan makin saling merendahkan. Sekar mere
Paramita meninggalkan rumah itu setelah membuat semua orang bingung. Selama ini memang jarang yang mengetahui bisnis Arya dan Wira. Satu satunya yang pernah terlibat adalah Kaisar dan saat ini Kaisar pun bingung, bagaimana menentukan jawaban saat semua orang bertanya tentang bisnis ayahnya.“Aku hanya tahu jika Ayah bekerja di beberapa kota. Salah satunya Bekasi dan Jakarta, Cengkareng dan pasar Senen. Cuma ya, aku gak tahu kalau ada orang lain selain Bu Neneng yang menyokong sebelum Ayah kolap,” ucap Kaisar.“Mana mungkin Neneng masih mau membantu, dia sudah tak mendapatkan apapun dari Opa kamu, Kai,” geram Sekar yang sampai saat ini sakit hati jika mendengar nama itu. “Gini aja sekarang. Kaisar kan masih sekolah. Gimana kalau bisnis ini Om Pras dan Bude yang ngurus. Ibu sama Mami kamu cukup diam di rumah. Lagian, kan, ibunya Ken bilang semua biaya hidup kita semua dia yang akan tanggung jawab.”“Ibunya Ken?” tanya Kaisar bingung.“Sudah, jangan bicarakan dia di depan anak anak, Mb







