Home / Romansa / Anak Rahasia Sang CEO / 8. Konsltasi Buatan

Share

8. Konsltasi Buatan

last update Last Updated: 2023-09-27 21:02:32

“Ini yang terakhir?” Fara bertanya begitu pasien yang dirawat jalannya telah selesai konsultasi.

“Ya,” sahut seorang perawat yang menemaninya. “Namun, ada yang aneh,” katanya melihat kertas di tangannya.

Fara mendongakan wajahnya menatap pewarat itu seakan bertanya dalam diam.

“Ada apa?”

“Di sini tidak dijelaskan apa-apa selain konsultasi,” jawab perawat itu.

Dahi Fara mengerut, entah kenapa firasatnya tak enak.

“Coba kulihat, Delvin Aezar?” Kerutan di dahi Fara semakin banyak dan dalam membuat kedua alisnya nyaris bertemu. Nama itu terasa tak asing. “Persilahkan masuk,” katanya.

Perawat itu hanya mengangguk, mengiyakan instruksi Fara untuk memanggil pasien terakhirnya yang sedikit aneh. Dia sendiri fokus pada layar laptop di depannya dan beralih ke data yang tersedia di atas meja.

Sementara itu, pria itu berjalan dengan dongkol. Setelah sekian lama menunggu akhirnya tiba juga gilirannya. Dia merasa konyol karena menghabiskan waktunya hanya untuk duduk di deret kursi antrian yang didominasi ibu dengan anak, sementara dia seorang diri menahan ketidaknyamanan. Sekarang adalah gilirannya, rasanya ingin sekali dia membuat perhitungan. Setiap langkahnya membawa ketidaksabaran untuk bertemu gadis itu, yang telah meninggalkan jejak kilat di bibirnya kemarin.

“Silakan,” suara perawat itu menyadarkannya dari alam bawah sadarnya yang membuat rencana.

Pria itu mengangguk sekilas lalu melangkahkan kakinya melewati pintu ruangan. Dia berhenti melangkah, memusatkan perhatiannya pada sosok yang duduk di balik meja dengan jas putihnya berlatar belakang senja, membuat sosoknya sedikit bersinar bak bidadari.

“Selamat sore. Silakan du –“ Kalimat sambutan Fara terputus begitu mengangkat wajahnya dan melihat siapa yang datang.

Seulas senyum miring yang menyebalkan terukir sempurna di bibir pria itu. Sosoknya tampak jelas, bersetelan jas dengan paras rupawan yang bak iblis sekarang. Rupanya firasat buruk Fara karena ini.

“Ternyata kau memang seorang dokter,” katanya dengan nada menyindir.

Dua orang perawat wanita yang masih berada di ruangan itu saling tatap bingung dengan apa yang dikatakan pria itu. Fara sadar kedatangannya bukan untuk konsultasi.

“Dia yang terakhir?”

Salah satu perawat yang masih berada di dekat pintu masuk mengangguk.

Fara menarik napasnya dalam, bagaimanapun dia harus bersikap professional meskipun emosinya tersulut dengan kedatangan pria itu.

“Silakan duduk, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?” Fara bertanya seramah dan sesopan mungkin, tapi kedua perawat itu menyadari sikapnya yang terkesan dibuat-buat.

Daryn mendengkus melihat sikap gadis itu. Dia menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan mengambsen setiap sudut dan barangnya lalu mengangguk seolah meremehkan. Fara tetap bersikap setenang mungkin.

Gadis itu menyadari kedatangan Daryn bukan untuk konsultasi melainkan untuk konfrontasi atas apa yang dia lakukan kemarin. Fara menilai Daryn adalah tipe pendendam.

Pria itu duduk di kursi depan Fara yang masih bersikap formal, dia juga melihat layar komputernya untuk meninjau konsultasi buatan yang direncanakan Daryn. Entah apa yang akan mereka lakukan di ruangan itu, tapi sepertinya Fara sengaja mengulur waktu karena dengan demikian jam kerjanya segera selesai, maka dia bisa menghadapi pria itu di luar jam kerja.

“Jadi, mau konsultasi tentang apa, Tuan?” tanya Fara seramah yang dibuat-buat, nyatanya dia tak nyaman dengan keberadaan pria itu.

Sebelah alis Daryn terangkat lalu disusul senyum miring andalannya yang membuat Fara nyaris berdecak sebal.

“Hm.” Daryn berlagak berpikir, dia bahkan duduk bergaya bos dengan satu tangan terlipat di perut dan satu tangannya lagi terangkat, jarinya memainkan kedua bibirnya.

Melihat hal itu Fara menjadi salah tingkah, teringat kembali kekonyolannya kemarin, dan hal itu membuatnya kesal juga. Apakah Daryn sengaja melakukannya atau tidak?

“Kapan jam kerjamu selesai?” tanya pria itu akhirnya.

Kedua mata Fara mengerjap, begitu pula kedua perawat yang sejak tadi menunggunya saling tatap.

“Apa maksudmu?” Fara bertanya bodoh.

Daryn menatapnya.

“Kau pikir aku datang untuk konsultasi? Aku ingin mengajukan konfrontasi atas apa yang kau lakuk –“

“Baik!” Fara menyela sebelum Daryn membuka suaranya lebih jauh lagi. Dia mengumbar senyum aneh. “Bisakah Anda tunggu di luar, Tuan?” katanya.

Senyum Daryn tercetak lagi, miring.

“Tentu. Dengan syarat kau tak kabur,” katanya pelan.

Fara mendesis sama, satu sudut bibirnya terangkat, mencibir. Lalu menarik napasnya bersiap memberi tahu kedua perawat itu.

“Aku mengenalnya, jadi jadwalku berakhir sampai di sini. Terima kasih atas kerja keras kalian,” ucapnya pada kedua perawat itu sembari memberi kode lewat tatapan mata.

“Ah tentu. Sampai jumpa besok dokter,” balas salah satu perawat itu.

Gadis itu mengangguk. Begitu perawat keluar dari ruangannya, seketika Fara mengarahkan tatapan tajamnya kepada Daryn yang menahan senyum lebarnya, merasa puas telah mempermainkan gadis itu. Dia lalu memiringkan sedikit kepalanya dan mengangkat bahu acuh, merasa tak salah dengan perbuatannya yang mungkin saja mengundang salah paham.

Fara bangun dari duduknya, melepas jas putih yang membungkus tubuh rampingnya dan menyambar jas abu yang dia pakai tadi kemudian berjalan begitu saja melewati Daryn yang masih duduk manis di tempatnya. Dia mengikuti gadis itu ketika sampai di pintu.

Senja masih membentang manja, melatar belakangi semesta. Orang-orang berkata senja itu romantis, tapi bagi Fara yang menyukai sinar matahari di barat sekarang ini menyebalkan baginya. Dia sangat ingin segera keluar dari area rumah sakit tempatnya mengabdi. Dia sangat ingin segera pergi sejauh mungkin, akan lebih baik bila tidak ada yang melihatnya berjalan bersama pria itu. Namun, tunggu! Fara seketika berbalik untuk memastikan Daryn berjalan menjaga jarak darinya. Syukurlah, pria itu sepertinya cukup mengerti.

“Kau mau ke mana, buru-buru sekali, kebelet, Far?” Seseorang menegurnya ketika Fara sampai di meja informasi yang tak jauh dari pintu masuk.

Gadis itu menoleh dan mendapati kumpulan dokter magang di sana, yang menegurnya sendiri adalah seniornya yang bertugas di IGD.

“Ah, ya. Aku ada urusan. Kalian belum pulang?” tanyanya.

“Kami baru akan pulang. Tapi kita akan ada makan malam bersama, kau mau ikut?” tawar senior Fara yang merupakan seorang pria itu.

Mendengar kata makan malam bersama yang terbayang apa hidangannya membuat Fara seketika tergiur, tapi deham keras dari belakangannya menginterupsi, mengingatkan Fara kalau dia ada yang harus diurus. Daryn melengos begitu saja melewati Fara dengan ekspresi datar yang entah apa maksudnya.

“Sial!” gumam Fara pelan. “Sayangnya, aku sudah ada janji. Lain kali saja mungkin. Selamat menikmati makan malamnya. Sampai jumpa,”  katanya dan bergegas pergi sebelum ditanya hal lain.

Para dokter itu tampak kebingungan dengan sikapnya sekaligus bertanya-tanya siapa pria itu? Tidak biasanya Fara berjalan dengan seorang pria, dan lagi setiap ada makan malam bersama Fara tak pernah absen kecuali kalau sedang tidak ingin pergi. Namun kali ini, sedikit lain ceritanya yang mengundang banyak tanya, sekaligus salah paham dari rekan kerjanya. Apa yang akan Fara lakukan nanti?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Rahasia Sang CEO   54. Diam-Diam ada Rasa

    Terlalu lama Fara diam, akhirnya Daryn gemas juga.“Apa? Ada apa, sih, Far? Kau membuat aku jadi penasaran,” kata Daryn akhirnya.Mata Fara mengerjap, terkejut juga karena malah melamun.“Oh, tidak. Tidak jadi,” kata gadis itu.“Ish. Kau membuat aku jadi semakin penasaran saja, Fara. Ada apa? Katakan padaku,” timpal Daryn bahkan memaksa gadis itu untuk mengatakan apa yang ingin Fara katakan sebelumnya.“Tidak jadi. Bukan apa-apa,” kilah Fara. Sepertinya masih ragu untuk membicarakan hal itu dengan Daryn.“Ayolah.” Daryn mendesah kesal sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ada apa? Ayo katakan padaku, atau aku akan terus memintamu untuk mengatakannya,” kata Daryn tak ingin menyerah.Fara menatap Daryn tajam, dan membuang napas kasar.“Aku bilang tidak jadi. Kenapa kau ngotot sekali?” balas Fara. Tapi entah bagaimana tubuhnya tak juga beranjak dari sana.Atau mungkin Fara juga penasaran sama seperti Daryn.Kira-kira siapakah foto dalam bingkai di kamar Delvin itu?Melihat Fara dia

  • Anak Rahasia Sang CEO   53. Sesuatu yang Mengusik

    Setelah makan malam itu Fara menemani Delvin hingga tidur sedangkan Daryn kembali sibuk dengan tabletnya di lantai dua, duduk di sofa dengan nyaman. Pria itu sudah mengganti bajunya dengan piaya tidur.“Delvin sudah tidur?” tanya Daryn tanpa mengalihkan perhatian dari tabletnya.“Ya, sudah,” sahut Fara berjalan pelan ke kamarnya. Gadis itu tampak mengantuk.Tidak ada yang bicara sampai Fara berdiri di depan pintu kamarnya dan hendak membuka pintu itu tapi pikirannya tertuju pada Daryn.“Kenapa?”Rupanya Daryn menyadari Fara yang berhenti di depan itu.“Tidak ada. Aku hanya teringat sesuatu. Selamat malam,” ucap gadis itu lantas masuk ke kamarnya.Tapi Fara bersandar di balik pintu kamarnya, pikirannya tertuju ke suatu tempat di kamar Delvin ketika meninabobokan anak itu.Ada beberapa pigura di kamar anak itu. Yang besar tergantung di dinding, hanya Delvin, Daryn dan sang nenek yaitu Dennda. Sedangkan di pigura kecil di atas meja, terdapat sebuah foto yang terdiri dengan beberapa orang

  • Anak Rahasia Sang CEO   52. Harapan Delvin

    “Delvin, apa maksudnya dengan Mama?” tanya Daryn.Anak itu menoleh pada sang ayah lantas tersenyum dan melirik Fara.“Aku ingin punya Mama, dan aku suka Dokter Fara,” kata anak itu dengan nada bicaranya yang khas.Baik Daryn maupun Fara, sama-sama terkejut mendengar apa yang anak itu katakan. Fara bahkan menelan ludahnya ketika pikirannya mencerna sedikit lambat.“Jadi aku menggambar ini,” lanjut Delvin sambil memandangi gambar yang dia buat sendiri itu. Senyum lebar mengiasi wajahnya yang bahagia.Apa yang mesti Fara lakukan? Tidak mungkin bukan Fara menghancurkan harapan anak itu yang tampaknya merindukan kehadiran sosok ibu di hidupnya, di usia yang masih belia itu. Fara melirik Daryn sekali lagi memastikan bagaimana respon pria itu.Sama. Daryn pun terdiam, tak berkata, bungkam seribu bahasa. Sebagai ayah, tentu saja hati Daryn sakit mendengarnya. Bukan karena tak mau menghadirkan sosok ibu yang sangat Delvin inginkan, tapi Daryn tidak bisa asal memilih istri untuk menjadi ibu bag

  • Anak Rahasia Sang CEO   51. Mama Dokter

    “Ibu ke mana?” tanya Fara ketika menjelajahi rumah besar itu tapi tak menemukan sang nyonya rumah.Daryn yang tengah duduk di sofa sambil menunggu makan malam siap menoleh pada gadis itu.“Ada urusan, nanti juga kembali,” jawab Daryn lalu fokus pada tablet di tangannya.“Oh, begitu. Apakah biasanya lama?” tanya Fara lagi sambil mengambil posisi duduk di sofa tak jauh dari pria itu.Sesaat Daryn terdiam seperti tengah berpikir apakah ibunya pergi lama atau tidak.“Paling lama tiga hari, paling sebentar sampai malam nanti,” kata Daryn menjawab Fara dengan santai.Fara menganggukkan kepalanya berusaha untuk tidak ikut campur urusan Dennda atau Daryn. Setiap orang punya urusannya sendiri yang tak harus selalu dibagikan.Delvin tengah di kamarnya entah sedang apa. Jam menunjukan pukul enam petang. Daryn mengatakan Delvin biasa mengurung diri di kamar pada jam seperti itu, nanti anak itu akan keluar dengan sendirinya entah akan membawa apa.Meski Daryn menyuruhnya untuk tak khawatir karena

  • Anak Rahasia Sang CEO   50. Adakah Momen Lain atau Di situ saja?

    Masih menatap Daryn dengan penuh kemarahan, Sandra berteriak agar melepaskan penjagaan supaya bisa menghampiri pria itu dengan leluasa. Namun sepertinya percuma, Daryn tak akan mengizinkannya.“Kenapa kau bersikap begitu? Apa yang kau pikirkan sehingga hidup orang lain kau hancurkan,” kata Brian tak mempedulikan protes Sandra.Mendengar apa yang pria itu katakan, Sandra mulai berhenti tapi tetap menatap Daryn dengan tajam.“Kau ingin tahu alasannya, hah?” Sandra membalas.Daryn menatap Sandra dengan sorot yang serius.“Bukankah sudah aku bilang, itu karena kau. Seandainya kau tidak datang padanya, aku tak akan melakukan hal itu,” kata Sandra.“Jadi kau memang sengaja melakukan itu?”“Memangnya kenapa? Kau tak senang, bukan? kalau begitu, kenapa kau tak bicara denganku?”“Apa gunanya? Kau tak akan berhenti menganggunya, bukan? Sampai kau puas. Jadi aku tak akan membiarkannya.”“Itu sebabnya kau begitu melindunginya? Jangan bilang kau mencintai gadis itu, hah?” Sandra tersenyum miring,

  • Anak Rahasia Sang CEO   49. Itu Karena Kau

    Daryn masih asyik bermain game di ponselnya sementara Fara serta anaknya masih tidur siang. Hujan masih turun tapi tak begitu lebat, hanya saja udara kian dingin menjelang sore.Setelah bosan bermain game, tidur pun tidak bisa meski sudah berusaha untuk tidur lagi karena Daryn sempat tertidur tadi sebelum makan siang. Pria itu akhirnya memilih membuka ponselnya lagi dan membaca artikel yang muncul.Sesekali Daryn menghela napas saat membaca artikel yang membuat kabar tentang Fara dan dirinya yang dituduh berselingkuh sementar Daryn memiliki kekasih yaitu Sandra.“Siapakah sebenarnya gadis yang dikatakan perebut itu? Kabarnya dia seorang dokter anak kompeten, tetapi tidak diketahui apa niatnya.” Daryn membaca beberapa kalimat di artikel tersebut dan berdecih pelan.“Itu tidak benar. Ini sampah!” umpatnya marah tapi tidak bisa membanting ponselnya karena masih butuh.Daryn mencari sesuatu yang setidaknya memberikan komentar positif atau sebagainya. Hampir semua artikel memojokkan Fara.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status