Share

7. Memperpanjang Kesialan

Pertemuan dan kejadian itu cukup mengganggunya, bahkan membuat waktu tidurnya terganggu. Dia tak bisa memejamkan mata karena kejadian itu menghantuinya, kecupan singkat yang menyebalkan bagi Daryn. Namun tanpa sadar jarinya menyentuh kedua bibirnya sendiri, merasakan sentuhan itu.

“Apa yang aku pikirkan?” tegurnya begitu tersadar dari lamunan.

Daryn mengakui kegilaan Fara yang berani sekali melakukan itu padanya.

“Apa maksudnya?” Dia bertanya entah pada siapa.

Keheningan malam terasa begitu tenang. Hanya terdengar bunyi jangkrik dan binatang malam di kejauhan. Di remangnya cahaya lampu tidur, Daryn berbaring di atas ranjang, selimut menutupi setengah tubuhnya, kedua tangannya berada di atas dada, tatapannya tertuju ke langit-langit kamar, pikirannya berkelana lagi pada kenangan masa lalu dan pertemuannya dengan gadis itu.

“Aku ingin tahu siapa kau sebenarnya?” gumamnya ambigu.

Di hati kecilnya, Daryn berharap gadis itu adalah sosok yang dari masa lalunya, seseorang yang meninggalkan pertanyaan besar dalam otaknya. Dia mencari, tapi jejak gadis itu hilang terbawa angin. Semua perintah dia utarakan pada bawahannya, tapi semua usahanya mencari sosok itu tak membuahkan hasil hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk menyerah.

“Kau datang saat aku menyerah. Lalu, bisakah kau memberi tahu aku siapa kau sebenarnya?” Lagi, dan lagi Daryn mengulang pertanyaan yang didengar keheningan.

 Pada siapa dia akan bertanya? Tidak mungkin langsung pada gadis itu, bukan? Dia tidak bisa membuat seseorang yang tak ada hubungannta terlibat. Namun, bagaimana bila ternyata gadis itu memang yang membawa keponakannya pergi waktu itu?

Delvin tidur di kamarnya sendiri, tidak bersama ayahnya sekarang. Namun, semua orang tidak tahu apa pun tentang mereka yang sering kali menyebut Delvin sebagai anak rahasia Daryn sebab dia sama sekali tidak punya istri, atau bahkan mengumumkan pernikahannya. Semua informasi tentang ayah dan anak itu benar-benar tertutup. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui kebenarannya, selebihnya adalah rumor yang disebarkan oleh orang-orang.

Siapa yang tak tertarik pada kehidupan seorang Daryn? CEO muda yang mengambil tanggung jawab besar usai ditinggal oleh ayah dan kakaknya. Meskipun ada ibu yang selalu mengawasi, Daryn sama sekali tak bahagia. Ada lubang besar dalam dadanya yang membuatnya menjadi seseorang yang tertutup. Demi ibu yang sering menjaga Delvin, Daryn harus melakukan semua perintah sang ibu, bahkan membuatnya kencan dengan seorang gadis padahal itu bukanlah tipenya.

Hidup Daryn sungguh sempurna, hanya saja dia tak begitu beruntung dalam asamara sebab sekali dia jatuh cinta, tak akan melepaskan siapa yang dia cintai, sejauh ini belum ada sekalipun dia memiliki mantan pacar, itu hanya formatilas saja. Berhubungan tanpa adanya rasa, sama saja dengan bohong, bukan? Itulah yang dia lakukan. Hidupnya yang sempurna menyimpan banyak rahasia, salah satunya adalah tentang Delvin. Meskipun begitu dia menyayangi anak itu.

Berbalik dari Daryn, Fara sama sekali tak memiliki siapa-siapa di sisinya. Orang tuanya meninggal, dan semua harta peninggalan mereka tak tersisa. Dia hidup sendiri dengan keberuntungannya, memiliki pekerjaan dan teman adalah yang dia syukuri. Meskipun sendiri dan sepi, Fara bisa mengatasinya dan tahu bagaimana harus berbahagia. Ada hal yang membuatnya membatasi diri dengan pria, bukan tak tertarik. Di usianya yang tak lagi muda sudah sepantasnya Fara menikah dan memiliki anak, apalagi kariernya yang menjanjikan bisa menjadi poin plus kebahagiaannya. Sayangnya, dia belum bisa menjalin hubungan serius dengan seorang pria usai dikhianati kekasihnya dulu. Kejadian itu cukup meninggalkan luka di hatinya. Namun Fara tak pernah mengeluh tentang hidup yang dia jalani sekarang ini.

Ulahnya yang tiba-tiba di restoran depan rumah sakit tempatnya kerja itu memang sembrono. Bagaimana bila ada staf rumah sakit yang mengenalnya lalu melihat apa yang dia perbuat, itu pasti akan tersebar di rumah sakit, pekerjaannya bisa terusik.

“Sial!” desisnya ketika kedua matanya tak kunjung bisa terpejam justru malah menampilkan reka ulang dari apa yang dia lakukan. Kecupan singkat.

Fara menendang selimut tebal yang menutupi setengah tubuhnya. Rambutnya juga acak-acakan.

“Itu sungguh menganggu sekali,” katanya menatap langit-langit kamarnya. “Kenapa aku harus bertemu dengannya di sana? Mengapa aku harus berurusan dengannya? Alih-alih memutus rantai sial, itu justru memperpanjang kesialanku. Dia pasti tak akan membiarkanku begitu saja. Sialan! Ah, menyebalkan.”

Sama-sama di atas ranjang, dalam ruang remang cahaya lampu tidur, keduanya memikirkan hal sama, orang yang sama, dan apa yang akan terjadi selanjutnya bila bertemu lagi. Fara merencanakan untuk menghindar, sebaliknya Daryn akan mencari cara untuk menemukannya dan dia tahu di mana harus menemukan gadis itu.

Malam kian larut, angin berembus tenang, gemintang berkelip di langit malam, alam menunggu bagaimana pertemuan mereka selanjutnya. Bisakah benci jadi cinta di antara mereka dan mengungkap setiap rahasia yang semesta ikut serta menyimpannya?

Pagi itu Fara seperti biasa melakukan rutinitasnya memeriksa pasien, lalu lajut pada jadwal praktik pasien rawat jalan dan konsultasinya. Bagaimanapun juga dia seorang dokter yang harus memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan bukan? Itulah yang dia lakukan sekarang ini.

Namun, kesehariannya yang biasa dan tenang akan terusik oleh datangnya seseorang yang berjalan memasuki rumah sakit itu dan menanyakan Dokter Fara Izzumi di meja informasi.

“Dokter Fara sedang ada jadwal pasien rawat jalan,” jawab perawat yang berjaga di meja informasi.

“Begitu. Apakah masih lama?” tanyanya.

Perawat itu terdiam beberapa saat. “ Mungkin ya, tapi itu tidak pasti. Ada yang bisa kami bantu?”

“Ah, tidak,” sangkalnya.

Dia terdiam, membalik badannya, pandangannya menyapu ruangan itu yang dipenuhi pasien serta aroma kimia yang menyengat. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah ide.

“Namun, di mana ruangannya? Mungkin aku bisa konsultasi padanya tentang kondisi anakku. Sayangnya dia tidak bisa datang karena kondisinya sedang tak memungkinkan. Kudengar dokter anak di rumah sakit ini hebat, jadi aku ingin bertanya beberapa hal padanya,” katanya kemudian.

“Bisa. Tentu. Anda bisa berjalan ke gedung sebelah, ruang praktik dokter anak ada di lantai tiga.”

“Terima kasih,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya.

 Dia bergegas menuju arah yang ditunjukkan, berjalan ke gedung sebelah yang tak jauh dari ruang IGD itu. Ira memberi tahunya sebelum pergi kalau Fara juga sering di IGD.

Raut wajah itu seperti siap untuk melakukan pembalasan atas apa yang dilakukan padanya. Bagaimanapun juga dia tak akan melepaskan gadis itu apa pun yang terjadi. Dia sudah bertekad.

Sementara Fara sibuk di ruangannya, pasien rawal jalan yang menunggu di luar ruangannya tak sedikit cukup membuat pria itu tercengang dan melirik jam di tangannya. Antrian itu pasti akan butuh waktu, dan melihat nomor antrian di tangannya, berada di urutan terakhir.

“Sial!” Dia mendesis pelan.

Apakah harus menunggunya hanya untuk konsultasi buatannya? Anaknya sehat, tapi dia mengutuknya dengan mengatakan kondisinya tidak baik, sungguh terlalu sekali.

“Karena sudah di sini, aku tak bisa mundur. Baiklah, aku akan menunggu.” Dia membuat keputusan entah demi apa dan menunda pekerjaannya, apakah itu sungguh biasa?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status