Share

9. Akhirnya Kutemukan

Fara tak menunggu Daryn, dia terus berjalan meninggalkan pria itu sejauh mungkin bahkan ketika namanya dipanggil pun dia tak menoleh. Perasaannya sedang kesal, itu sebabnya dia tak menghentikan langkah. Namun anehnya, Daryn sama sekali tak mengeluh dan mengikuti saja ke mana langkah kaki gadis itu membawa seolah dia menikmatinya, memantau kekasih yang merajuk.

Sekali lagi, perhatiannya tefokus pada punggung Fara yang masih berjalan di depan. Meskipun jaraknya cukup jauh, Daryn bisa dengan mudah mengimbangi langkah gadis itu. Namun sekarang, ingatan masa lalunya kembali terpicu ketika melihat punggung kecil itu.

“Tiga tahun berlalu, dia pasti berubah,” katanya bergumam, meyakinkan dirinya ada banyak gadis yang memiliki punggung serupa, tetapi entah mengapa bertemu gadis itu ingatan kelamnya terpicu.

Fara akhirnya berhenti di zebra cross perasaanya campur aduk, sungguh tak nyaman sekali di ikuti seorang pria. Dia mungkin pergi makan malam bersama rekan pria juga tapi tak pernah terlibat kontak fisik, kecuali dia menangani pasien yang telah menjadi tanggung jawabnya.

“Aku tidak tahu apa maumu. Tapi tolong jangan pernah muncul di hadapanku, apalagi dilihat orang lain, itu bisa menghancurkan refutasi,” kata Fara dingin.

Daryn sendiri diam, tentu mendengarnya. Hanya saja dia sendiri tak paham apa yang dia lakukan seharian ini. Mendaftarkan diri dan menunggu antrian, itu adalah sesuatu yang tak pernah dia lakukan sepanjang hidupnya. Bukankah aneh melakukan itu untuk bertemu seseorang yang bahkan asing.

“Kau mau ke mana sekarang? Tidak mungkin hanya mengikutiku saja, bukan?” tanya Fara tanpa menoleh pada Daryn.

“Tidak. Aku ingin bicara denganmu, tapi kau terus berjalan, itulah kenapa aku terus mengikutimu. Kau pikir aku tak waras? Yang benar saja.”

“Bukankah memang begitu?”

“Apa katamu?”

“Kau menggangguku dengan dalih berkonsultasi, nyatanya hanya ingin mengacaukanku. Itu namanya tak waras.”

“Kau!”

“Sudahlah. Aku tak ingin berdebat denganmu. Katakan saja apa maumu,” sela Fara.

Kali ini Daryn diam. Di Zebra cross sepi, hanya ada beberapa orang yang menunggu perubahan lampu lalu lintas untuk menyeberang. Entah ke mana Fara akan membawa Daryn. Gadis itu tak mengatakan apa pun lagi hingga lampunya berubah dan mereka siap untuk menyebrang, tapi terjadi subuah insiden yang mengagetkan banyak orang di sana.

“Astaga!”

Seorang wanita mengalami kecelakaan tabrak lari yang membuatnya terkapar di tengah jalan. Daryn juga tampak terkejut, tapi Fara secepat yang dia bisa menghampirinya dan melakukan pertolongan pertama sambil meminta orang lain untuk menghubungi ambulance agar korban dibawa ke rumah sakit secepatnya karena mengeluarkan banyak darah.

Orang-orang mengerumini wanita itu yang kisaran usianya pertengahan tiga puluh tahun. Mereka panik dan cemas, terutama seorang wanita yang bersama korban tadi, sepertinya mereka berteman karena tadi tampak bersenda gurau sambil menunggu di depan Fara.

“Tolong selamatkan dia,” pinta temannya sambil terisak ketika Fara melakukan CPR.

Laju sepeda motor yang menabraknya cukup kencang tadi hingga korban terlempar dua meter dari tempatnya berdiri. Padahal lampu lalu lintas sudah berubah agar penyebrang bergerak untuk melewati zebra cros itu.

Tak lama kemudian mobil ambulance tiba dan paramedic turun dari dalamnya segera membantu Fara yang masih melakukan pertolongan pertama. Meskipun dia spesialisasi anak, dia menguasai pertolongan pertama dan pengobatan umum. Gadis itu menjelaskan pada paramedic kalau kesadaran Koran belum kembali meskipun detak jantung dan nadinya tampak stabil jadi mereka harus segera membawanya ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut lagi.

“Ada kemungkinan cedera otak juga organ dalam,” katanya pada paramedic itu setelah korban dinaikan ke mobil.

Melihat Fara yang tengah berbicara pada paramedic sambil membelakanginya membuat Daryn terdiam cukup lama, bahkan tak peduli ketika seseorang menyenggolnya, dia tetap diam memfokuskan perhatiannya pada punggung gadis itu yang membuat bayangan masa lalu terulang jelas di depannya bagai putaran rol film, mengulang kembali kejadian waktu itu ketika seorang gadis membawa pergi keponakannya dengan ambulan.

“Aku menemukanmu,” lirihnya. Seulas senyuman terpatri di wajahnya dengan kedua mata yang berair. “Akhirnya aku menemukanmu.”

Daryn tiba-tiba yakin bahwa Fara adalah sosok gadis yang dia cari selama tiga tahun ini sejak kejadian yang menewaskan kakak serta iparnya dan seorang sopir, hanya keponakannya yang selamat tapi seorang gadis telah lebih dulu membawanya pergi ketika dia baru saja tiba di lokasi kejadian itu.

“Aku mencarimu, itu kau, kan? Aku tak mungkin salah,” katanya pelan lebih pada diri sendiri di antara banyaknya orang di tempat itu.

Korban tabrak lari itu sudah dibawa oleh ambulance ke rumah sakit yang tak jauh dari sana, bersama temannya, dan kerumunan juga sudah terurai hanya menyisakan Fara yang merapikan dirinya. Di tangannya terdapat cairan merah dari korban tadi yang mengeluarkan darah dari kepalanya yang terbentur aspal.

Gadis itu menghampiri Drayn yang sama sekali tak bergerak di tempatnya, hanya diam, memusatkan tatapan pada gadis itu yang berjalan menghampirinya.

“Maaf membuatmu menunggu. Aku harus melakukan tugasku,” kata Fara sembari melas tangannya dengan tisu basah yang dia bawa dalam tasnya.

Tidak ada respon apa pun dari Daryn yang hanya menatapnya dalam diam dengan senyuman di bibirnya yang bagi Fara terasa aneh.

“Kau kenapa?” tanya Fara sembari menyelidikinya. “Kau tak trauma akan darah, bukan?” tebaknya. Tapi Drayn menggeleng sebagai jawaban. “Lantas, kenapa kau diam?”

 Drayn tetap tak merespon, hanya menatapnya dan itu membuat Fara menjadi risih.

“Katakan sesuatu, kau membuatku takut,” katanya dengan dahi berkerut.

Apa yang akan Drayn lakukan sekarang ketika hatinya yakin kalau gadis itu adalah yang dicarinya, yang membawa keponakannya ketika itu. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin dia sampaikan. Bertanya mengapa gadis itu menghilang sebelum dia dan keluarganya bertemu untuk mengucapkan terima kasih.

“Hei?” Fara memanggil, bingung dengan apa yang Daryn lakukan. Dia melihat ke kanan dan kiri memastikan ada orang lain, sayangnya tidak ada. “Ada apa denganmu?” tanyanya lagi berusaha untuk menyadarkan Daryn dari keanehannya yang bak patung di sisi jalan.

Namun, apa yang Daryn lakukan kemudian lebih mengejutkan Fara sehingga dia berusaha melepaskan pelukan tiba-tiba pria itu pada dirinya.

“H-hei, lepaskan aku! Ada apa denganmu?” Gagap Fara berkata seraya berusaha melepaskan lingkaran kedua tangan pria itu pada dirinya tapi itu sia-sia saja karena Daryn semakin mengeratkan pelukannya.

“Biarkan aku seperti ini untuk beberapa saat,” katanya pelan, tepat di telinga Fara. Nada suaranya yang terdengar sedih membuat gerakan tangan Fara yang berusaha melepaskan pelukan itu memelan.

“Ada apa denganmu?” tanyanya bingung dengan perubahan itu.

“Aku mencarimu selama ini. Kau pergi ke mana?” Suara Daryn terdengar melantur bagi Fara, dia seperti bicara pada orang lain, bukan padanya.

Namun, benarkah Fara Izzumi adalah sosok yang Daryn cari selama ini yang telah membawa keponakannya dari kecelakaan itu? Bagaimana Daryn bisa seyakin itu hanya melihat punggungnya saja, dan hanya beberapa kali pertemuan, bahkan masih terhitung jari. Akan tetapi, Daryn yakin Fara adalah sosok yang dia cari. Sungguhkan Fara?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status