Share

Gagal Nikah

last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-20 20:28:41

ANAK YANG KUBENCI 2

2. Gagal Nikah

"Huhuhu,"

Tersedu-sedu aku menangis di atas tempat tidur. Masih mengenakan gaun terbaikku, dua jam sudah aku menangis meratapi nasib. Duduk menekuk lutut, wajahku menelungkup. Sedih tak terkira.

Lamaran yang kunantikan, riasan wajah cantik yang kupersiapkan semuanya sia-sia. Mas Hendra dan keluarganya membatalkan lamaran. Seolah langit runtuh di atas kepalaku, lututku lemas tak mampu menyangga saat keluarga Mas Hendra balik kanan dan keluar dari rumahku. Mereka tidak jadi melamar dan aku gagal menikah dengan pacarku itu, huhuhu.

"Mas Hendra, Mas Hendra, tolong jangan begitu," kataku gugup sembari mengejar lelaki yang katanya mencintaiku itu. Mas Hendra menghentikan langkah, dia berhadapan denganku.

"Mas, tolong mengertilah, aku juga tidak menginginkan anak itu! Kalau kita menikah nanti, dia juga tidak akan tinggal bersama kita. Anak itu akan tetap tinggal bersama neneknya," ujarku memelas.

"Maaf Rita, aku dan keluargaku sudah kecewa sama kamu. Kamu tidak jujur, itulah yang membuat aku batal menikahimu." Mas Hendra bersiap melangkah lagi, aku memegangi lengannya.

"Maafkan aku, Mas," mataku mulai panas, kumpulan air bening sudah memenuhi kelopak mata.

"Hendra, ayo cepat pulang!" Ibunya Mas Hendra memanggil dari mobil. Mas Hendra menepiskan tanganku dari lengannya.

"Maaf, aku tidak bisa kembali, Rita. Permisi,"

Dengan tanpa perasaan, Mas Hendra meninggalkanku. Tangisku yang memelas tidak menyurutkan langkahnya. Bahkan dia sama sekali tidak menengok ke belakang.

Aku termenung di kamar. Sayup-sayup kudengar suara tangis Kayla. Suara ibu yang membujuk Kayla untuk diam juga terdengar dari sini. Aku menghela nafas. Anak sialan! Aku benci sama dia. Tiba-tiba, dadaku panas lagi mendengar suara tangis Kayla yang tidak berhenti berhenti.

Brakkk!

Aku membuka pintu kamar kasar. Kayla menangis di pangkuan ibu. Aku menatapnya tajam. Berjalan cepat aku mendekati Kayla.

"BISA DIAM NGGAK?!"

Kayla menatapku, dadanya naik turun dan suara isakan tangisnya terdengar. Ingus keluar dari hidungnya yang runcing. Anak itu berusaha diam dengan terpaksa. Wajahnya memerah, matanya sembab.

"Mau dicubiti lagi, hah?!" Tanganku sudah maju untuk mencubit paha Kayla tapi dengan cepat ditepis oleh tangan Ibu.

"Cukup, Rita! Kamu ini tidak punya belas kasih, dia ini anakmu!" Bentak Ibu dengan melotot. Selalu Ibu membela anak sialan itu.

"Anak pembawa sial, Bu! Karena dia hidupku berantakan. Semua cita-citaku kandas!" Ucapku kesal.

"Itu salahmu, bukan salah Kayla. Anak ini tidak berdosa!" Ibu mengelus dada. Bibirku mencebik.

"Kayla, masuk kamar dulu ya, Nak?" Ibu menurunkan Kayla dari pangkunya dan gadis kecil itu berjalan memasuki kamar. Aku melihat dengan ekor mataku.

"Kenapa Ibu selalu membelanya? Apa Ibu lupa kalau bapak meninggal juga gara-gara dia?" Aku menunjuk ke kamar di mana Kayla berada.

Aku ingat, bapak meninggal dua hari setelah kelahiran Kayla. Kata orang Bapakku stress, beliau syok dan tak sanggup menanggung malu karena punya cucu tak ada bapaknya. Aku lebih syok lagi melihat anak yang kulahirkan tidak mati.

"Bercermin lah, Rita, agar kamu bisa melihat kesalahanmu dan bertobat." Ibu berdiri dan berjalan menyusul Kayla di kamar.

Huh! Selalu aku yang salah! Padahal,Kayla lah yang telah menghancurkan hidupku. Dua bulan lagi aku akan menghadapi Ujian Akhir Nasional, tapi aku tidak melaksanakannya karena melahirkan anak sialan itu! Akibatnya aku tidak lulus SMA.

Teman teman mencemooh aku, menertawakan, membully. Bahkan mereka menjadikan aku status saat aku melahirkan Kayla. "Anak siapa udah lahir, lhooo" disertai emot ngakak berkali-kali. Begitu status dari teman-temanku. Anjir memang!

Sekarang, Kayla menghancurkan hidupku lagi dengan menggagalkan pernikahan yang sudah di depan mata. Kumelampiaskan kemarahanku pada Kayla. Memukul, menjambak, cubitan bertubi-tubi aku berikan pada Kayla. Bahkan aku nyaris membuatnya celaka saat kudorong dia hingga jatuh ke lantai. Dug! Begitu suaranya saat kepala Kayla membentur lantai. Ibu berlari dan mendorong tubuhku kuat, dua tamparan mendarat di pipiku. Aku sangat kaget! Belum pernah ibuku berbuat demikian padaku sampai umurku 22 tahun! Baru kali ini Ibu menamparku dan semua gara-gara bocah sialan itu!

**

Pakaian terakhir aku masukkan tas lalu aku menarik resleting travel bag itu. Beres sudah.

Aku akan pergi dari rumah. Kebetulan, ada panggilan kerja dari sebuah perusahaan di Jakarta. Aku sudah mengantongi tiket travel, tinggal berangkat saja.

Keluar kamar, aku menemui ibu.

"Bu, aku pergi dulu," kataku. Ibuku hanya mengangguk. Aku tahu, Ibu tidak setuju aku pergi jauh. Ibu takut aku akan mengulangi kesalahan yang sama bila tidak ada yang mengawasi.

"Nggak usah takut, Bu. Aku sudah dewasa, aku tahu mana yang benar dan mana yang salah," kataku meyakinkan perempuan tua yang telah melahirkanku itu.

Menenteng travel bag, aku keluar. Duduk di kursi teras aku menghubungi ojol. Ojol akan mengantarku ke kantor agen travel. Di Jakarta nanti aku menuju rumah Latifah, temanku yang sudah bekerja di sana.

"Bu, pergi dulu," teriakku dari luar saat ojol datang. Tidak ada sahutan dari Ibu. Biarin aja, paling juga ibuku lagi nangis.

Lega sekarang aku. Sebentar lagi bebas, merdeka, tanpa melihat Kayla lagi!

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Athaya
Sie Rita bukan nya tobat malah makin menjadi ya...,,anak tuh gak punya salah yang salah itu perbuatan km sndr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Anak yang Kubenci    End episode/ Kayla Anakku

    ANAK YANG KUBENCI 40End episodeKayla Anakku "Mas, aku ingin bicara ..." Kataku saat hanya berdua saja di kamar bersama Mas Aria. Suamiku mengenakan kaosnya kemudian berjalan ke depan cermin yang menempel di dinding depan meja rias. Mas Aria menyisir rambutnya yang basah. Kebetulan Suamiku habis mandi. Dia kalau mandi malam soalnya pulang kerja juga malam. Sehabis Isya."Ngomong apa?" Mas Aria duduk bersandar di tempat tidur, di sebelahku. Aku memiringkan tubuh, salah satu tangan menyangga kepalaku sehingga aku bisa melihat wajah Mas Aria lebih dekat. Masih ganteng dan gagah di usianya yang setahun lagi menginjak 40."Tentang ...," Berhenti dulu sebab aku merasa sedikit sungkan. "Apa sih?" Mas Aria mengambilnya ponselnya dan mulai mengusap usap layarnya. Sempat terpikir untuk tidak jadi ngomong tapi, ini penting demi hubunganku dengan Mas Aria ke depannya. "Tentang bayi tabung, Mas," kataku akhirnya. Mas Aria tidak bereaksi, tetap sibuk dengan ponselnya. Aku menunggu. "Kenapa d

  • Anak yang Kubenci    Bayi tabung

    ANAK YANG KUBENCI 39Bab 39Bayi Tabung "Mama tidak melarangmu berteman dekat dengan cowok, Kay," kataku saat hanya berdua dengan Kayla. Kami memasak bersama. Kayla mendengarkan sembari tangannya asyik memisahkan toge dari akarnya. Hari ini, aku dan Kayla sepakat memasak soto daging sapi. "Kayla nggak pacaran, kok."Aku tersenyum melirik Kayla. Gadis itu menunduk mungkin malu. Aku pernah muda pernah mengalami fase seperti yang sekarang sedang melanda Kayla. Anak seusia mereka jarang yang mau mengaku kepada orang tuanya bila memiliki pacar. Mereka cenderung tertutup dan sembunyi sembunyi. Karenanya aku mengajak bicara anakku supaya dia bisa lebih terbuka denganku, Mamanya. Seorang Ibu juga harus bisa menjadi 'teman' untuk anak gadisnya. "Mama juga lebih suka menyebutnya teman dari pada pacar, Kay." Aku mengambil potongan besar daging berukuran besar yang sudah empuk dari panci presto kemudian mengirisnya menjadi bagian kecil-kecil. Bite size. Supaya mudah dikunyah. "Sebab bertem

  • Anak yang Kubenci    Kebahagiaan Kayla

    ANAK YANG KUBENCI 38Bab 38Kebahagiaan Kayla Membuka lagi foto dan video yang dikirim Kayla dari Manado aku tersenyum sendiri. Raut wajah bahagia terpancar dari setiap tawa Kayla yang terekam kamera. Ada foto saat dia memakai alat snorkel untuk bersiap menjelajah dangkal di perairan Bunaken bersama kedua adiknya. Dari lengan Kayla yang terlihat merangkul kedua anak lelaki yang berdiri di samping kiri dan kanannya, aku tahu Kayla menyayangi mereka. Scroll lagi pada foto-foto yang lain. Saat sebelum makan malam bersama keluarga, Kayla menyempatkan berfoto selfie. Bisa kulihat kekompakan keluarga Richard bersama Kayla meski baru beberapa hari bertemu. Senyum Kayla dan Richard sangat mirip. Ada lagi foto yang membuatku merasa entah lah ... Foto Kayla dengan istrinya Richard. Perempuan cantik berkulit putih itu merangkul Kayla. Senyumnya ceria dan tulus. Kayla juga bercerita kalau Mama Audrey --begitu Kayla menyebutnya-- sangat baik padanya. Selalu menggandeng tangannya kalau berjala

  • Anak yang Kubenci    Bersama Papa

    ANAK YANG KUBENCI 37Bab 37PoV KaylaBersama Papa Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan keluarga Papa biologis-ku yaitu Papa Richard. Semua atas seizin Mama, kalau tidak aku tidak akan berani. Bagiku Mama adalah segalanya, terutama setelah aku kehilangan Embah Putri, orang yang sangat menyayangiku. Kalau bukan karena wejangan Embah yang kudengar setiap hari, sudah pasti saat ini aku sudah menjadi musuh buat Mama. Embah selalu bertutur baik. Meyakinkan aku bahwa semua yang terjadi padaku, kelahiranku, orang tuaku, adalah takdir yang kuasa. Seorang anak tidak bisa memilih Ibu siapa yang akan melahirkan dia. Pun dengan aku. Bila ditanya sebelum dilahirkan apakah aku mau menjadi anak haram? Pastinya aku menggeleng. Inginku seperti anak yang lain. Punya ayah, Ibu dan mereka menikah sebelum punya anak. Tapi sudah lah itu masa lalu. Bukan untuk dilupakan, dihapus atau dikenang. Ambil pelajaran yang berarti dari sebuah masa lalu yang buruk agar kita lebih waspada dan tidak mengula

  • Anak yang Kubenci    Dia tetap Papa Kayla

    ANAK YANG KUBENCI 36Bab 36Richard tetap lah PapanyaKening Alina mengerut, kedua alisnya sampai hampir bertaut. Mata perempuan cantik dan elegan ini menatapku dengan bibir yang tersenyum tapi, hanya separuh yang terangkat. Meski kelihatan aneh tapi, tidak mengurangi kecantikannya. "Apa kamu tidak bertanya pada Aria sebelum kalian menikah, maksudku apa kamu tidak mencari tahu dahulu latar belakang calon suamimu?" Tanyanya. Aku menggeleng. Entah aku ini yang lugu atau bodoh. Jujur aku sangat terpesona dengan Mas Aria. Kebaikannya, penampilannya yang low profile, santun, dewasa dan mau menerimaku apa adanya. Semua itu sudah cukup bagiku menilai dan menerimanya sebagai suami. Sejauh ini, Mas Aria memang lelaki yang baik dan tidak mengecewakan. "Aria baik, dari keluarga yang bibit, bebet, bobotnya bagus tapi, menikah tidak cukup hanya itu. Kalau aku menikah untuk mendapatkan keturunan." Alina bercerita tanpa aku memintanya. "A_aku mencintai Mas Aria, kukira itu sudah cukup ...." Jawa

  • Anak yang Kubenci    Alasan Richard

    ANAK YANG KUBENCI 35Bab 35Alasan Richard mencari Kayla "Aku memang belum pernah punya anak, Rit, tapi aku sudah menganggap Kayla adalah anakku sendiri," ucap Mas Aria dengan menatapku. Rasanya malu, karena membabi-buta aku jadi tak sengaja menyinggung perasaan Mas Aria. Menarik nafas panjang dari hidung hingga terdengar isakan, aku terdiam lama. Kenapa masalah Richard tidak pernah selesai merundung hidupku. Kupikir, setelah belasan tahun berlalu, Richard sudah musnah dan tidak akan pernah kembali. "Sudah malam ayo kita ngobrol di kamar," ajak Suamiku. Merangkul pundak, Mas Aria membimbingku masuk ke kamar. Mas Aria mengambil sendiri baju ganti kemudian masuk ke kamar mandi. Aku hanya duduk diam membisu dengan perasaan yang entah lah, rasanya campur aduk. Benci, marah, sakit, geram, kesal, bercampur menjadi satu hingga menciptakan sesak menggumpal di dada. Hingga Mas Aria keluar dari kamar mandi, aku masih dalam posisi yang sama, duduk diam dan menangis di bibir tempat tidur. "

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status