Lili, Ridwan, Wandi, Rianty, Riris, Ronco dan Emmy dipertemukan menjadi satu kelompok untuk KKN ke Pulau Pahawang. Seperti halnya mahasiswa pada umumnya, cinta segitiga, ego, perdebatan dan ingin terlihat lebih hebat, sudah pasti membumbui kebersamaan mereka. Tapiii ... Teka-teki di balik sosok Wandi dan niat terselubungnya di balik kedok KKN, serta mitos-mitos yang beredar mengenai hutan terlarang di Pulau Pahawang, justru mengusik teman-temannya. Haluan awal mereka berubah. Mereka bertekad mengungkap semua rahasia mitos tersebut dan oknum-oknum yang bergerak di balik perusakan lingkungan. Berhasilkah mereka mampu mengungkap rahasia perusakan lingkungan itu, saat teror dan perlawanan balik terus silih berganti?
View MoreBertempat di gedung C Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ruangan Socrates.
Pukul 9.45, suasana halaman gedung begitu ramai tidak seperti biasanya. Pagi ini adalah masa matrikulasi bagi sebagian besar mahasiswa Universitas Indonesia tingkat tiga.
Di suatu papan informasi di pelataran teras gedung tertempel nama-nama mahasiswa yang yang dibagi berdasarkan kelompok menurut lokasi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik. Dalam satu kelompok terdiri dari tujuh orang mahasiswa dari jurusan dan fakultas yang berbeda.
Terdapat tujuh nama mahasiswa di dalam kelompok ini. Kelompok ini akan melakukan KKN pada lokasi Pulau Pahawang, Lampung.
“Hai, Dek,”
ucap salah satu mahasiswa senior berkulit putih dan berwajah tampan seraya menepuk pundak Lili.“Wey, Bang. Gimana... gimana..?”
ucap Lili yang menoleh kepada pemuda itu.Pemuda itu adalah senior Lili. Pemuda populer di jurusan Biologi itu berbicara dengan Lili tidak seperti biasanya.
“Tumben, orang ini menyapaku?”
ucap Lili dalam hati dengan perasaan berbunga-bunga.“Ini..”
ucap pemuda itu sambil menunjuk ke papan informasi.“Ini adalah nama cewek gua. Elu satu kelompok kan sama dia? Gua mau minta tolong sama elu, Dek,”
ucap pemuda itu.“Jlep..”
perasaan berbunga-bunga Lili mendadak berubah menjadi perasaan berlumpur.“Sialan.. Kok malah membicarakan pacarnya, sih? Aku baru tahu kalau abang ini punya pacar,”
ucap Lili membatin.“Gua minta tolong elu jagain dia, ya Dek? Dia anaknya kaya puteri raja gitu, rentan lecet. Sementara elu...”
ucap pemuda itu.“Aku kenapa?”
ucap Lili di dalam hati.“Pokoknya gua yakin elu cewek yang tangguh,”
ucap pemuda itu.Lili jadi teringat ketika ia menjadi mahasiswa baru tidag tahun yang lalu. Mahasiswa baru jurusan Biologi selalu dilakukan orientasi pengkaderan di dalam hutan. Lili adalah perempuan yang terkenal tangguh oleh para seniornya.
Masing-masing senior punya peran dalam orientasi itu, di antaranya adalah status ‘Senjah’ atau Senior Jahat dan ‘Semat’ atau Senior Malaikat.
Pemuda tampan ini berlakon sebagai Senior Malaikat yang selalu penuh dengan wejangan dan kata-kata motivasi kepada para juniornya, terutama Lili.
“Oh.. Iya, Bang. Tenang aja pokoknya, Bang,”
ucap Lili sambil meringis dan mengangkat jempol kepada pemuda itu.“Tenang.. tenang.. Cewek gua bakal lu jagain, kan?”
tanya pemuda itu.“Kagak, Bang,”
ucap Lili membatin.“Pokoknya tenang aja, dah..”
ucap Lili sambil meringis kepada pemuda itu.Pemuda itu lalu pergi sambil menoleh ke sekelilingnya. Ia nampak seperti sedang mencari seseorang.
“Enak aja, begitu datang langsung nyuruh-nyuruh. Emangnya aku pembantunya? Jadi bodyguard eemm.. Bodyguard siapa tadi ya namanya? Aduh, tadi pacarnya yang mana nih. Lupa!”
ucap Lili sembari menyentuh dan mengurut daftar nama di papan informasi dengan ujung telunjuknya.Dia adalah Lili, mahasiswi jurusan Biologi Fakultas MIPA. Lili adalah sosok tangguh yang sebenarnya berhati lembut. Sejak bersekolah di sekolah dasar hingga sekolah menengah ia memiliki hobi yang berhubungan dengan alam bebas.
Lili berkutat dengan camping, sains, beladiri dan musik. Namun, kemampuannya yang multitalent itu tidak diimbangi dengan kemampuannya bersosialisasi dengan orang lain.
Dia adalah seorang yang dingin, namun di balik itu ia menutupi sifat pemalunya. Terlebih apabila berhubungan dengan orang-orang yang belum dikenalnya.
“Kelompok KKN Lampung kumpul! Kumpul! Masuk ke ruangan sekarang!”
ucap seorang pemuda bergestur militer yang sedang berdiri di depan pintu ruangan Socrates. Ia memanggil para mahasiswa lainnya dengan sedikit berteriak.Dia adalah Ridwan, mahasiswa jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum. Sekilas Ridwan terlihat memiliki sikap kepemimpinan. Ia terlihat tegas namun tidak bossy. Dia begitu mengayomi orang-orang yang dalam pengarahannya.
“Buggg..”
seseorang menabrak mahasiswa bertubuh gemuk. Dia adalah Ronco, mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.Mengetahui orang lain menabraknya dan bersikap serampangan, Ronco hanya menggeleng dan easy going. Sekilas, Ronco memiliki pembawaan yang bijaksana dan dewasa.
Lili kemudian masuk ke dalam ruangan Socrates. Ia duduk pada kursi yang masih kosong di deretan tengah. Sudah bukan rahasia umum lagi, mahasiswa yang mengambil tempat pada barisan depan adalah mereka para unggulan yang kutu buku.
Sedangkan, mahasiswa yang begitu datang langsung mengambil tempat di barisan belakang adalah mereka yang tidak serius dengan perkuliahan. Mereka lebih suka bersantai dan bersenang-senang saja di kampus.
Lili duduk di antara mahasiswa yang tidak dikenalnya. Seperti biasa, dia tidak mengeluarkan sepatah katapun di sekitar orang-orang yang tidak dikenalnya.
Malam pun tiba. Peserta KKN sudah tertidur pulas. “Uhuk.. Uhuk... Hah!” “Keebaakaaraan!” “Tolooong! Toloong!” “Emmy bangun Mik!” “Ayo kita keluar!” Rianty, Lili, Riris dan Emmy pun berhasil keluar dari penginapan mereka yang terbakar setelah melewati kobaran api yang sempat mengurung mereka. Tangan Emmy terlukan karena mencoba menahan kayu yang tiba-tiba jatuh karena terbakar. Sedangkan Riris lemas dan hampir kesulitan bernapas. Demikian pula dengan penginapan Ronco, Wandi dan Ridwan. Penginapan mereka juga terbakar. Untungnya tidak ada korban jiwa di sana. Ronco dan remaja yang menginap untuk bermain playstation di sana ikut terluka. Kejadian malam itu begitu menghebohkan warga setempat. ** Hari pun berlalu. Peserta KKN dipulangkan karena panitia KKN tidak ingin mengambil resiko lebih jauh atas keselamatan para mahasiswa itu. Pihak universitas pun bertanggungjawab pada perawatan kesehatan para peserta KKN yang menjadi korban kebakaran. * Sekembali para peserta KKN
Waktu istirahat siang pun tiba. Setelah membersihkan diri, para peserta KKN pun makan siang bersama di halaman penginapan Ronco, Ridwan dan Wandi.Lili duduk di dekat Wandi. Wandi tampak tidak mengacuhkannya, namun ketika Ronco mengajak ngobrol Wandi, dengan riangnya Wandi berbalas ucapan dengan Ronco, juga teman-teman lainnya.Lili nampak murung. Ia tidak mengerti dengan sosok yang disukainya itu.“Apakah Wandi sudah memperdayaiku? Dia memang memperdayaiku, sepertinya. Karena dia dengan mudah bisa mencium perempuan, lalu tiba-tiba menyukainya,” batin Lili.TIIING...“Apa kabar?” Lili mengirim chat ke ponsel Wandi. Wandi membukanya, namun menaruhnya kembali tanpa membalas pesan Lili itu. Lalu, ia melirik Lili sebentar dan mengalihkan pandangannya kembali.TIIING...“Ada apa?” Lili kembali mengirim pesan ke ponsel Wandi, namun kali ini ia tidak merespon notifikasi di ponselnya itu.Mata Lili berkaca, ia sudah tak sanggup lagi menahan kekecewaannya. Ia pun pergi, kemudian Rianty
Wandi lalu bergantian memandangi tiga orang yang berpenampilan sebagai nelayang yang baru saja menolongnya itu. Ia sedikit banyaknya mampu mengenali masyarakat nelayan asli pulau ini, dan ia tidak mengenali mereka.
Beberapa waktu kemudian di balai desa. Para peserta KKN berkumpul untuk membicarakan program KKN mereka.“Jadi ide apa Wan yang katanya tadi mau lu sampein ke kita-kita di sini?” ta
Hari ini benar-benar di luar dugaan. Wandi telah berhasil mengungkapkan perasaannya dan Lili mampu mengorek sedikit informasi yang dibutuhkan Wandi untuk penyelidikan kasus perusakan lingkungan di lokasi KKN. Informasi yang cukup penting.Wandi dan Lili masih duduk bersama di atas akar banir kering itu, tiba-tiba.KRAAK.. SRUUK SRUUK...Terdengar ranting patah dan belukar di sekitar sumber suara itu bergerak.“Hei! Siapaaa ituu...?” teriak Wandi.“Sepertinya ada orang di sana!” ucap Wandi pelan kepada Lili. Lili ikut memperhatikan dengan seksama, namun mereka tidak menemukan siapapun di balik belukar itu.Itu sebenarnya adalah Arif yang diam-diam memperhatikan mereka. Bersamaan dengan suara-suara tadi Arif telah dengan cepat meninggalkan tempat itu. Arif meninggalkan mereka
Flash back, kembali pada saat para peserta KKN mengantar dosen koordinator yang mengunjungi mereka hingga ke dermaga pulau. Lili kembali ke penginapan usai pengantaran dosen ke dermaga, ia berboncengan motor dengan Ridwan. Lili mengangkap sekelibatan sosok dua orang yang tampak mencurigakan. Kedua orang yang tak dikenal itu tampak mengendap-endap dan sesekali meihat ke sekeliling. Mereka tampak berjalan di atas akar-akar banir mangove Rhizophora yang panjang-panjang. Akar-akar itu seperti cakar-cakar burung besar yang bercokol mantap di atas daratan belumpur di tepian pulau. Hutan mangrove memang cukup tebal di tepian pulau ini. Untuk itu perlu bekerja keras untuk berjalan di atasnya. “Apa yang dilakukan mereka di sana?” batin Lili melihat mereka saat lewat dengan motor. “Apakah mencari kepiting? Mencari kepiting tapi kok celingukan begitu? Jangan-jangan mereka mau mencuri kayu mangrove?” batin Lili kembali.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments