Share

Anak yang Kubenci
Anak yang Kubenci
Penulis: Henya Firmansyah

Pembawa Sial

ANAK YANG KUBENCI 1

1. Pembawa Sial

"Mama ...."

"APA?!"

Suaraku menggelegar saat menyahut panggilan bocah kecil di sampingku. Bocah itu terkesiap karena kaget. Tapi dia tidak mundur, tetap berdiri di sampingku.

"Jangan panggil Mama! Bandel banget sih?!" Kataku gusar. Sengaja aku melotot selebar-lebarnya mataku agar dia takut.

"Ada apa, Rita? Jangan berteriak pada anak kecil,"

Perempuan tua berambut putih keluar dari kamar, itu ibuku. Beliau mendatangi kami.

"Keyla, jangan ganggu Mamamu, ayo, sama Mbah."

Ibu menggandeng gadis kecil bernama Keyla itu menjauh dariku. Aku melirik jahat. Kuteruskan browsing dengan ponselku. Aku ini sedang mencari pekerjaan. Semua perusahaan yang buka lowongan online aku singgahi. Sayangnya, hanya sedikit lowongan untuk lulusan SMA. Apalagi dengan ijazah kejar paket C seperti milikku. Bikin kesel!

Pandanganku melayang pada Ibu dan Kayla di sebelah sana. Ibu duduk di amben kayu beralaskan kasur tikar tipis berwarna biru. Kayla kecil berdiri di depannya sambil membawa boneka kain berwarna pink.

"Embah, ini tangannya mau lepas," katanya dengan menunjukkan tangan boneka kain miliknya yang rusak. Tangan boneka itu nyaris putus mungkin karena sudah aus.

"Oh, ini ... Biar embah jahit. Ambilin benang sama jarum sana," kudengar ibuku menjawab. Gadis kecil itu berlari ke kamar embahnya, lalu keluar dengan benang dan jarum di tangannya.

"Ini, Mbah,"

Kayla dan Ibu duduk berdampingan. Ibu asyik menjahit dan Kayla melihat sambil menggoyangkan goyangkan kakinya.

Entah kenapa, aku jadi emosi melihat pemandangan itu. Berdiri dari kursi, aku menghampiri Kayla.

"Bobok siang sekarang!" Kutarik kasar lengan Kayla dan menyeretnya.

"Bentar, Ma, nunggu Marissa ..."

Marissa adalah nama boneka jelek milik Kayla. Dia yang memberi nama sendiri.

"Nggak bisa, tidur sekarang!!" Aku menyeret lebih kuat. Kayla menangis kesakitan. Sengaja aku mencengkeram lengannya kuat- kuat. Aku suka menyakitinya!

"Embah tolong ... Huhuhu," ucap Kayla di sela tangisnya. Ibu yang sedari tadi melihatku geleng kepala.

"Rita, sudahlah, biarkan dia menunggu bonekanya," ibuku berdiri dan menarik tangan Kayla.

"Harusnya Ibu itu istirahat, tidur siang. Tapi, anak sialan ini malah nyuruh ibu jahit boneka!"

"Ibu tidak capek. Tidak mengantuk juga," sahut ibuku cepat.

Aku menatap tajam Kayla. Entah mengapa, kekesalanku naik ke ubun-ubun. Kucubit paha Kayla dan kupuntir sebanyak dua kali.

"Uh! Uh! Rasain, anak bandel!!" Kataku gemas.

"Aw, aw, sakit Mah ... Whuaaa," tangis Kayla pecah! Sukurin, puas aku menyakitinya.

"Rita! Keterlaluan kamu!" Ibu menghardikku. Aku tidak peduli. Dengan langkah ringan, kutinggalkan Kayla yang menangis meraung. Pahanya biru-biru pastinya. Haha.

**

"Bu, pastikan anak itu tidak keluar saat acara nanti!"

Kupoles lagi bedak di pipi. Bergaya di cermin. Aku cantik sekali! Hehehe.

"Kayla tidur," jawab Ibu.

"Bagus deh, kalau perlu nggak usah bangun sekalian," ucapku santai. Kulirik ibu yang menghela nafas. Peduli amat!

Hari ini adalah hari bahagiaku. Mas Hendra pacarku, mau melamar. Kami baru jadian tiga bulan, tapi Mas Hendra sudah ngebet mau melamar. Ya sudah, siapa takut!

Selama hubungan yang singkat ini, Mas Hendra baru dua kali datang ke rumahku. Dia hanya bertemu dan berkenalan dengan ibuku. Kayla aku sembunyikan di kamar. Mas Hendra tidak boleh tahu anak sialan itu. Bisa Bubar nanti hubunganku.

"Sebaiknya, kamu berterus terang saja sama Hendra sebelum lamaran, Rita," kata Ibu waktu itu.

"Suruh terus terang aku sudah punya anak di luar nikah gitu, Bu?" Mataku mendelik. Ibu mengangguk.

"Nggak sudi!" Jawabku.

"Makanya Bu, dari dulu kan udah aku bilang, suruh anak sialan itu memanggilku kakak. Tapi, Ibu selalu menyuruhnya memanggil Mama!" Bentakku geram.

"Dia memang anakmu!"

Rombongan keluarga Mas Hendra sudah datang. Aku dan ibu menyambutnya. Bapakku sudah meninggal, penyebabnya adalah anak sialan itu.

"Selamat datang," kata ibuku. Senyumku merekah melihat Mas Hendra. Akhirnya, ada yang mau menikahiku juga.

Keluarga Mas Hendra yang datang adalah Ibu, ayah, adik, Om, Tante dan Mas Hendra sendiri. Mereka menggunakan tiga mobil. Mas Hendra anak orang kaya.

"Langsung saja ya, Bu. Kedatangan kami kemari selain bersilaturahmi, juga ada maksud tertentu," Om Pandu, Omnya Mas Hendra membuka acara.

"Kakak saya ini," dia menunjuk bapak dan ibunya Mas Hendra. "Mereka ingin melamar putri Ibu, yaitu Rita untuk anak lelakinya yaitu Hendra. Apabila Ibu berkenan, tolong ..."

"Mamaa,"

Kayla berjalan memasuki ruang tamu. Sambil membawa boneka kesayangannya, Kayla dengan wajah mengantuk menghampiri aku dan menyandarkan kepala di lenganku. Netraku seketika melebar. Apa apaan ini Kayla?

Semua tamu terdiam. Mereka menatap Kayla yang tanpa dosa bersandar di lenganku.

"Mama?" Ibunya Mas Hendra mengulangi kata Kayla.

"B_bukan!" Kepalaku menggeleng berkali-kali. "D_dia adik saya," aku melihat ibu, berharap beliau akan mengatakan sepatah kata untuk memperkuat omonganku. Nyatanya Ibu diam saja.

"Bukan, ini mamaku. Mama jangan bohong!" Cerocos Kayla membuat mukaku merah padam.

"Kayla!" Aku melotot. Ingin kuremas mulutnya!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Athaya
Kasian Kayla ......,,dia juga tidak minta di lahirkan klo bisa memilih mah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status