ANAK YANG KUBENCI 3
3. Kebebasan"Rita, kamu hamil?""E_enggak, enggak!" Aku menggeleng kuat. Dadaku tiba-tiba bergerak naik turun, detak jantung seakan terdengar ke luar dada. Ketakutan mencekik hingga tubuhku bergetar hebat.Bapak mendorong tubuh ini hingga terduduk di kasur. Tanganku gemetar, bibirku bergetar tidak karuan. Bagaimana bisa orang tuaku tahu, padahal aku sudah menyembunyikan perut buncit ini dengan korset yang ketat dan baju gombrang?Ibu memegang perutku yang keras, kemudian beliau terpekik! "Benar kamu hamil!""Pak, dia hamil!" Ibuku syok, beliau menangis sembari menutup mulutnya. Bapak tertegun diam menatapku.Aku hanya bisa menangis dengan menutup wajah. Mampus lah aku sekarang! Kehamilanku terbongkar!"Buka bajunya, Bu!""Jangan!" Jeritku. Aku takut banget, bapak akan menghajarku nanti."Cepat!"Ibu menarik paksa sweaterku hingga terangkat. Blah! Perut buncit yang tertutup Korset ketat segera terlihat. Aku menangis meraung. Tubuhku melorot ke lantai, tak tahu lagi harus berbuat apa. Bapak menjambak rambutku, mendongakkan wajah ini."Siapa pelakunya?""Huhuhu," tangisku pecah."Jawab!" Kembali bapak membentak."Richard," aku menjawab sembari sesenggukan. Rasanya aku pingin digulung bumi saat ini juga."Di mana dia sekarang, suruh tanggung jawab! Ayo kita ke rumahnya sekarang!" Ujar bapak berapi-api. Ada getaran emosi yang maksimal dalam suara bapak. Sungguh, ini adalah peristiwa luar biasa yang sangat menakutkan dalam hidupku. Tidak pernah aku melihat kedua orang tuaku sedramatis ini semarah-marahnya sama aku."Richard sudah lulus dan sudah pindah jauh," sambil menangis dan dengan suara parau aku menjelaskan."Pindah ke mana, kita cari dia!""Rita nggak tahu, Pak, WA Rita diblokir huhuhu," aku tergugu di lantai. Kedua orang tuaku berdiri mematung di depanku. Aku harus bagaimana?"Pindah ke Papua huhuhu,"Brukk!Tiba-tiba Bapakku jatuh pingsan!Huh! Bokongku beringsut, merubah posisi duduk menghadap kanan. Kursi mobil travel ini tidak nyaman, aku tidak bisa tidur. Mana AC nya dingin banget lagi!Kalau mengingat peristiwa enam tahun yang lalu, rasanya hati ini sakit banget. Richard, kakak kelas terganteng berhasil mengecohku. Atas nama cinta, janji manis yang berhembus dari mulut busuknya serasa wangi surga bagiku. Hasrat menggebu tanpa logika, berazas suka sama suka, kuserahkan milikku yang paling berharga. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Tiada kata sesal, hanya hangat pelukan melenakan, hingga tertanam benih di rahimku.Setelah menyadari hamil, aku sangat kebingungan. Dua bulan tidak mens membuatku pusing. Aku sudah bilang sama Richard yang saat itu sudah lulus. Lelaki bajingan tengik itu diam saja. Aku menuntut tanggung jawab tapi dia cuma bilang iya iya gitu saja. Menjengkelkan!Seminggu kemudian, justru Richard dan keluarganya pindah ke tempat yang jauh tanpa pamit padaku! Anjir!!Ah, sudahlah aku tidak mau mengingatnya. Semua sudah terjadi dan anak haram itu sudah lahir. Aku tidak menginginkannya, aku benci padanya! Sama seperti aku membenci Richard, aku juga membenci Kayla!Semenjak anak itu ada, hidupku jadi susah. Kesialan demi kesialan menerpaku. Bapakku meninggal, sekolahku berantakan, cari kerja susah, nggak jadi nikah. Belum lagi di olok-olok orang! Makanan sehari-hari.Sebentar lagi, semua itu akan berakhir. Aku merantau ke ibukota, jauh dari Kayla! Semoga kesialanku pun berlalu. Aku akan memulai hidup baru, tanpa ada yang tahu masa laluku. Hahh ... Kuhembuskan udara dari mulut, senyum cerah mengembang, selamat datang kebebasan!Di sini, aku bekerja di sebuah pabrik garmen di pinggiran kota Jakarta. Kost bersama temanku Latifah di sebuah rumah kost dua lantai yang dihuni oleh sebagian besar pekerja pabrik. Semuanya perempuan.Aku bahagia sekali di sini. Wajahku yang biasanya masam, cemberut karena marah-marah setiap hari sudah tidak ada lagi. Yang ada sekarang adalah Rita yang ceria, bahagia dan cantik jelita hahaha.Aku rasa, wajahku kemarin terlihat jelek dan tua karena Kayla juga! Dasar bocah pembawa sial!Semoga ada lelaki kaya dan baik hati yang akan menjadi pacarku di sini. Hmm ....BersambungANAK YANG KUBENCI 40End episodeKayla Anakku "Mas, aku ingin bicara ..." Kataku saat hanya berdua saja di kamar bersama Mas Aria. Suamiku mengenakan kaosnya kemudian berjalan ke depan cermin yang menempel di dinding depan meja rias. Mas Aria menyisir rambutnya yang basah. Kebetulan Suamiku habis mandi. Dia kalau mandi malam soalnya pulang kerja juga malam. Sehabis Isya."Ngomong apa?" Mas Aria duduk bersandar di tempat tidur, di sebelahku. Aku memiringkan tubuh, salah satu tangan menyangga kepalaku sehingga aku bisa melihat wajah Mas Aria lebih dekat. Masih ganteng dan gagah di usianya yang setahun lagi menginjak 40."Tentang ...," Berhenti dulu sebab aku merasa sedikit sungkan. "Apa sih?" Mas Aria mengambilnya ponselnya dan mulai mengusap usap layarnya. Sempat terpikir untuk tidak jadi ngomong tapi, ini penting demi hubunganku dengan Mas Aria ke depannya. "Tentang bayi tabung, Mas," kataku akhirnya. Mas Aria tidak bereaksi, tetap sibuk dengan ponselnya. Aku menunggu. "Kenapa d
ANAK YANG KUBENCI 39Bab 39Bayi Tabung "Mama tidak melarangmu berteman dekat dengan cowok, Kay," kataku saat hanya berdua dengan Kayla. Kami memasak bersama. Kayla mendengarkan sembari tangannya asyik memisahkan toge dari akarnya. Hari ini, aku dan Kayla sepakat memasak soto daging sapi. "Kayla nggak pacaran, kok."Aku tersenyum melirik Kayla. Gadis itu menunduk mungkin malu. Aku pernah muda pernah mengalami fase seperti yang sekarang sedang melanda Kayla. Anak seusia mereka jarang yang mau mengaku kepada orang tuanya bila memiliki pacar. Mereka cenderung tertutup dan sembunyi sembunyi. Karenanya aku mengajak bicara anakku supaya dia bisa lebih terbuka denganku, Mamanya. Seorang Ibu juga harus bisa menjadi 'teman' untuk anak gadisnya. "Mama juga lebih suka menyebutnya teman dari pada pacar, Kay." Aku mengambil potongan besar daging berukuran besar yang sudah empuk dari panci presto kemudian mengirisnya menjadi bagian kecil-kecil. Bite size. Supaya mudah dikunyah. "Sebab bertem
ANAK YANG KUBENCI 38Bab 38Kebahagiaan Kayla Membuka lagi foto dan video yang dikirim Kayla dari Manado aku tersenyum sendiri. Raut wajah bahagia terpancar dari setiap tawa Kayla yang terekam kamera. Ada foto saat dia memakai alat snorkel untuk bersiap menjelajah dangkal di perairan Bunaken bersama kedua adiknya. Dari lengan Kayla yang terlihat merangkul kedua anak lelaki yang berdiri di samping kiri dan kanannya, aku tahu Kayla menyayangi mereka. Scroll lagi pada foto-foto yang lain. Saat sebelum makan malam bersama keluarga, Kayla menyempatkan berfoto selfie. Bisa kulihat kekompakan keluarga Richard bersama Kayla meski baru beberapa hari bertemu. Senyum Kayla dan Richard sangat mirip. Ada lagi foto yang membuatku merasa entah lah ... Foto Kayla dengan istrinya Richard. Perempuan cantik berkulit putih itu merangkul Kayla. Senyumnya ceria dan tulus. Kayla juga bercerita kalau Mama Audrey --begitu Kayla menyebutnya-- sangat baik padanya. Selalu menggandeng tangannya kalau berjala
ANAK YANG KUBENCI 37Bab 37PoV KaylaBersama Papa Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan keluarga Papa biologis-ku yaitu Papa Richard. Semua atas seizin Mama, kalau tidak aku tidak akan berani. Bagiku Mama adalah segalanya, terutama setelah aku kehilangan Embah Putri, orang yang sangat menyayangiku. Kalau bukan karena wejangan Embah yang kudengar setiap hari, sudah pasti saat ini aku sudah menjadi musuh buat Mama. Embah selalu bertutur baik. Meyakinkan aku bahwa semua yang terjadi padaku, kelahiranku, orang tuaku, adalah takdir yang kuasa. Seorang anak tidak bisa memilih Ibu siapa yang akan melahirkan dia. Pun dengan aku. Bila ditanya sebelum dilahirkan apakah aku mau menjadi anak haram? Pastinya aku menggeleng. Inginku seperti anak yang lain. Punya ayah, Ibu dan mereka menikah sebelum punya anak. Tapi sudah lah itu masa lalu. Bukan untuk dilupakan, dihapus atau dikenang. Ambil pelajaran yang berarti dari sebuah masa lalu yang buruk agar kita lebih waspada dan tidak mengula
ANAK YANG KUBENCI 36Bab 36Richard tetap lah PapanyaKening Alina mengerut, kedua alisnya sampai hampir bertaut. Mata perempuan cantik dan elegan ini menatapku dengan bibir yang tersenyum tapi, hanya separuh yang terangkat. Meski kelihatan aneh tapi, tidak mengurangi kecantikannya. "Apa kamu tidak bertanya pada Aria sebelum kalian menikah, maksudku apa kamu tidak mencari tahu dahulu latar belakang calon suamimu?" Tanyanya. Aku menggeleng. Entah aku ini yang lugu atau bodoh. Jujur aku sangat terpesona dengan Mas Aria. Kebaikannya, penampilannya yang low profile, santun, dewasa dan mau menerimaku apa adanya. Semua itu sudah cukup bagiku menilai dan menerimanya sebagai suami. Sejauh ini, Mas Aria memang lelaki yang baik dan tidak mengecewakan. "Aria baik, dari keluarga yang bibit, bebet, bobotnya bagus tapi, menikah tidak cukup hanya itu. Kalau aku menikah untuk mendapatkan keturunan." Alina bercerita tanpa aku memintanya. "A_aku mencintai Mas Aria, kukira itu sudah cukup ...." Jawa
ANAK YANG KUBENCI 35Bab 35Alasan Richard mencari Kayla "Aku memang belum pernah punya anak, Rit, tapi aku sudah menganggap Kayla adalah anakku sendiri," ucap Mas Aria dengan menatapku. Rasanya malu, karena membabi-buta aku jadi tak sengaja menyinggung perasaan Mas Aria. Menarik nafas panjang dari hidung hingga terdengar isakan, aku terdiam lama. Kenapa masalah Richard tidak pernah selesai merundung hidupku. Kupikir, setelah belasan tahun berlalu, Richard sudah musnah dan tidak akan pernah kembali. "Sudah malam ayo kita ngobrol di kamar," ajak Suamiku. Merangkul pundak, Mas Aria membimbingku masuk ke kamar. Mas Aria mengambil sendiri baju ganti kemudian masuk ke kamar mandi. Aku hanya duduk diam membisu dengan perasaan yang entah lah, rasanya campur aduk. Benci, marah, sakit, geram, kesal, bercampur menjadi satu hingga menciptakan sesak menggumpal di dada. Hingga Mas Aria keluar dari kamar mandi, aku masih dalam posisi yang sama, duduk diam dan menangis di bibir tempat tidur. "